Kepulauan Riau Rawan Tertular Virus Korona Tipe Baru
Provinsi Kepulauan Riau yang terletak di Selat Malaka rawan tertular virus korona tipe baru. Semua negara yang berbatasan langsung dengan Kepri telah melaporkan kasus positif.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
RANAI, KOMPAS — Provinsi Kepulauan Riau yang terletak di Selat Malaka rawan tertular virus korona tipe baru. Semua negara yang berbatasan langsung dengan Kepri telah melaporkan kasus positif. Untuk memperkuat deteksi, pemerintah diharapkan segera meningkatkan pengawasan di pintu internasional.
Laporan waktu nyata oleh John Hopkins University dalam gisanddata.maps.arcgis.com menunjukkan, hingga Senin (10/2/2020) pukul 15.00, kasus positif korona telah ditemukan di negara-negara yang berbatasan langsung dengan Kepri. Di Singapura ada 43 kasus, Malaysia (18), Vietnam (14), dan Kamboja (1).
Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I Laksamana Madya Yudo Margono di Natuna menyatakan telah meminta Komando Armada I memperketat pengawasan di laut perbatasan sekitar Kepri. Tujuannya, jika ada orang yang masuk secara ilegal, dapat langsung ditindaklanjuti dinas terkait.
Kementerian Kesehatan Singapura, Jumat (7/2/2020), meningkatkan status waspada penyakit (DORSCON) dari kuning menjadi oranye atau satu tingkat di bawah merah. Dari total 989 orang yang diidentifikasi pernah menjalin kontak dengan pasien positif korona, ada 47 orang yang kini masih dilacak keberadaannya.
”Kita, khususnya di Kepri, harus waspada. Di sini (jalur) masuk dan keluar lebih banyak lewat laut. Saya sudah tekankan agar kapal-kapal kecil di pelabuhan tikus (ilegal) juga harus diwaspadai,” kata Yudo.
Sebelumnya, ada enam warga negara Indonesia (WNI) masuk tanpa terdeteksi dari Singapura ke Tanjung Pinang melalui Pelabuhan Sri Bintan Pura, Rabu (30/1/2020). Keberadaan mereka baru terlacak sepuluh hari kemudian setelah Kantor Imigrasi Batam menerima notifikasi dari Pemerintah Singapura.
Terkait hal itu, Kepala Dinas Kesehatan Kepri Tjetjep Yudiana mengatakan, enam WNI itu terdiri atas dua keluarga. Satu keluarga atau empat orang di antaranya mengaku pernah menjalin kontak dengan pasien positif korona di Singapura. Kini, mereka menjalani observasi di rumah selama empat hari ke depan.
”Mereka semua sehat dan tidak menunjukkan gejala sakit apa pun. Selama menjalani observasi di rumah, semua kebutuhan mereka dipenuhi petugas kesehatan,” ujar Tjetjep.
Kita, khususnya di Kepri, harus waspada. Di sini (jalur) masuk dan keluar lebih banyak lewat laut. Saya sudah tekankan agar kapal-kapal kecil di pelabuhan tikus (ilegal) juga harus diwaspadai.
Menurut dia, masuknya enam WNI dari Singapura itu menjadi peringatan bagi pemerintah untuk memperketat pengawasan di pintu masuk internasional. Setidaknya ada 10 pintu internasional di Kepri, yaitu 9 pelabuhan dan 1 bandara.
Jumlah itu belum termasuk sejumlah pelabuhan ilegal yang tersebar hampir di semua pulau. Pengawasan tersebut menjadi tantangan tersendiri mengingat wilayah Kepri terdiri dari 2.408 pulau dan hanya 394 pulau di antaranya yang berpenghuni.
”Di perbatasan Indonesia dan Singapura ada lima KRI yang patroli. Karena pasti yang paling rawan masuknya melalui laut sehingga kami bekerja sama dengan Polair dan instansi terkait untuk menanggulangi itu,” kata Yudo.
Kasus baru
Di Kabupaten Karimun, seorang pasien laki-laki berusia 28 tahun dirawat di ruang isolasi Rumah Sakit Umum Daerah Muhammad Sani sejak Jumat (7/2/2020). Pasien asal Kabupaten Meranti, Riau, itu menunjukkan gejala mirip korona, yaitu demam tinggi yang disertai sesak napas.
Kepala Dinas Kesehatan Karimun Rachmadi mengatakan, pasien itu tiba dari Malaysia menggunakan kapal laut di Pelabuhan Tanjung Balai Karimun, Kamis (30/1/2020). Ia adalah pekerja migran yang selama tiga bulan terakhir bekerja sebagai tenaga kebersihan di Malaysia.
”Ini merupakan kasus dugaan korona pertama di Karimun. Siang tadi, Tim Balai Teknik Kesehatan Lingkungan sudah mengambil spesimen pasien terduga korona itu untuk diteliti di Jakarta,” kata Rachmadi.