Kondisi Kesehatan TKA asal China di Jateng Bakal Terus Dipantau
Kondisi kesehatan ribuan tenaga kerja asing asal China dipantau Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Saat ini, sebagian tenaga kerja asing itu belum kembali dari China setelah merayakan Imlek.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA/KRISTI UTAMI
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Kondisi kesehatan tenaga kerja asing asal China bakal terus dipantau Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Tujuannya, mengantisipasi penyebaran virus korona jenis baru. Saat ini, sebagian tenaga kerja asing itu belum kembali dari China setelah merayakan Imlek.
Data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jawa Tengah menyebutkan, ada 5.510 tenaga kerja asing (TKA) asal China. Dari jumlah tersebut, 851 orang bekerja di seputar wilayah Jateng. TKA lainnya bekerja di daerah lain, seperti berkantor pusat di Jakarta.
Sebaran terbesarnya ada di Kabupaten Grobogan sebanyak 215 orang, Kota Semarang (169 orang), dan Kabupaten Sukoharjo (100 orang). Sebagian besar TKA asal China itu merupakan tenaga ahli permesinan di bidang garmen. Sejauh ini, tidak ada TKA itu yang berasal dari Wuhan.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jateng Sakina Rosellasari, di Kota Semarang, Rabu (5/2/2020), mengatakan masih terus mendata keberadaan TKA itu. ”Kami melakukan uji petik di salah satu perusahaan di Kabupaten Semarang. Lima TKA asal China masih di negara asalnya untuk merayakan Imlek,” katanya.
Sakina menjelaskan, TKA asal China itu belum kembali ke Indonesia akibat penutupan akses transportasi. ”Apabila nanti sudah dipersilakan masuk, akan diterapkan standar pemeriksaan kesehatan. Saat berangkat dari China maupun ketika saat tiba di Semarang, misalnya, dilakukan cek kesehatan umum. Kami memiliki 157 pengawas tenaga kerja yang akan memantau di perusahaan mereka,” tuturnya.
Di Kota Tegal, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan terus berkomunikasi dengan 11 mahasiswa Jateng yang berada di China. Pemprov Jateng berencana membantu proses pemulangan mahasiswa Jateng yang tidak bisa pulang karena tidak ada biaya.
”Kami akan menunggu kebijakan dari Pemerintah China. Jika memang penerbangan sudah ditutup, sebaiknya jangan (dipaksa). Namun, kami masih berkomunikasi dengan pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia di sana untuk upaya-upaya selanjutnya,” ujar Ganjar.
Dalam rangka antisipasi, lanjutnya, Jateng memiliki setidaknya 11 rumah sakit yang bisa dijadikan rujukan untuk menangani pasien yang terinfeksi virus korona. Masyarakat diminta menjaga pola hidup sehat dan tidak bepergian ke daerah-daerah yang terjangkit virus korona.
Kami melakukan uji petik di salah satu perusahaan di Kabupaten Semarang. Lima TKA asal China masih di negara asalnya untuk merayakan Imlek.
Pariwisata
Sementara itu, sejumlah pemesanan paket wisata ke China terpaksa dibatalkan. Padahal, menurut Ketua DPD Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (Asppi) Jateng Robertus Wahyu, saat ini tengah ada paket promo wisata ke Hainan, China, seharga Rp 4,5 juta per orang untuk 4 hari 3 malam. Di biro perjalanan yang dikelola Robert, misalnya, sudah ada 10 pemesan paket promo itu, tetapi semua calon wisatawan membatalkannya.
”Pemkot Semarang sudah meminta semua biro perjalanan tak mengirim atau mendatangkan wisatawan ke dan dari China. Sejauh ini, kami masih menunggu dan meraba-raba bagaimana ke depan,” kata Robert.
Kepala Dinas Kepemudaan Pariwisata dan Olahraga Jateng Sinoeng N Rachmadi menuturkan, saat ini merupakan low season atau masa rendah turis untuk berwisata di Jateng. Pada 2019, dari total 691.000 wisatawan mancanegara (wisman) ke Jateng, sebanyak 34.000-35.000 orang berasal dari China.
”Harapan kami, masalah ini tertangani dalam tiga bulan atau paling lama enam bulan. Sebab, masa kunjungan tertinggi wisman ke Jateng ialah September hingga Desember,” ucapnya.