Tim Evakuasi Heli Jatuh Belum Temukan Lokasi Pendaratan di Puncak Mandala
Akibat cuaca buruk, hingga Selasa (11/2/2020) sore, tim penyelamat belum dapat mengevakuasi 12 korban jatuhnya helikopter MI-17 di Pegunungan Puncak Mandala, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua.
Oleh
FABIO COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Hingga Selasa (11/2/2020) sore, tim penyelamat belum dapat mengevakuasi 12 korban jatuhnya helikopter MI-17 di Pegunungan Puncak Mandala, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua. Faktor cuaca buruk menyebabkan helikopter tim belum dapat mendarat di sekitar lokasi kejadian.
Wakil Kepala Penerangan Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih Letnan Kolonel (Inf) Dax Sianturi, di Jayapura, Selasa sore, mengatakan, kondisi cuaca yang berkabut disertai tiupan angin yang kencang menyebabkan tim evakuasi tak bisa mendekat ke sekitar lokasi jatuhnya helikopter MI-17.
Kami mencari jalan keluar agar bisa mendekati lokasi jatuhnya heli tersebut.
Puing-puing helikopter berada di atas sebuah tebing dengan ketinggian 11.000 kaki atau 3.352 meter. Tingkat kemiringan tebing itu mencapai sekitar 90 derajat. Kondisi cuaca yang tidak berkabut di wilayah tersebut biasanya mulai pukul 07.00 hingga pukul 10.00 WIT. Setelah itu, kondisi cuaca mulai berkabut sehingga menutupi kawasan pegunungan di area tersebut.
”Kami tidak mau upaya evakuasi para korban juga membahayakan nyawa tim penyelamat. Kami mencari jalan keluar agar bisa mendekati lokasi jatuhnya heli tersebut,” kata Dax.
Dax menambahkan, pihaknya akan menerjunkan 60 personel pasukan ke lokasi jatuhnya helikopter MI-17 di Pegunungan Puncak Mandala. TNI AD juga akan melibatkan warga sipil yang telah mengenal medan di Distrik Oksop tersebut dalam upaya evakuasi.
”Kami juga menyiapkan tiga helikopter milik TNI AD dan satu helikopter dari maskapai Dimonim Air untuk mengevakuasi 12 prajurit yang menjadi korban dalam musibah ini,” katanya.
Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Ahmad Mustofa Kamal, saat ditemui di Jayapura, mengatakan, pihaknya telah menyiapkan ratusan personel Polres Pegunungan Bintang untuk membantu proses evakuasi korban. ”Kami juga akan menyediakan tim identifikasi korban bencana atau DVI (disaster victim identification) apabila diperlukan pihak TNI,” kata Ahmad.
Pada Senin (10/2/2020), Panglima Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih Mayor Jenderal Herman Asaribab bersama Bupati Pegunungan Bintang Constan Oktemka dan Komandan Korem 172/PWY Kolonel (Inf) Binsar Sianipar ikut langsung dalam penerbangan pencarian menggunakan helikopter AS 350 B2 milik Dimonim Air.
Mereka menemukan puing-puing helikopter MI-17 itu di salah satu tebing Pegunungan Puncak Mandala, sekitar pukul 09.00 WIT. Badan helikopter dalam kondisi hancur karena diduga menabrak tebing tersebut.
Diketahui, heli MI-17 dengan nomor registrasi HA-5138 lepas landas dari Bandara Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, pada 28 Juni 2019, pukul 11.44 WIT. Kemudian, helikopter dilaporkan hilang kontak pukul 11.49 WIT pada ketinggian 7.800 kaki.
Seharusnya, helikopter yang mengangkut logistik untuk Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Indonesia dan Papua Niugini di Pegunungan Bintang itu dijadwalkan tiba di Sentani, Kabupaten Jayapura, pukul 13.11 WIT.
Adapun penumpang helikopter terdiri dari 7 awak dan 5 anggota Batalyon Infanteri (Yonif) 725/Woroagi. Tujuh awak itu meliputi Kapten CPN Aris, Letnan CPN Ahwar, Kapten CPN Bambang, Sersan Kepala Suriatnae, Prajurit Satu Asharulf, Prajurit Kepala Dwi Pur, dan Sersan Dua Dita Ilham. Adapun personel Yonif 725 meliputi Sersan Dua Ikrar Setya Nainggolan, Pratu Yanuarius Loe, Pratu Risno, Prada Sujono Kaimuddine, dan Prada Tegar Hadi Sentana.