Kesehatan Sembilan Mahasiswa Sumsel Dipantau Selama 14 Hari
Sembilan mahasiswa Sumatera Selatan yang kembali dari sejumlah kota di China dipantau kondisi kesehatannya selama 14 hari. Mereka diminta mengurangi kegiatan di luar rumah untuk mencegah risiko penyebaran virus korona.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Sembilan mahasiswa asal Sumatera Selatan yang kembali dari sejumlah kota di China terus dipantau kondisi kesehatannya selama 14 hari. Mereka diminta mengurangi kegiatan di luar rumah untuk mencegah risiko penyebaran virus korona.
Kepala Seksi Surveillance Dinas Kesehatan Sumatera Selatan Yusri di Palembang, Senin (3/2/2020), mengatakan, sembilan mahasiswa yang berkuliah di China kembali ke Sumatera Selatan. Dua orang berasal dari Prabumulih, dua orang berasal dari Muara Enim, empat orang dari Palembang, dan satu orang dari Ogan Komering Ilir.
Yusri mengatakan, kesembilan mahasiswa itu datang dari luar kota Wuhan, yang menjadi awal mula penyebaran. Namun, mereka tetap harus dipantau kesehatannya karena belum diketahui pasti apakah terjangkit virus korona jenis baru atau tidak.
Kesembilan mahasiswa itu diberikan kartu kewaspadaan kesehatan (health alert card) untuk memastikan perkembangan kesehatannya. Kartu ini juga sebagai tanda bagi petugas kesehatan untuk melakukan sejumlah langkah antisipasi jika orang tersebut mengalami gejala yang mirip dengan penderita virus korona.
Semua orang yang memiliki kartu ini juga akan terus dipantau. ”Kami meminta mereka menggunakan masker dan mengurangi kegiatan di luar rumah selama 14 hari,” katanya.
Tidak hanya pada mahasiswa, pemantauan juga dilakukan pada tenaga kerja asing yang bekerja di Sumsel atau yang kerap kali pergi ke negara terjangkit virus. Yusri mengatakan, ada beberapa daerah yang memiliki banyak tenaga kerja asing, seperti di Ogan Komering Ilir dan Muara Enim.
Pemantauan juga dilakukan pada tenaga kerja asing yang bekerja di Sumsel atau yang kerap kali pergi ke negara terjangkit virus.
Dalam proses pemantauan, kata Yusri, pihaknya akan menggandeng pihak imigrasi dan dinas tenaga kerja karena petugas kesehatan di daerah terkadang kesulitan memasuki kawasan perusahaan tersebut.
Adam Amrismafasyah (19), mahasiswa Jiangsu Normal University, yang Sabtu lalu pulang ke Sumsel, mengatakan, setelah sampai di Muara Enim, dirinya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Tidak hanya itu, Adam juga selalu menggunakan masker.
Hal ini dia lakukan atas instruksi petugas kesehatan. ”Petugas kesehatan dari puskesmas juga rutin menanyakan kondisi kesehatan saya,” katanya.
Meski demikian, Adam mengeluhkan, sejak tiba di Muara Enim, banyak perlakuan yang kurang mengenakkan harus dia alami. Beberapa orang menilai sinis keberadaannya. Mereka menganggap dia datang dengan membawa virus.
”Tapi tidak apa-apa, saya juga telah memaklumi hal itu,” katanya. Adam meyakini dirinya tetap baik-baik saja karena dia sudah melewati sejumlah tahapan pemeriksaan kesehatan.
Kepala Dinas Kesehatan Sumsel Lesty Nurainy mengatakan, mengantisipasi permasalahan ini, Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru telah menerbitkan surat edaran. Surat tersebut menginstruksikan pemerintah kota dan kabupaten untuk melakukan koordinasi dengan pihak terkait. ”Tujuannya agar setiap pihak terkait bergerak cepat melakukan cegah tangkal penyebaran virus korona,” kata Lesty.
Penyebaran virus korona tergolong sangat cepat. Hingga 2 Februari 2020 sudah ada 14.557 kasus virus korona dan tersebar di 24 negara seperti China, Korea Selatan, Vietnam, Thailand, dan sejumlah negara lainnya. Virus ini pun telah merenggut 305 korban jiwa.
Sejumlah langkah telah dilakukan untuk mencegah masuknya virus ini ke Sumsel, termasuk pemeriksaan suhu tubuh di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang. Bahkan, saat ini, alat pemindai suhu tubuh tidak hanya diletakkan di pintu masuk kedatangan internasional, tetapi juga domestik.
”Bisa saja orang tersebut datang dari sejumlah negara terjangkit, tetapi terbang ke Palembang melalui Jakarta atau kota-kota lain di Indonesia,” ujar Lesty.
Alat pemindai suhu tubuh tidak hanya diletakkan di pintu masuk kedatangan internasional, tetapi juga domestik.
Dia menerangkan, terdapat empat rumah sakit yang ditunjuk untuk menangani pasien terduga virus korona. Keempat rumah sakit tersebut adalah RS Siti Aisyah, Lubuk Linggau; RSUD Kayu Agung; RSUD Lahat; dan RS Mohammad Hosein, Palembang. ”Rumah sakit ini juga memiliki ruang isolasi jika ada pasien yang diduga suspect virus korona,” katanya.
Lesty mengatakan, untuk mencegah penyebaran virus ini, masyarakat diimbau menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Caranya dengan mencuci tangan setiap dan juga mengonsumsi makanan sehat seperti buah dan sayur. ”Virus ini belum ada obatnya. Satu-satunya cara untuk menangkal virus korona adalah menjalani perilaku hidup bersih dan sehat,” kata Lesty.