Uji Coba Semipedestrian di Malioboro Masih Terus Dilakukan
Uji coba semipedestrian di kawasan Malioboro, Yogyakarta, masih bakal terus dilakukan. Tujuannya, memperoleh gambaran utuh tentang kondisi kawasan tersebut apabila konsep semipedestrian diterapkan sepenuhnya.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Uji coba konsep semipedestrian di kawasan Malioboro, Yogyakarta, masih bakal terus dilakukan. Tujuannya, memperoleh gambaran utuh tentang kondisi kawasan tersebut apabila konsep semipedestrian diterapkan sepenuhnya.
Uji coba penerapan konsep semipedestrian kembali diadakan di kawasan Malioboro, Yogyakarta, Jumat (7/2/2020). Sepanjang Jalan Malioboro ditutup untuk kendaraan bermotor pribadi dari pukul 09.00-21.00. Kendaraan yang boleh melintas hanya kendaraan umum, seperti bus Transjogja dan kendaraan tidak bermotor lainnya.
”Kami belum bisa memastikan (butuh berapa kali uji coba lagi). Kami ingin mengambil data kondisi lalu lintas dan kecenderungannya. Khususnya di sekitaran kawasan Malioboro sebagai bahan kebijakan ke depan,” kata Kepala Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta Agus Arif Nugroho, Jumat siang.
Selama ini sudah terdapat jadwal uji coba penerapan semipedestrian secara rutin, yakni Selasa Wage, sesuai dengan penanggalan Jawa. Siklus itu berulang setiap 35 hari. Hari itu dipilih agar penerapan uji coba tersebut bersamaan dengan hari saat para pedagang kaki lima tidak berjualan.
Seiring berjalannya waktu, ada beberapa pihak yang menggelar pertunjukan atau atraksi di sepanjang jalan itu saat penerapan semipedestrian dilakukan. Masyarakat pun memadati kawasan itu. Tidak hanya trotoar, tetapi juga jalan raya. Akibatnya, kendaraan umum dan kendaraan tidak bermotor lainnya yang akan melintas jadi kesulitan. Uji coba itu dianggap kurang optimal.
Selanjutnya, dipilih hari kerja lain untuk melakukan uji coba itu. Uji coba sebelumnya sudah dilakukan pada Selasa (19/11/2019). Pedagang kaki lima tetap berjualan pada hari itu. Ini untuk mengambil gambaran yang menyeluruh mengenai konsep semipedestrian setelah dijalankan. Hasil dari uji coba di kedua kesempatan itu masih dalam pengkajian.
”Ada beberapa hari dan waktu-waktu lain yang juga kami masih perlu ambil datanya. Ini agar pengayaan datanya lebih komprehensif,” kata Agus.
Agus menambahkan, arus lalu lintas melingkar yang mengitari Jalan Malioboro sedang dipersiapkan. Hal itu diyakini mampu membuat arus lalu lintas semakin lancar. Namun rencana itu masih membutuhkan waktu karena sedang dalam tahap pengkajian. Pengumpulan data terus dilakukan agar kebijakan yang dihasilkan bisa tepat sasaran.
Berdasarkan pantauan Kompas, Jumat siang, suasana tampak lengang di sepanjang Jalan Malioboro. Pejalan kaki bisa berjalan dengan leluasa. Bus Transjogja berkendara dengan nyaman. Becak dan andong melaju tanpa ragu diimpit sepeda motor atau mobil pribadi. Namun, sesekali masih ada saja wisatawan yang berpose di tengah jalan. Hal itu membuat arus transportasi umum yang melintas terhambat.
Rizky Lukman (19), wisatawan asal Tasikmalaya, menyampaikan, pihaknya setuju jika kawasan Malioboro diubah menjadi kawasan semipedestrian. Ia sudah merasakan nyamannya berjalan kaki di trotoar dan jalan yang lengang. Ia juga tidak merasa takut tertabrak kendaraan bermotor.
Dadang (43), pedagang kaki lima, merasa dagangannya menjadi lebih sepi pembeli ketika semipedestrian diterapkan. Hingga pukul 12.00, ia belum mendapatkan satu pembeli pun. Pada hari biasa, ia biasanya sudah mengantongi Rp 200.000.
Hal yang berbeda diungkapkan Benu (48), pengayuh becak. Ia melihat penutupan jalan bagi kendaraan bermotor sebagai sebuah peluang. Penghasilannya sedikit bertambah jika jalan itu ditutup bagi kendaraan bermotor.
”Kami bisa mengangkut wisatawan-wisatawan yang kelelahan berjalan kaki. Ini membuat kami jadi pilihan lagi. Kami tidak kehilangan penumpang yang diangkut ojek-ojek daring,” kata Benu.