Tiga orang meninggal akibat DBD di NTT. Hingga kini ada 377 pasien yang dirawat akibat DBD.
Oleh
KORNELIUS KEWA AMA
·4 menit baca
MAUMERE, KOMPAS- Frandesia Akulia Trifera (12) warga Desa Detubinga Kecamatan Tanawawo Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur meninggal dunia, akibat demam berdarah dengue. Dengan ini, jumlah korban meninggal dunia akibat DBD di daerah KLB DBD ini menjadi tiga orang. Sebanyak 377 orang turut dirawat karena DBD. Dua kabupaten lain di NTT masuk kategori KLB, empat kabupaten masih bebas DBD.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Petrus Herlemus dihubungi di Maumere, Kamis (6/1) mengatakan, korban Frandesia Akulia Trifera meninggal, Rabu (5/1) pukul 22.00 Wita di Rumah Sakit St Elisabeth Lela, Sikka. Korban dibawa ke rumah sakit setelah dua pekan sakit di rumah kediamannya, di Deas Detubinga Kecamatan Tanawawo.
“Jumlah korban meninggal dunia karena DBD saat ini sudah mencapai tiga orang, yang dirawat sebanyak 377 orang. Jumlah pasien kemungkinan bertambah sampai angka 400 karena sejumlah pasien sedang dalam rujukan dari Puskesmas menuju RSUD TC Hillers Maumere. Selain RSUD, pasien DB juga dirawat di RS Katolik Kewapante, berjarak sekitar 7 km dari Maumere. Dua rumah sakit ini dipadati pasien DBD,”kata Petrus.
Ia mengatakan, korban Frandesia masuk RS St Elisabeth Lela Selasa (4/1) dalam keadaan sakit berat, dengan kondisi kejang. Siswa kelas enam SD ini diduga dibawa pihak orangtua setelah menderita sakit beberapa hari di rumah. Padahal, masyarakat sudah diimbau agar anak-anak yang sakit demam, pusing, mual dan muntah-muntah segera mungkin dibawa ke Puskesmas atau rumah sakit terdekat.
Pemkab Sikka telah menetapkan kejadian luar biasa atau KLB sejak 21 Januari 2020 dengan alokasi anggaran senilai Rp 2 miliar untuk menanggulangi masalah ini. Saat ditetapkan status KLB, jumlah korban meninggal dunia dua orang, dan pasien yang dirawat sebanyak 172 orang. Dua pekan setelah masuk kategori KLB, justru jumlah korban meninggal dunia bertambah satu, dan pasien yang dirawat melonjak sampai 377 orang, bahkan 400 orang.
Kasus DBD di Sikka terbanyak menyerang masyarakat di Kecamatan Magepanda. Di sini, terdapat satu orang meninggal dunia dan 432 orang dirawat. Kecamatan ini terdapat rawa dan genangan air di sejumlah tempat selama musim hujan.
Anggota DPRD NTT daerah pemilihan Sikka Emanuel Kolfidus mengatakan, serangan DBD akan terus meningkat pada bulan Februari-Maret, dan akan mulai redah setelah bulan April. Februari-Maret, Sikka masih memasuki musim hujan. Kecuali, pasca ditetapkan status KLB, semua elemen masyarakat terutama anak-anak sekolah dikerahkan melakukan pembasmian terhadap jentik-jentik nyamuk Aedes aegypti.
“Jika pascaditetapkan status KLB tetapi tidak ada perubahan, itu patut dipertanyakan. Kemana, anggaran Rp 2 miliar yang dialokasikan untuk penanggulanan bencana KLB DBD tadi. Anggaran itu harus difokuskan untuk menanggulangi bencana yang ada. Jangan menetapkan status KLB, anggaran dialokasikan tetapi kasus tidak teratasi. Jika seperti ini sebaiknya tidak ada status KLB sehingga tidak perlu ada anggaran,”kata Kolfidus.
Wakil Bupati Sikka Romanus Woga mengatakan, penetapan status KLB karena ada peningkatan status dua kali dibanding periode yang sama 2019. Posisi pada 20 Januari 2019 sebanyak 65 pasien dirawat, meninggal satu orang, sementara 20 Januari 2020 terdapat dua anak meninggal dunia, dan 171 dirawat.
Tim medis, masyarakat, dan lintas sektoral Pemkab Sikka sedang bekerja menanggulangi kasus ini. Dua pekan pascapenetapan KLB, kemudian terjadi lonjakan kasus DBD, diduga sebelum ditetapkan kondisi KLB, virus DBD sudah tertular ke tubuh para korban.
Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan NTT Erlina Salmun mengatakan, selain Sikka, KLB DBD juga terjadi di Kabupaten Lembata dengan satu orang meninggal dunia, dan 87 dirawat, dan Kabupaten Alor sebanyak dua orang meninggal dunia dan 97 dirawat. Saat ini hanya empat kabupaten masih dinyatakan bebas DBD, yakni Sabu Raijua, Sumba Barat, Sumba Tengah, dan Rote Ndao.
“Jumlah korban meninggal dunia menjadi delapan orang. Jumlah kabupaten/kota di NTT sebanyak 22, empat kabupaten dinyatakan nihil DBD, tiga kabupaten sudah masuk kategori KLB, dan 15 kabupaten juga sudat terserang DBD tetapi belum ada yang dinyatakan meninggal dunia,”kata Erlina.