Industri pariwisata di Natuna, Kepulauan Riau, lesu menyusul ditetapkannya kabupaten tersebut menjadi tempat observasi 238 orang yang dipulangkan dari Wuhan, China.
Oleh
PANDU WIYOGA
·2 menit baca
RANAI, KOMPAS — Industri pariwisata di Natuna, Kepulauan Riau, lesu menyusul ditetapkannya kabupaten tersebut menjadi tempat observasi 238 orang yang dipulangkan dari Wuhan, China. Sebagian wisatawan menunda perjalanan karena khawatir tertular virus korona tipe baru.
Kepala Dinas Pariwisata Natuna Hardiansyah, Jumat (7/2/2020), menyatakan, sejumlah tempat wisata ditutup oleh pengelola untuk sementara karena sepi pengunjung. Masyarakat luas belum yakin 238 orang yang dipulangkan dari Wuhan itu benar-benar dalam kondisi sehat dan bebas dari virus korona.
”Kami berharap warga yang sedang diobservasi tetap sehat sampai masa karantina selesai. Dengan begitu, semoga, wisatawan tidak takut lagi untuk berkunjung ke Natuna,” kata Hardiansyah.
Salah satu pengusaha tur dan perjalanan, Kiki, mengatakan, selama seminggu belakangan ini tidak ada wisatawan yang berkunjung ke Natuna. Bahkan, salah satu destinasi wisata terpopuler, Alif Stone, di Kecamatan Bunguran Timur, untuk sementara tutup karena sepi pengunjung.
”Ada 150 wisatawan yang belum lama ini membatalkan kunjungan ke Alif Stone. Hal yang sama dialami banyak pengusaha tur dan perjalanan wisata lainnya,” ujar Kiki.
Ia menyayangkan pemerintah pusat yang sebelumnya tidak menyosialisasikan dulu keputusan untuk memilih Pangkalan Udara Raden Sadjad sebagai tempat observasi bagi warga Indonesia yang dipulangkan dari Wuhan. Jika saja komunikasi yang baik dibangun, dampak negatif bisa dikurangi.
Unjuk rasa kemarin itu membuat wisatawan menganggap Natuna tidak aman.
”Unjuk rasa kemarin itu membuat wisatawan menganggap Natuna tidak aman. Padahal, sebelumnya, warga di sini belum pernah sekalipun turun ke jalan,” ucap Kiki.
Hal itu menjadi pukulan telak di saat pegiat pariwisata lokal sedang merintis promosi perjalanan ke Natuna. Setahun belakangan ini, mereka sedang giat mempromosikan kekayaan alam, terutama wisata bahari, untuk dikelola sebagai destinasi wisata baru.
”Setelah masa observasi selesai, kami berencana mengajak orang-orang yang dipulangkan dari Wuhan itu berkunjung ke destinasi wisata unggulan di Natuna. Nanti sama-sama kita sampaikan Natuna itu tidak hanya indah, tetapi juga aman dan ramah,” kata Hardiansyah.
Menurut Kiki, daya tarik utama wisata di Natuna adalah taman bumi (geopark) yang terbagi menjadi delapan situs. Mulai dari goa purba Kamak di Kecamatan Bunguran Timur Laut sampai situs batu tertua yang berumur 145 juta tahun di Pulau Akar di Bunguran Selatan.
Namun, kata Hardiansyah, selama ini transportasi masih menjadi halangan utama untuk mengembangkan pariwisata di Natuna. Penerbangan ke Natuna masih terbatas pada dua maskapai, yaitu Wings Air dan Sriwijaya. Semuanya harus transit melalui Batam sehingga biaya perjalanan jadi membengkak.