Empat Pasien yang Sempat Dirawat di RSUP Dr Kariadi Negatif Virus Korona
Empat pasien yang sempat dirawat di ruang isolasi Rumah Sakit Umum Pusat Dr Kariadi, Kota Semarang, Jawa Tengah, dinyatakan negatif virus korona tipe baru hingga Rabu (12/2/2020).
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Empat pasien yang sempat dirawat di ruang isolasi Rumah Sakit Umum Pusat Dr Kariadi, Kota Semarang, Jawa Tengah, dinyatakan negatif virus korona tipe baru hingga Rabu (12/2/2020). Kini, pemantauan ketat dilakukan terhadap 12 orang dengan riwayat bepergian ke daerah endemis korona, tetapi tidak menunjukkan gejala terpapar virus itu.
Sebelumnya, empat pasien dirawat di ruang isolasi rumah sakit dalam kurun waktu berbeda. Keempatnya, secara berurutan, adalah warga negara Indonesia yang dirawat pada 27-29 Januari 2020, lalu warga negara Korea Selatan (5-7 Februari) dan warga negara China (6-8 Februari). Pasien terakhir adalah WNI yang dirawat pada 8-11 Februari 2020.
Mereka memiliki riwayat perjalanan dari daerah terpapar virus korona serta menunjukkan gejala seperti demam, batuk, dan pilek. Dalam jangka waktu berbeda, keempatnya dirawat di ruang isolasi selama 3-4 hari. Selama dirawat, pasien dilakukan pengambilan sampel dengan metode usap (swab) tenggorokan setiap hari selama tiga hari.
Metode usap dilakukan dengan mengambil cairan atau dalam kerongkongan. Nantinya, cairan itu akan diteliti untuk dilihat lebih jauh apakah pasien terpapar virus korona atau tidak.
”Hasilnya dikirim setiap hari ke Balitbangkes (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan) Kementerian Kesehatan. Semua negatif dan diperbolehkan pulang. Jadi, mereka masing-masing dirawat tiga hari di ruang isolasi,” ujar Ketua Tim Penanganan Penyakit Infeksi Emerging RSUP Dr Kariadi dokter Muchlis Achsan Udji, Rabu.
Pemantauan ketat juga dilakukan terhadap 12 orang yang sempat memeriksakan diri ke rumah sakit itu. Mereka memiliki riwayat bepergian ke daerah-daerah yang dinyatakan endemis virus korona, tetapi tidak menunjukkan gejala seperti demam, batuk, dan pilek. Lantaran tak ada gejala, ke-12 orang yang terdiri dari warga negara Indonesia dan asing itu tidak dirawat.
Menurut Muchlis, apabila dalam 14 hari tak ada masalah, pemantauan selesai. Jika setelah 14 hari, lalu terserang demam, batuk, dan pilek, besar kemungkinan 12 orang itu hanya terserang flu biasa.
”Mereka kini ada di rumah masing-masing, tetapi tetap dipantau selama 14 hari atau masa inkubasi. Sejauh ini baik-baik saja. Bahkan foto rontgen pun tak menunjukkan sesuatu yang mengarah ke pneumonia,” kata Muchlis.
Mereka kini ada di rumah masing-masing, tetapi tetap dipantau selama 14 hari atau masa inkubasi. Sejauh ini baik-baik saja. Bahkan, foto rontgen pun tak menunjukkan sesuatu yang mengarah ke pneumonia.
Kepala Bidang Pelayanan Medik RSUP Dr Kariadi, Baskoro Nurdopo, menambahkan, ke-12 orang tersebut juga diberi kartu kewaspadaan kesehatan (alert card). ”Semua pasien yang melapor ke RSUP Dr Kariadi, kami laporkan ke dinas kesehatan. Maka, selanjutnya ada puskesmas yang memantau,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa yang perlu melapor atau memeriksakan ke RSUP Dr Kariadi adalah warga yang sehabis bepergian dari Wuhan, China, atau daerah di sekitarnya. Sementara masyarakat yang tak memiliki riwayat bepergian tidak perlu melakukannya. Tidak semua flu mesti dikaitkan dengan virus korona.
Sebelumnya, sosialisasi penyebaran dan pencegahan virus korona dilakukan Palang Merah Indonesia (PMI) bersama Dinas Kesehatan Jawa Tengah. Dalam acara tersebut ditekankan bahwa banyak isu berkembang, bahkan berlebihan, terkait virus korona. Ketua PMI Jateng Imam Triyanto mengatakan, masyarakat didorong untuk tak mudah termakan berita bohong.
”PMI memiliki kader sukarelawan di tingkat desa, yakni tim Sibat atau siaga bencana berbasis masyarakat. Ini dapat diberdayakan untuk sosialisasi dan gerakan pencegahan korona,” ujar Imam.