Budidaya Perikanan di Maluku Sangat Menjanjikan di Tengah Tantangan Perubahan Iklim
Potensi perikanan budidaya di Maluku sangat menjanjikan di tengah tantangan perubahan iklim. Namun, peluang itu belum banyak dimanfaatkan masyarakat pesisir karena mereka masih terpaku pola perikanan tangkap tradisional.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS - Potensi perikanan budidaya di Maluku sangat menjanjikan di tengah tantangan perubahan iklim. Namun, peluang itu belum banyak dimanfaatkan masyarakat pesisir karena mereka masih terpaku pola perikanan tangkap yang sangat bergantung cuaca.
Menurut pantauan Kompas pada Minggu (9/2/2020), keramba jaring apung mulai tumbuh di beberapa titik di pesisir Teluk Ambon. Di bagian dalam teluk, keramba tersebar di kawasan Poka, Lateri, dan Waeheru. Sedangkan di bagian luar teluk berada di Wainitu. Teluk bagian luar dan bagian dalam dibatasi Jembatan Merah Putih.
Di setiap paket keramba terdapat lima kotak berisi ikan berukuran bervariasi, 15 sentimeter hingga di atas 25 sentimeter. Masa pembesaran ikan tergantung jenis ikan. Ikan kuwe, ikan kerapu cantang, dan ikan kakap putih sudah bisa panen setelah enam bulan. Sedangkan kerapu bebek atau yang juga biasa disebut kerapu tikus panen setelah dua tahun.
Kepala Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon Nur Muflich Juniyanto mengatakan, pihaknya terus mendorong warga pesisir mengerjakan budidaya ikan air laut. Pihaknya akan memberikan bantuan benih kepada kelompok pembudidaya. Pada Sabtu (8/2/2020), mereka menebar 3.000 ekor benih kakap putih di kerambah jaring apung pesisir Desa Wanitiu, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon. Bantuan benih itu diberikan gratis.
Saat ini, total sekitar 30 kelompok yang mengusahakan keramba jaring apung di Teluk Ambon. Satu kelompok terdiri atas delapan hingga sepuluh orang. Hampir semua benih ikan yang dipelihara diambil dari Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon baik berupa bantuan maupun lewat pembelian. Ada juga benih yang dibeli dari Pulau Jawa.
Juniyanto menuturkan, sepanjang tahun 2019, total bantuan benih yang diserahkan ke kelompok pembudidaya di Maluku sebanyak 1.000 ekor ikan kuwe, 60.800 ekor ikan kakap putih, 39.750 ekor ikan hias, dan 250 ekor ikan kerapu bebek.
"Potensi perikanan budidaya sangat tinggi, sayang belum dimanfaatkan optimal," katanya.
Saat ini, ikan budidaya kian diminati pasar termasuk restoran. Di Ambon, ikan kuwe dihargai sekitar Rp 65.000 per kg. Sementara harga yang paling tinggi adalah kerapu bebek mencapai Rp 350.000 per kg. Karapu bebek umumnya dibeli langsung oleh kapal dari Hongkong, Korea Selatan, dan Jepang.
Potensi perikanan budidaya sangat tinggi, sayang belum dimanfaatkan optimal. (Nur Muflich Juniyanto)
Di keramba milik Isobet Jefry Slamta (47) misalnya, terdapat ribuan ekor ikan campuran seperti kuwe, kerapu cantang, kerapu bebek, dan kakap putih. Jefri pertama kali membangun keramba itu tahun 2009. Di dekat keramba milik Jefry itu kini dibuat lagi dua buah keramba oleh warga lain.
"Sekarang orang-orang mulai tertarik tapi belum banyak. Kalau serius, keramba sangat menjanjikan," ujarnya.
Keseriusan itu diperlihatkan Isobet saat menerapkan pola budidaya yang tepat. Dia menggunakan komponen utama pembuatan keramba seperti pelampung, papan, dan jaring.
Sekarang orang-orang mulai tertarik tapi belum banyak. Kalau serius, keramba sangat menjanjikan. (Isobet Jefry Slamta)
Saat ini, biaya untuk pembuatan satu paket keramba sekitar Rp 20 juta. Ukuran satu kotak keramba adalah 27 meter kubik. Menurutnya, kunci budidaya adalah perawatan. Salah satu yang biasa dilakukan adalah memandikan ikan menggunakan air tawar. Air tawar dapat membersihkan jamur pada ikan. Juga rutin membersihkan jaring.
Ia menuturkan, uang hasil budidaya kerambah ia gunakan untuk membiayai kuliah anaknya di Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura. Hingga saat ini, pengeluaran untuk pendidikan anaknya itu telah mencapai Rp 400 juta. Ia juga memiliki usaha indekos sebanyak 10 kamar. "Semua hari hasil kerja keramba," ujarnya.
Lurah Wainitu Malfy Nikijuluw mengatakan, telah mendorong pemuda setempat membangun keramba. Ia menilai potensi keramba cukup besar. Di tengah perubahan iklim, cuaca menjadi tidak menentu. Hasil tangkapan nelayan pun berkurang. "Keramba menjadi solusi untuk menjaga stok ikan di kota," katanya.