Harga bawang putih impor dari China melejit di pasar-pasar tradisional di Solo, Jawa Tengah. Pemerintah pusat diminta turun tangan mengendalikan harga.
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·3 menit baca
SOLO, KOMPAS — Harga bawang putih impor dari China melejit di pasar-pasar tradisional di Solo, Jawa Tengah. Pemerintah pusat diminta turun tangan mengendalikan harga.
Berdasarkan pantauan di Pasar Gede, Solo, pedagang menjual eceran bawang putih jenis kating asal China seharga Rp 55.000 per kilogram, bahkan ada pedagang yang menjual bawang putih sejenis seharga Rp 65.000 per kg. Sepekan sebelumnya, harga bawang putih masih Rp 30.000-Rp 35.000 per kg.
Setiap saya kulakan, harganya selalu naik.
”Ini harga bawang putih naik bertahap, sudah sekitar lima hari terakhir ini. Setiap saya kulakan, harganya selalu naik. Jadi, saya ikut menyesuaikan menaikkan harga jual,” kata Samini, pedagang di Pasar Gede, Rabu (5/2/2020).
Sementara itu, pedagang besar bawang putih di Pasar Legi, Solo, Narti (66), mengatakan, bawang putih dalam kondisi yang sudah dikelupas sebagian kulitnya dijual Rp 52.000 per kg. Harga itu naik dari pekan lalu Rp 30.000 per kg. Lonjakan harga bawang putih ini menyebabkan tingkat penjualan anjlok.
”Biasanya sehari bisa terjual 2 kuintal, tetapi sekarang hanya 50-an kg. Pedagang yang biasa kulakan ke sini mengurangi pembelian karena penjualan mereka turun. Konsumen mengurangi pembelian karena harga bawang putih sekarang mahal,” katanya.
Kepala Dinas Perdagangan Solo Heru Sunardi mengatakan, kenaikan harga bawang putih telah diprediksi sebelumnya karena adanya wabah virus korona jenis baru di Wuhana, China. Kondisi tersebut berpengaruh pada pasokan bawang putih yang sebagian besar diimpor dari China.
Harapan kami, segera ada solusi dari pemerintah pusat supaya yang di daerah tidak banyak muncul masalah.
Pihaknya mengharapkan, pemerintah pusat segera turun tangan mengatasi lonjakan harga bawang putih. ”Harapan kami, segera ada solusi dari pemerintah pusat supaya yang di daerah tidak banyak muncul masalah,” ujarnya.
Wakil Wali Kota Solo Achmad Purnomo mengatakan, kenaikan harga bawang putih tidak hanya terjadi di Solo, tetapi juga di daerah lain. Bawang putih yang saat ini masih diperjualbelikan pedagang di pasaran merupakan stok impor sebelumnya. Menurut dia, kenaikan harga bawang putih turut dipengaruhi kondisi psikologis pasar.
Menurut Purnomo, untuk mengatasi lonjakan harga bawang putih dan sejumlah komoditas lain yang kerap melonjak harganya, seperti bawang merah dan cabai dalam jangka panjang, Pemerintah Kota Solo ingin membangun gudang khusus untuk mengamankan stok bahan-bahan pokok.
”Kami ingin meniru fungsi Bulog dalam skala kecil. Ini sedang kami bicarakan konsepnya. Tujuannya agar Solo ini punya stok sejumlah tertentu untuk menanggulangi kenaikan harga bahan pokok yang mendadak pada musim atau masa tertentu,” ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, Kementerian Pertanian menunda impor sejumlah komoditas hortikultura asal China. Menurut Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto, penundaan itu berlaku hanya untuk komoditas asal China. ”Impor terbesar itu bawang putih dan bawang bombay. Buah-buahan juga ada, seperti jeruk, apel, dan pir,” ujarnya (Kompas, 5/2/2020).
Kementerian Pertanian merupakan instansi yang mengeluarkan rekomendasi impor komoditas pertanian. Rekomendasi ini jadi syarat mendapatkan izin impor dari Kementerian Perdagangan.
Sejumlah importir komoditas hortikultura sudah mengajukan permohonan rekomendasi. Meski tanaman bukan media penularan virus korona baru, kata Prihasto, pemerintah ingin berhati-hati.
Karena itu, importir disarankan mencari alternatif negara sumber impor lain. Untuk komoditas buah-buahan, misalnya, pengusaha dapat mengimpor dari Selandia Baru, Australia, sedangkan untuk bawang putih bisa dari India, Mesir, dan Iran.