Kota Bandung dan Inggris Raya menjalin kerja sama dalam bidang transportasi melalui program Global Future Cities.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Kota Bandung dan Inggris Raya menjalin kerja sama dalam bidang transportasi melalui program Global Future Cities. Sebagai salah satu kota besar, Bandung diharapkan menjadi percontohan dengan memiliki sistem transportasi massal yang terintegrasi.
Duta Besar Inggris untuk Indonesia Owen Jenkins, seusai mengunjungi Balai Kota Bandung, Selasa (11/2/2020), mengatakan, Bandung dipilih sebagai sasaran kerja sama karena dianggap kota penting di Indonesia. Sebagai kota besar, Bandung perlu membentuk sistem transportasi publik terintegrasi dan Inggris bisa memberikan bantuan dalam merancang sistem tersebut.
Kami memilih Bandung karena memiliki nilai sejarah dan tumbuh dengan cepat.
Selain Bandung, Inggris juga memilih Surabaya dalam proyek bantuan antarnegara tersebut. Surabaya akan mendapatkan asistensi di bidang ketahanan kota (resilience). Jenkins menuturkan, keberhasilan dua kota besar ini diharapkan menjadi contoh bagi kota-kota lain di Indonesia, terutama Bandung jika bisa membangun sistem transportasi yang ideal.
”Masalah transportasi dialami Kota Bandung dan banyak kota di seluruh dunia. Kami bisa berbagi pengalaman untuk meningkatkan sistem transportasi di Bandung. Kami memilih Bandung karena memiliki nilai sejarah dan tumbuh dengan cepat,” papar Jenkins.
Sebelumnya, dalam sambutannya, Jenkins menyebutkan, penurunan angkutan umum menimbulkan dampak kemacetan dan ketimpangan. ”Bandung sudah mengenali permasalahan-permasalahan tersebut. Pengalaman pengelolaan transportasi terpadu dari Inggris akan membantu menangani permasalahan tersebut,” ujarnya.
Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana menyambut kerja sama Pemerintah Inggris itu. Sebagai kota metropolitan, Bandung memang berencana membuat sistem transportasi yang sesuai dengan karakteristik wilayah.
Dia pun berharap, bantuan tersebut bisa diarahkan untuk menambah keinginan masyarakat menggunakan moda transportasi publik yang nyaman dan tepat waktu. Masyarakat pada dasarnya ingin beralih ke transportasi publik asal ada kejelasan waktu.
”Mudah-mudahan kami mendapat manfaat sehingga masyarakat Kota Bandung bisa diuntungkan dengan adanya transportasi massal yang aman, nyaman, hingga tiket yang terjangkau,” ucapnya.
Yana melanjutkan, Bandung telah memiliki beberapa infrastruktur pengamatan lalu lintas yang bisa diintegrasikan dengan moda transportasi umum yang akan dikembangkan. Namun, untuk transportasi massal terintegrasi, Kota Bandung baru memiliki lima koridor dengan 50 bus.
”Orang-orang pasti akan pindah ke transportasi massal seperti bus. Namun, dengan keterbatasan dan belum terintegrasi, semuanya belum terpenuhi. Masyarakat berharap, dengan adanya transportasi massal, mereka akan semakin mudah mengakses tempat-tempat lain,” ujarnya.
Bantuan Global Future Cities Prosperity Fund dari Persemakmuran Inggris ini diberikan kepada 19 kota dari 10 negara berkembang. Sebanyak lebih kurang 80 juta pound sterling (sekitar Rp 1,4 triliun) digelontorkan agar kota-kota tersebut bisa membangun kota yang ramah lingkungan, memiliki akses transportasi urban yang baik, serta ketahanan terhadap perubahan iklim.