Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengantisipasi penyebaran virus korona jenis baru yang telah merenggut lebih dari 1.000 nyawa di China. Langkah antisipasi itu dengan memantau tenaga kerja asing asal China di Jabar.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengantisipasi penyebaran virus korona jenis baru yang telah merenggut lebih dari 1.000 nyawa di China. Salah satunya dengan memantau lebih ketat tenaga kerja asing asal China di Jabar.
Pemantauan itu melibatkan pihak imigrasi serta dinas tenaga kerja dan transmigrasi di 27 kabupaten/kota di Jabar. ”Datanya sekitar 3.000 orang yang terdiri dari TKA (tenaga kerja asing), pebisnis, dan wisatawan. Semua sudah termonitor keberadaannya,” ujar Gubernur Jabar Ridwan Kamil di Kota Bandung, Rabu (12/2/2020).
Kamil mengajak masyarakat tetap awas mencegah penyebaran virus korona. Namun, ia berpesan jangan sampai kekhawatiran dan upaya antisipasi tersebut membuat kegaduhan bersifat SARA.
Mantan Wali Kota Bandung itu mengatakan, hingga saat ini tidak ada kasus virus korona jenis baru (COVID-19) di Jabar. Empat pasien yang sempat diobservasi di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung dan Rumah Sakit Paru Dr H A Rotinsulu Bandung telah dipastikan negatif virus korona.
Selain itu, sembilan warga Jabar yang dikarantina di Natuna, Kepulauan Riau, juga dilaporkan bebas dari virus korona. ”Setelah lewat 14 hari (karantina), mereka bisa kembali ke keluarga masing-masing di Jawa Barat,” ujarnya.
Menurut Kamil, RSHS mempunyai sistem informasi rujukan terintegrasi dan prosedur untuk menangani berbagai potensi penyebaran virus, termasuk COVID-19. Dengan demikian, pasien yang mengalami gejala terkena virus tersebut dapat segera ditangani.
Sembilan warga Jabar yang dikarantina di Natuna, Kepulauan Riau, juga dilaporkan bebas dari virus korona.
”Urutannya dimulai dari diobservasi di IGD. Di sana ada unit isolasi untuk pasien dengan gejala terkena korona,” ucapnya.
Lima rumah sakit di Jabar lainnya juga sudah siaga dan menjadi rujukan penanggulangan infeksi darurat, termasuk korona. Kelimanya adalah RSUD Gunung Jati Cirebon, RSUD Subang, RSUD R Syamsudin SH Sukabumi, RSUD Indramayu, dan RSUD Dr Slamet Garut.
Kamil meminta dinas kesehatan dan instansi terkait untuk memantau warga dengan gejala mirip COVID-19, seperti batuk, pilek, dan demam dengan suhu badan di atas 38 derajat celsius.
”Kalau terlihat gejala itu, harus segera dilaporkan. Sebab, gejala terkena korona mirip dengan flu dan ketahuannya setelah 14 hari,” ucapnya.
Direktur Utama RSHS Bandung Nina Susana Dewi mengajak masyarakat menjaga pola hidup sehat untuk mencegah penyebaran virus. Salah satunya, ketika batuk menggunakan masker atau bisa juga dengan menutup mulut dan hidung menggunakan lengan baju bagian dalam, tisu, maupun sapu tangan.
Akhir Januari lalu, RSHS menerima dua pasien rujukan dengan gejala gangguan saluran pernapasan. Mereka terdiri dari seorang warga negara Indonesia dan seorang warga negara China.
Kedua pasien sempat dirawat di ruang isolasi. Hasil pemeriksaan sampel darah dan cairan tenggorokan kedua pasien oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan di Jakarta menunjukkan negatif virus korona.