Longsor Terjadi di Bandung Barat Tanpa Didahului Hujan
Kejadian longsor di Desa Sukatani, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat, Selasa (11/2/2020) malam, terjadi tanpa disertai hujan di sekitar lokasi kejadian. Kini, lebih dari 200 warga mencemaskan longsor susulan.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
NGAMPRAH, KOMPAS — Kejadian longsor di Desa Sukatani, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat, Selasa (11/2/2020) malam, terjadi tanpa disertai hujan di sekitar lokasi kejadian. Kini, lebih dari 200 warga meninggalkan rumah karena khawatir terjadi longsor susulan.
Data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan, longsor terjadi akibat air yang jenuh di dalam tanah selama musim hujan. Jika dilihat dari kondisi alamnya, daerah ini berupa area terbuka dan persawahan yang miring. Luasan longsor mencapai lebih dari 50 meter dengan kedalaman 20 meter. Sementara pergerakan tanah akibat longsor mencapai 350 meter dan mengenai rumah warga.
Kejadian ini tidak menimbulkan korban jiwa. Namun, berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bandung Barat, material longsor menimpa 10 rumah yang berada di RW 004 Desa Sukatani yang dihuni lebih kurang 40 jiwa. Dua rumah hancur tertimbun longsoran dan empat rumah rusak berat. Selain itu, area persawahan seluas 3 hektar dan empat kolam milik warga juga terdampak.
Penyelidik Bumi PVMBG, Anjar Hariwaseso, menuturkan, potensi longsor susulan dapat terjadi karena kemiringan tanah ekstrem dan munculnya kolam-kolam air akibat longsor. Kondisi ini mengancam lebih dari 80 rumah atau lebih dari 200 jiwa di sekitarnya.
”Idealnya, kemiringan tanah yang tidak berpotensi longsor sekitar 15-20 derajat. Namun, di sana kemiringan tanahnya mencapai lebih dari itu,” ujarnya.
Hingga Rabu (12/2/2020) siang, warga yang bermukim dalam radius kurang dari 100 meter dari batas akhir titik longsoran mengungsikan perabotannya ke tempat aman. Wahyudin (53), Ketua RW 004 Desa Sukatani, menuturkan, ratusan warga di sekitar lokasi longsor mengungsi ke rumah tetangga dan keluarga. Mereka khawatir tinggal di rumah akibat ancaman longsor yang sewaktu-waktu bisa menerjang rumah mereka.
Jajang (50), warga RT 003 RW 004, terpaksa mengungsi akibat rumahnya tertimbun material longsor. Dia tidak menyangka karena pada saat kejadian cuaca di kawasan tersebut tidak hujan. ”Terakhir hujan itu sekitar tiga hari lalu. Makanya kami tidak ada yang menyangka. Beruntung kami sempat menyelamatkan diri,” tuturnya.
Jajang menyebutkan, bencana ini terjadi sekitar pukul 21.20. Dia mendengar suara bergemuruh. Tidak lama kemudian, ia mendengar teriakan meminta warga keluar dari rumahnya. ”Tanahnya bergerak perlahan, kira-kira kurang dari 20 meter baru saya sadar. Kami langsung keluar tanpa memikirkan apa-apa lagi. Semua harta benda saya hancur rata dengan tanah,” lanjutnya.
Hujan itu sekitar tiga hari lalu. Makanya kami tidak ada yang menyangka. Beruntung kami sempat menyelamatkan diri.
Jalan tol
Rekahan tanah akibat longsoran ini tidak hanya menimpa permukiman penduduk. Posisi rekahan tanah juga terjadi hingga pinggir Jalan Tol Purwakarta-Bandung-Cileunyi, tepatnya di jalur Km 111 mengarah ke Jakarta. Jaraknya hanya sekitar 10 meter.
General Manager Jasa Marga Cabang Purbaleunyi Pratomo Bimawan Putra mengatakan, jalur tol masih bisa dilewati. Namun, di lokasi kejadian, petugas meletakkan pembatas di jalur darurat selama proses penutupan lereng sisa longsoran untuk mengantisipasi bencana susulan.
”Kami masih menunggu hasil dari konsultan. Saat ini, jalan tol dari kedua arah masih bisa dioperasikan. Namun, jika dalam hasil kajian jalur belum bisa digunakan, kami siap untuk melakukan rekayasa jalur,” ucapnya.