Aktivitas warga di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, disarankan kembali dapat dijalankan secara normal. Pemerintah memastikan warga Indonesia yang dievakuasi dari Wuhan dan dikarantina di Natuna kondisinya sehat.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
RANAI, KOMPAS — Bupati Natuna Abdul Hamid Rizal mendorong aktivitas warga di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, dapat dijalankan kembali secara normal. Kendati pemerintah pusat mengakui keterlambatan komunikasi tentang karantina warga Indonesia di Natuna, dipastikan 238 orang yang dievakuasi dari Wuhan, China, tersebut dalam kondisi sehat.
Bupati Natuna mengatakan, keterlambatan komunikasi tersebut disampaikan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD saat menemui Abdul dan sejumlah perwakilan warga Natuna yang datang ke Jakarta untuk menemui Presiden Joko Widodo, Senin (3/2/2020).
”Jawaban dari pemerintah pusat memang ada keterlambatan informasi kepada daerah. Penyebabnya, tim penjemput hanya diberi waktu 24 jam untuk mengevakuasi WNI dari Wuhan,” kata Abdul, Kamis (6/2/2020).
Akibat keterlambatan komunikasi itu, warga setempat merasa khawatir dan sebagian mengungsi karena takut tertular virus korona tipe baru. Sebanyak 29 keluarga dari total 128 keluarga di Kampung Tua Penagi, permukiman terdekat dengan kompleks karantina, pun mengungsi karena ketakutan.
Kampung itu hanya berjarak 1,3 kilometer dari lokasi observasi di hanggar Pangkalan TNI Angkatan Udara Raden Sadjad. Warga ketakutan melihat tim penjemput menggunakan alat pelindung diri lengkap, sedangkan mereka tidak dibekali apa pun termasuk masker.
”WNI yang dievakuasi dari Wuhan itu semuanya dalam keadaan sehat. Meskipun begitu, tim penjemput tetap menggunakan alat pelindung diri lengkap karena itu merupakan prosedur yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),” ujar Abdul kepada warga saat mengunjungi Kampung Tua Penagi, Kamis pagi.
Menurut Ketua RT 1 Penagi Yohanes Suprianto, kini sebagian warga yang mengungsi sudah mulai kembali ke rumah. Namun, aktivitas ekonomi di kampung itu masih terhambat. Sebagian besar warga yang berprofesi sebagai pedagang dan nelayan belum kembali beraktivitas karena khawatir tertular penyakit.
Lilis Sudiro mengaku harus menunda resepsi perkawinan anaknya karena peristiwa tersebut.
Salah satu warga, Lilis Sudiro (51), mengaku harus menunda resepsi perkawinan anaknya karena peristiwa tersebut. Ia khawatir tidak akan ada tamu undangan yang hadir mengingat warga Natuna kini takut datang ke Penagi karena lokasinya sangat dekat dengan tempat observasi di lanud.
”Sebenarnya kami sudah sempat mendirikan tenda waktu itu, Minggu (2/2/2020), tetapi terpaksa dibongkar lagi karena warga banyak yang pergi setelah melihat pesawat dari Wuhan itu mendarat,” kata Lilis.
Menanggapi hal itu, Abdul menyatakan, warga tidak perlu terlalu khawatir dan bisa melanjutkan aktivitas normal sehari-hari. Sebelumnya, tim kesehatan di tempat observasi melaporkan semua orang yang dievakuasi dari Wuhan masih dalam kondisi sehat. Tidak ada satu pun yang mengeluh sakit.
”Sebanyak 15 puskesmas di Natuna dijadikan pos kesehatan sementara untuk menangani warga jika ada keluhan kesehatan. Selain itu, warga yang resah juga bisa meminta informasi terkait kegiatan observasi tersebut dengan mendatangi pos terpadu di Pantai Piwang yang letaknya tidak jauh dari lanud,” ujar Abdul.
Menurut dia, Kabupaten Natuna dipilih menjadi tempat observasi karena memiliki pangkalan militer dengan fasilitas yang terbilang lengkap. Sebelumnya, tempat lain yang sempat dipertimbangkan adalah pangkalan militer di Biak, Papua, dan Morotai, Maluku Utara.