Wajah kumuh Stasiun Jatibarang dan sekitarnya di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, telah berganti. Bangunan tahun 1912 itu kian cantik dilengkapi taman, aneka fasilitas, dan berdampingan dengan Alun-alun Jatibarang.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
INDRAMAYU, KOMPAS — Wajah kumuh Stasiun Jatibarang dan sekitarnya di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, telah berganti. Stasiun yang dibangun tahun 1912 itu kini dilengkapi dengan taman, aneka fasilitas, dan berdampingan dengan Alun-alun Jatibarang. Penataan itu diharapkan menambah daya pikat bagi wisatawan.
Penataan Stasiun Jatibarang diresmikan Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) Edi Sukmoro dan didampingi Pelaksana Tugas Bupati Indramayu Taufik Hidayat, Jumat (7/2/2020). Turut hadir Vice President PT KAI Daerah Operasi III Cirebon dan Kepala Kepolisian Resor Indramayu Ajun Komisaris Besar Suhermanto.
Penataan tersebut antara lain mencakup pembangunan loket dan pelayanan pelanggan, mushala baru, dan penambahan peron dari sebelumnya menampung 12 rangkaian kereta menjadi 16 rangkaian. Area parkir yang dulunya berbatu dan berlubang kini telah mulus dengan luas mencapai 5.603,58 meter persegi.
Jalanan becek dan sisa sayuran dari Pasar Jatibarang yang berada tepat di depan stasiun tak lagi tampak. Taman seluas 1.488 meter persegi juga tengah dibangun. PT KAI bahkan menanam 28 pohon tabebuya, yang ketika berbunga mirip pohon sakura di Jepang.
”Dulu di depan stasiun macet dan kumuh. Sekarang, dengan bantuan pemerintah daerah, stasiun ini kami tata ulang untuk memberikan kenyamanan kepada penumpang,” ujar Edi. Pihaknya juga berkomitmen membenahi jalan di depan stasiun yang masih berupa tanah dan berlubang.
Penataan diperlukan karena jumlah penumpang di stasiun tersebut terus meningkat. Pada 2017, Stasiun Jatibarang melayani 210.223 penumpang dan meningkat menjadi 268.162 penumpang tahun selanjutnya. Adapun tahun 2019, sebanyak 284.353 penumpang berangkat dan turun di stasiun tersebut.
”Penataan juga dilakukan pada hampir semua stasiun besar. Peningkatan jumlah penumpang luar biasa tajam sehingga pelayanan harus ditingkatkan,” ungkap Edi. Tahun lalu, PT KAI melayani 432 juta penumpang atau melonjak 7 juta penumpang dibandingkan dengan 425 juta tahun sebelumnya.
Manajer Humas PT KAI Daop III Cirebon Luqman Arif menambahkan, penataan stasiun dilakukan di Stasiun Prujakan, Cirebon, dan Stasiun Brebes karena peningkatan jumlah penumpang. ”Selain memperluas area stasiun, kami juga menyiapkan kios untuk usaha mikro, kecil, dan menengah daerah setempat,” katanya.
Di Stasiun Jatibarang, misalnya, terdapat toko oleh-oleh yang menyajikan produk khas Indramayu, seperti mangga gedong gincu, batik, dan kerupuk. ”Sekarang, stasiun ini lebih nyaman kayak kantor bank. Dulu, mengantre tiket di luar, panas. Kios juga kurang,” ujar Rofiqo (42), warga Indramayu yang kerap ke Jakarta melalui Stasiun Jatibarang setiap akhir pekan.
Taufik Hidayat mengapresiasi langkah PT KAI menata Stasiun Jatibarang. Dengan penataan ini, masyarakat Indramayu semakin dimanjakan dengan pelayanan PT KAI.
”Kami juga akan membenahi lingkungan di sekitar stasiun agar tidak kumuh. Nanti ada patok sejarah penanda Presiden Soekarno berpidato di sini. Pak Dirut (PT KAI) sudah berjanji akan membangunnya,” ujarnya.
Apalagi, di samping stasiun tengah dibangun Alun-alun Jatibarang oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Alun-alun dengan konsep arcade square atau ruang terbuka dengan kolom berderet yang terhubung ini dibangun di atas lahan bekas Pasar Jatibarang.
Koridor, tugu, dan bangunan instalasi seni telah berdiri di alun-alun tersebut. ”Pembangunannya sudah 90 persen. Tinggal pasang lampu dan jam besar. Targetnya, April sudah dibuka. Nanti, penumpang kereta bisa berwisata ke alun-alun,” ucapnya.
Wajah baru Stasiun Jatibarang dan sekitarnya tersebut, menurut Taufik, diharapkan dapat membuat Indramayu semakin dikenal dan dikunjungi wisatawan. Apalagi, Stasiun Jatibarang merupakan salah satu akses ke Bandara Internasional Jabar Kertajati di Kabupaten Majalengka dengan jarak sekitar 37 kilometer.