Vetiver Jadi Andalan Minimalkan Potensi Longsor di Gowa
Vetiver atau akar wangi diandalkan untuk meminimalkan potensi longsor di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Akarnya yang kuat diyakini efektif bakal melindungi kawasan rawan longsor.
Oleh
Reny Sri Ayu
·2 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Vetiver atau akar wangi diandalkan untuk meminimalkan potensi longsor di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Akarnya yang kuat diyakini efektif bakal melindungi kawasan rawan longsor.
Berdasarkan perencanaan Pemerintah Kabupaten Gowa, ada 180.000 bibit vetiver (Chrysopogon zizanioides) yang akan ditanam di sepanjang daerah aliran sungai dan hulu Sungai Jeneberang, Senin (17/2/2020). Total ada 11 kecamatan yang berada di kawasan rawan longsor itu. Daerah itu adalah Kecamatan Bontolempangan, Tompobulu, Biringbulu, Bungaya, Manuju, Parangloe, Parigi, Tinggimoncong, Tombolopao, Pattalassang, dan Kecamatan Bajeng Barat.
”Kami sudah mendapat masukan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian. Tanaman ini relatif efektif mencegah longsor. Vetiver juga bisa menjadi tanaman sela atau penutup di antara tanaman lain. Warga tetap bisa bercocok tanam bersama vetiver,” kata Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan di Makassar, Selasa (11/2/2010).
Menurut Adnan, sebagian dataran tinggi Gowa banyak dimanfaatkan warga untuk tanaman kebun dan hortikultura. Meski rentan memicu longsor, pemda tak bisa begitu saja melarangnya. Kebun-kebun itu menjadi sumber utama mata pencarian warga. Dia berharap vetiver bisa menjadi solusi warga untuk menjaga ekosistem tanpa kehilangan mata pencarian.
Peneliti Budidaya Tanaman Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat di Balitbang Kementan, Octivia Trisilawati, mengatakan, vetiver efektif mencegah longsor. Penyebaran akarnya dalam dan luas sehingga berpotensi menstabilkan tanah serta mencegah erosi.
”Vetiver dalam waktu tiga tahun dapat membentuk teras secara alami. Daunnya juga sumber bahan organik. Intinya, vetiver efektif mengendalikan longsor di daerah perbukitan dan rawan longsor,” kata Octivia.
Dia mengatakan, agar peran vetiver lebih efektif, proses penanamannya harus mengikuti pola yang benar. Terkait jarak tanam, misalnya, anakan ditanam zig-zag dan rapat mengikuti kontur tanah. Saat ditanam di tanah yang padat, keras, dan liat, akarnya akan sulit dicabut. Agar vetiver tumbuh tegak lurus, penanamannya perlu dikombinasikan dengan tanaman penutup tanah.
Vetiver dalam waktu tiga tahun dapat membentuk teras secara alami. Daunnya juga sumber bahan organik. Intinya, vetiver efektif mengendalikan longsor di daerah perbukitan dan rawan longsor.
Penanaman beragam tanaman untuk mencegah bencana juga menjadi program utama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Dalam pertemuan Penataran Manajemen Pengelolaan Bencana di Kantor Pemprov Sulsel, Senin (10/2/2010), Kepala BNPB Doni Monardo mengatakan, penanaman tanaman pelindung bakal jauh lebih efektif ketimbang menangani bencana.
”Pendekatan bencana saat ini kami fokuskan pada perbaikan ekosistem. Ini berlaku juga untuk Sulsel karena daerah ini rawan bencana, seperti banjir dan longsor. Ada banyak tanaman yang bisa berfungsi ekologis sekaligus ekonomis. Apabila dilakukan, akan banyak bencana alam yang bisa dicegah,” katanya.