Lombok Utara Tingkatkan Kesadaran Pengelolaan Sampah
Pemerintah Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, kini lebih fokus meningkatkan kesadaran pengelolaan sampah sejak dini. Kepedulian itu terus dibangun agar produksi sampah di kabupaten itu semakin berkurang.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
TANJUNG, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, kini lebih fokus meningkatkan kesadaran pengelolaan sampah sejak dini. Kepedulian itu terus dibangun agar produksi sampah di kabupaten itu berkurang.
Kepala Seksi Peningkatan Kapasitas Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Utara Tommy Arwanto, di Tanjung, Selasa (11/2/2020), mengatakan, saat ini, total produksi sampah organik dan anorganik di Lombok Utara mencapai 20 ton per hari.
Kini, mereka tengah berusaha mengelola sampah dengan target 30 persen pengurangan dan 70 persen penanganan. Pengurangan itu, antara lain, meliputi pembatasan timbulan, pendauran ulang, dan pemanfaatan kembali sampah. Sementara penanganan meliputi pemilihan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.
Mengubah pola pikir ini dari biasa membuang sampah ke mengelola sampah jadi tantangan. Masyarakat masih melihat sampah sebagai benda yang kotor.
Terkait hal itu, kata Tommy, pihaknya terus berupaya mendorong pola pikir masyarakat tentang pengelolaan sampah. ”Mengubah pola pikir ini dari biasa membuang sampah ke mengelola sampah jadi tantangan. Masyarakat masih melihat sampah sebagai benda yang kotor. Padahal, itu terjadi karena sejak awal mereka memang mencampur langsung semua sampah,” tuturnya.
Menurut Tommy, saat ini, program pengelolaan sampah telah dilakukan di seluruh wilayah Lombok Utara. ”Di segmen masyarakat umum, kami sudah menggalakkan agar masyarakat bertanggung jawab atau mulai memilah sampah dari sumber. Organik dan anorganik. Kegiatan itu dilaksanakan oleh kelompok-kelompok masyarakat yang banyak digerakkan oleh kelompok pemuda,” kata Tommy.
Menurut Tommy, di daerah Tanjung dan Gangga, sampah organik mulai diolah menjadi kompos atau didekomposisi dengan media cacing. Sementara sampah anorganik seperti plastik mulai didaur ulang atau dibuat menjadi barang-barang bernilai ekonomis.
Persoalan sampah tidak hanya di Lombok Utara, daerah lain juga mengalami hal serupa. Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalillah dalam berbagai kesempatan mengatakan, penanganan sampah menjadi prioritas mereka lewat program NTB Zero Waste atau NTB bebas sampah.
Menurut Sitti, tidak hanya masyarakat umum, generasi muda juga didorong sebagai bagian penting dalam mewujudkan program itu. Misalnya, melibatkan mereka sejak dini, salah satunya gerakan pramuka sebagai duta Zero Waste di sekolah masing-masing.
Usia dini
Di samping itu, lanjut Tommy, membangun kepedulian pada sampah sejak usia dini juga menjadi perhatian pemerintah Lombok Utara. Oleh karena itu, mereka membantu sekolah Adiwiyata yang fokus, antara lain, pada pengelolaan sampah dan lingkungan.
”Sekolah-sekolah ini akan kami bina terus. Sejalan dengan itu, kami juga membangun komitmen dengan sekolah-sekolah lain untuk nantinya menjadi sekolah Adiwiyata,” kata Tommy.
Tommy mencontohkan, salah satu sekolah yang sudah berkomitmen untuk menjadi sekolah Adiwiyata adalah SDN 02 Malaka, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara. Sekolah yang rusak akibat gempa ini mendapat gedung baru berkat bantuan pembaca harian Kompas yang disalurkan Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas.
Sejumlah kegiatan juga telah dilaksanakan di sekolah tersebut. Pada akhir Januari lalu, misalnya, Inovasi (Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia/Kemitraan Australia Indonesia) bersama Pemerintah Kabupaten Lombok Utara dan puskesmas setempat menggelar kegiatan Pembiasaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Provincial Manager Inovasi Edy Herianto mengatakan, PHBS yang mereka laksanakan itu untuk menumbuhkan kesadaran siswa terutama usia kelas atas, yakni kelas 4, kelas 5, dan kelas 6.
”Mereka diharapkan bisa menjadi ujung tombak. Menjadi orang yang memimpin teman-temannya dalam mengelola lingkungan,” ujarnya.
Menurut Edy, PHBS di SDN 02 Malaka merangkul puskesmas di Malaka untuk program kesehatan dan Dinas Lingkungan Hidup Lombok Utara untuk pengelolaan sampah.
”Tidak hanya untuk kegiatan saat ini, tetapi berkelanjutan. Oleh karena itu, akan ada komitmen bersama sehingga baik puskesmas dan dinas lingkungan hidup rutin mengontrol kegiatan di sini,” kata Edy.
Menurut Edy, selain penyampaian materi, dalam kegiatan itu juga dilaksanakan praktik langsung. Misalnya, membuat ecobrick (botol plastik yang diisi sampah anorganik atau sulit diurai), menyikat gigi, mencuci tangan, dan membersihkan lingkungan sekolah.
Kepala SDN 02 Malaka Abdul Manap mengapresiasi kegiatan itu. Menurut dia, pihak sekolah sejak awal berkomitmen untuk memastikan gedung dan lingkungan sekolah terjaga. Apalagi, sekolah tersebut merupakan sumbangan dari masyarakat.