Perusahaan Plastic Energy asal Inggris membangun lima unit pengolahan sampah plastik di Jawa Barat. Sampah plastik diolah menjadi bahan bakar industri.
Oleh
Machradin Wahyudi Ritonga
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Infrastruktur pengolahan sampah plastik menjadi energi di Jawa Barat mulai dibangun tahun 2020. Pembangunan ini diharapkan bisa meminimalkan sampah yang menumpuk di pembuangan akhir. Pemerintah Provinsi Jabar mengusulkan lima daerah yang akan dijadikan lokasi pembangunan tempat pengolahan sampah plastik untuk energi.
Lima daerah itu meliputi Cekungan Bandung, Bogor, Bekasi, Cirebon-Indramayu-Majalengka-Kuningan (Ciayumajakuning), dan Tasikmalaya. Gubernur Jabar Ridwan Kamil di Bandung, Rabu (5/2/2020), mengatakan, kelima daerah tersebut dipilih karena memiliki permasalahan sampah, terutama dari plastik, yang menumpuk di pembuangan akhir. Teknologi pengolahan sampah ini berasal dari perusahaan asal Inggris, Plastic Energy. Menurut Kamil, Plastic Energy menanam investasi sebesar 50 juta euro atau sekitar Rp 750 miliar di tiap lokasi pengolahan.
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti dan Galuga menjadi langkah awal masuknya teknologi tersebut dengan potensi pengolahan sampah plastik sebanyak 50.000 ton per tahun. TPA Sarimukti selama ini menampung sampah dari daerah Cekungan Bandung, di antaranya Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat. Sementara itu, TPA Galuga menjadi penampungan sampah plastik dari daerah Kota Depok, Kabupaten Bogor, dan Kota Bogor.
TPA Sarimukti sudah siap. Dalam minggu ini akan keluar finalisasi lelang dan penyertaan modalnya.
Jika pembangunan unit pengolahan sampah di kelima daerah tersebut bisa selesai sebelum tahun 2023, menurut Kamil, Jabar akan menjadi provinsi pertama yang mengubah sampah plastik kota menjadi bahan bakar untuk industri. ”TPA Sarimukti sudah siap. Dalam minggu ini akan keluar finalisasi lelang dan penyertaan modalnya,” ujarnya.
TPA Galuga di Bogor juga sudah ada tim pengelolaan sampahnya. Fasilitas ini diharapkan bisa selesai akhir tahun,” tuturnya dalam pertemuan dengan pihak Plastic Energy di Gedung Pakuan. Wali Kota Bogor Arya Bima yang juga hadir dalam rapat tersebut mengatakan, TPA Galuga siap untuk menerima penerapan teknologi tersebut.
Pembuangan akhir ini nantinya akan menampung sampah plastik dari daerah sekitar, termasuk Kabupaten Bogor dan Kota Depok. ”Untuk daerah lain, nanti akan ada pembagiannya sesuai dengan persetujuan dari daerah-daerah tersebut,” ujarnya.
Memenuhi regulasi
Chief Executive Officer Plastic Energy Ltd Carlos Monreal mengatakan, proses pembangunan infrastruktur memakan waktu hingga sembilan bulan. Dia menjamin infrastruktur tersebut akan memiliki standar operasional yang menyesuaikan dengan regulasi sehingga memberikan hasil maksimal.
Carlos menambahkan, teknologi ini mampu menghasilkan bahan bakar sebanyak 860 liter dari setiap ton plastik. Di samping itu, hasil pengolahan juga menjadi bahan plastik daur ulang yang berkualitas. ”Plastik masih dibutuhkan oleh masyarakat. Tidak mungkin masyarakat tidak menggunakan plastik karena menjadi alternatif kemasan. Karena itu, kami juga menyediakan daur ulang,” katanya.
Sebelumnya, Plastic Energy telah beroperasi di Eropa sejak 2015 dan mampu mengolah sampah di kawasan itu hingga 6 juta ton plastik per tahun. Pada 2025, perusahaan ini menargetkan dapat mengolah sampah hingga 10 juta ton per tahun di Eropa. Carlos menjamin penerapan teknologi pengolahan sampah plastik menjadi energi itu tetap mempertahankan standar kualitas Eropa.
Namun, pihaknya akan menemui persoalan kompleks karena setiap daerah memiliki sistem pengolahan sampah yang berbeda. ”Di sini bukan plastiknya yang menjadi permasalahan, melainkan cara pengumpulannya. Indonesia itu unik, sangat kompleks. Ada banyak pulau dengan perlakuan yang berbeda-beda cara mengumpulkan sampah,” ujarnya.