Dia Salma. Dia kini tiada. Gajah sumatera (Elephas maximus sumatrensis) berusia 1,5 tahun itu mati pada Jumat (7/2/2020) sekitar pukul 02.00. Kisah kelam satwa dilindungi ini terus menunggu jadi pelajaran berharga.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
Dia Salma. Dia kini tiada. Gajah sumatera (Elephas maximus sumatrensis) berusia 1,5 tahun itu mati pada Jumat (7/2/2020) sekitar pukul 02.00. Kisah kelam satwa dilindungi ini terus menunggu jadi pelajaran berharga untuk semua.
”Kami telah berusaha maksimal. Tim dokter terus merawatnya sejak delapan bulan terakhir. Namun, nyawanya tetap tidak bisa diselamatkan. Salma mati akibat gangguan sistem pencernaan, jantung, dan limfa,” kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Aceh Agus Arianto, Minggu (9/2/2020) pagi.
Duka dimulai saat Salma ditemukan di lubang sedalam meter di Desa Batu Sumbang, Kecamatan Simpang Jernih, Aceh Timur, 18 Juni 2019. Badannya ringkih. Kulitnya keriput. Salma terpisah dari induk dan kawanannya.
Tali tambang besar juga terikat di pergelangan kaki kiri depannya. Diduga itu adalah jerat yang dipasang manusia untuk memburu satwa lain. Namun, apa pun alasannya, perlakuan itu menimbulkan luka busuk. Belatung menggerogoti daging. Hanya berbobot 225 kilogram, Salma kurang gizi. Dia sekarat.
Langkah penyelamatan pun dilakukan. Salma segera dibawa menggunakan perahu menyusuri Sungai Simpang Jernih menuju conservation response unit (CRU) pusat mitigasi konflik satwa di Serbajadi, Aceh Timur.
Berharap indah, pemulihan kondisi kesehatan Salma tak mudah. Kesehatannya sulit dikembalikan karena menderita komplikasi penyakit. Tidak hanya pencernaan, jantung dan limfanya juga terganggu.
Agus mengatakan, kondisi Salma sempat membaik setelah dirawat beberapa bulan. Gajah mungil ini mulai ceria. Namun, semua tak lama. Sakit yang dideritanya mudah memicu stres. Akibatnya, nafsu makan Salma kembali anjlok. Ujungnya, salma menghembuskan napas terakhir di tempat perawatannya jelang azan subuh.
Badannya ringkih. Kulitnya keriput. Kondisi kesehatannya sulit dikembalikan karena menderita komplikasi penyakit. Tidak hanya pencernaan, jantung dan limfanya juga terganggu.
Kisah kelam Salma menambah muram kehidupan gajah sumatera di Aceh. Tak hanya kondisi lingkungan yang makin terdegradasi, satwa dilindungi itu juga menghadapi ancaman perdagangan gelap. Sasaran bukan hanya gajah liar. Ironi muncul saat gajah jinak pun dibunuh.
Kematian tak wajar gajah terus terjadi. Awal tahun 2020, enam gajah ditemukan mati. Lima ekor mati di Aceh Jaya dan satu ekor di Aceh Utara. Lima gajah diduga mati karena tersengat listrik yang dipasangi warga di kebun sawit. Total kematian gajah di Aceh periode 2016-2020 sebanyak 38 ekor. Padahal, jumlah populasi gajah sumatera di Aceh diperkirakan tinggal 539 ekor.
”Konflik satwa liar dengan manusia karena habitat gajah terganggu. Saat ini 85 persen populasi gajah berada di luar kawasan konservasi,” kata Agus.
Direktur Pusat Kajian Satwa Liar Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Wahdi Azmi mengatakan, pemanfaatan ruang yang keliru memicu konflik gajah dengan manusia. Menurut dia, kawasan yang termasuk habitat gajah perlu dikelola secara khusus, misalnya penerapan pola pertanian yang sesuai dengan karakteristik satwa di dalamnya.
Pemanfaatan ruang yang keliru memicu konflik gajah dengan manusia.
Wahdi menyebutkan, ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menekan konflik satwa dengan manusia. Salah satunya pemasangan sabuk global positioning system (GPS), sistem navigasi berbasis satelit. Hal ini membuat langkah pemantauan gajah bisa dilakukan lebih ideal.
Cara lain adalah membuat barrier atau parit pembatas. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan pertemuan gajah dengan manusia. Namun, saat ini, parit pembatas yang sedang dibangun baru berada di Aceh Jaya, Bener Meriah, dan Aceh Timur.
”Paling penting, masyarakat sekitar kawasan hutan bisa hidup berdampingan dengan gajah. Manusia dan satwa sama-sama membutuhkan hutan untuk kehidupannya,” kata Wahdi.
Perlindungan satwa liar jelas bukan kaset kusut akibat terus-menerus diputar. Kehidupan mereka yang tersisa adalah permata berharga milik bangsa yang harus dijaga siapa saja. Namun, tanpa cinta, kisah kematian gajah dan satwa langka lainnya bisa jadi akan terus menggema.