Dirawat Seminggu di Cirebon, Warga Provinsi Hubei Negatif Virus Korona
Dirawat seminggu, pasien terduga virus korona jenis baru di RSUD Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat, akhirnya diizinkan keluar dari rumah sakit, Selasa (11/2/2020).
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Diobservasi seminggu di ruangan isolasi RSUD Gunung Jati, Kota Cirebon, Jawa Barat, warga negara China, XC (25), akhirnya diizinkan keluar, Selasa (11/2/2020). Hasil pemeriksaan laboratorium memastikan pasien itu negatif virus korona tipe baru.
Hasil pemeriksaan itu diungkapkan Direktur Utama RSUD Gunung Jati Ismail Jamaludin dan jajaran direksi serta Kepala Dinas Kabupaten Cirebon Eni Suhaeni kepada awak media di Cirebon, Selasa siang. Adapun hasil laboratorium diterima RSUD Gunung Jati dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan pada Senin (10/2/2020).
Kekhawatiran bahwa XC terjangkit virus korona tipe baru beralasan. Selain ditunjukkan dengan suhu tubuh ketika diperiksa 37,7 derajat celsius, yang bersangkutan baru tiba dari China dan berasal dari Provinsi Hubei, provinsi tempat merebaknya virus korona tipe baru.
XC terbang dari Shanghai dan mendarat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang, Banten, Sabtu (1/2/2020) pukul 00.51. Ia datang bersama LY (27) menggunakan pesawat Cathay Pacific. Setelah mendarat, keduanya menuju Stasiun Gambir dan tiba di Cirebon pukul 11.00.
Pemeriksaan serum darah, apus hidung dan tenggorokan, serta dahak pasien itu dilakukan Laboratorium Virologi Puslitbang Biomedis dan Teknogi Dasar Kesehatan Kementerian Kesehatan. ”Hasilnya, negatif virus korona jenis baru. Pasien sudah dijemput keluarga tadi pagi. Kondisinya sehat, ceria,” ujar Ismail.
Sebelumnya, XC dirawat di Ruang Isolasi RSUD Gunung Jati sejak Selasa (4/2/2020) sekitar pukul 12.00. Pekerja seni itu datang dengan keluhan demam, batuk, sakit tenggorokan, dan lemas. Suhu tubuh pasien saat itu 37,7 derajat celsius. Meskipun masih normal, pasien sempat mengonsumsi obat penurun panas.
Masa inkubasi virus ini 14 hari. Jadi, tetap harus dipantau sampai tanggal 14 Februari. Kami tetap waspada.
Pasien telah mengeluh gejala demam dan sakit tenggorokan sejak Kamis (30/1/2020) sehingga membawa obat penurun panas dari China. Pasien juga tidak memiliki riwayat sakit pnuemonia. Itu sebabnya XC dimasukkan ke ruangan isolasi.
Saat itu, pasien didiagnosis radang tenggorokan, bukan virus korona tipe baru. Kondisi ini bisa dipicu bakteri, difteri, dan penurunan imunitas. Apalagi, saat itu, pasien sedang mengalami menstruasi. ”Pasien tidak punya riwayat radang tenggorokan. Tetapi, kalau menstruasi biasanya yang bersangkutan bedrest,” ungkapnya.
Selain keduanya, ada juga LYU (27), YZ (30), dan WZ (33) yang berangkat menggunakan pesawat China Southern Airlines. Kecuali WZ, semuanya berjenis kelamin perempuan. Kedatangan mereka untuk berlatih tari topeng di sebuah sanggar di Desa Barisan, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, hingga 12 Februari.
Kini, XC telah kembali ke sanggar dan berlatih tari. Meski demikian, menurut Ismail, XC masih dipantau tim survailens Dinkes Kabupaten Cirebon. ”Masa inkubasi virus ini 14 hari. Jadi, tetap harus dipantau sampai 14 Februari. Kami tetap waspada,” ujarnya.
Kapala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Eni Suhaeni telah meminta petugas Puskesmas Astanalanggar yang mencakup wilayah Desa Barisan untuk memantau kesehatan kelima WNA China itu. Pemantauan dilakukan hingga 13 Februari sebelum mereka berangkat ke Yogyakarta untuk kegiatan kesenian.
”Kami nanti menginformasikan hal ini kepada Dinkes Yogyakarta melalui jejaring surveilans. Mereka di Yogyakarta sampai 17 Februari,” kata Eni.
Terkait kepastian XC tidak terinfeksi virus korona jenis baru, Eni meminta masyarakat Cirebon tidak panik. ”Kabupaten Cirebon aman (dari virus korona jenis baru),” ucapnya.
Sebelumnya, SH (44), pasien asal Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, yang diduga terinfeksi virus korona tipe baru juga dinyatakan negatif. Warga Desa Cikulak, Kecamatan Waled, yang baru datang dari Taiwan itu dirawat di Ruang Isolasi RSUD Waled Cirebon.