Minimnya penyuluhan kepada petani, ditambah keterbatasan anggaran pemerintah, membuat langkah penanggulangan wabah demam babi afrika berjalan tidak efektif.
Oleh
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS -Wabah demam babi afrika (ASF) di sebagian Sumatera Utara belum pulih, peternak justru kembali mengisi kandang dengan ternak baru. Babi pun kembali terjangkit dan mati. Kondisi ini menunjukkan, upaya penyuluhan dan penanggulangan dari pemerintah tidak efektif.
Di sentra peternakan babi rakyat di Desa Helvetia, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Sumut, peternak kembali mengisi kandang dengan ternak babi baru karena tidak mendapat informasi apa pun dari pemerintah, kapan bisa mulai beternak lagi.
”Saya membeli 21 bibit babi tiga pekan lalu seharga Rp 400.000 per ekor. Baru berapa hari, lima babi di antaranya mati,” kata Jurtini boru Siahaan (55), peternak di Desa Helvetia, Selasa (11/2/2020). Ia pun kian rugi karena sebagian ternak yang tersisa dijual Rp 300.000 per ekor. Padahal, Oktober lalu ia kehilangan 30 babi karena diserang ASF.
Hal serupa dialami peternak lain. Mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan saat menghadapi wabah ASF. Sebagian justru tidak mengetahui wabah apa yang menyerang ternaknya. Saat kandang sudah dikosongkan beberapa minggu, mereka merasa wabah sudah mereda sehingga membeli ternak baru. Yang terjadi justru kematian yang berulang.
Ketua Asosiasi Peternak Babi Sumut Hendri Duin Sembiring mengatakan, langkah peternak yang mulai memasukkan bibit baru ke kandang yang sudah terinfeksi wabah menunjukkan pemerintah tidak melakukan penyuluhan apa pun. ”Kementerian Pertanian, Pemprov Sumut, dan pemerintah kabupaten/kota di Sumut selalu berjanji akan menanggulangi wabah ASF dalam setiap rapat dengar pendapat.
Namun, hingga kini penanganan wabah ini tidak kelihatan di lapangan,” kata Hendri. ASF hingga kini belum ada vaksin dan obatnya. Virus juga bisa bertahan di kandang dan peralatannya hingga 100 hari setelah kandang kosong. Sejauh ini, lebih dari 46.245 babi di 22 kabupaten/kota di Sumut mati akibat ASF. Kerugian peternak mencapai Rp 115 miliar.
Satu-satunya cara untuk memutus penyebaran ASF dan memulihkan daerah wabah adalah dengan pengurangan populasi dan pengosongan kandang. Tindakan mengisi kembali kandang dengan ternak baru hanya akan merugikan peternak serta menyambung rantai penyebaran penyakit.
Hendri pun meminta Presiden Joko Widodo mendorong jajarannya agar bekerja lebih serius menanggulangi ASF. Jika terus dibiarkan, peternak bakal kian terpuruk dan ASF menyebar ke daerah lain. Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut Azhar Harahap mengatakan, salah satu kendala penanganan wabah ASF adalah minimnya anggaran yang tersedia. Pihaknya tengah mengajukan kebutuhan anggaran Rp 46 miliar kepada pemerintah pusat.
Anggaran itu, antara lain, untuk peningkatan biosekuriti, pengawasan lalu lintas ternak, pembentukan posko di kabupaten/kota, serta penyuluhan kepada peternak. Bantuan ternak selain babi, seperti sapi, kambing, dan ayam, akan diberikan setelah kondisi pulih. Wabah ASF juga sudah melanda Bali. Sejak akhir 2019 hingga kemarin, terdata 1.124 babi mati akibat ASF, 834 babi di antaranya terjadi di Kabupaten Badung.
Sterilisasi dan edukasi
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Badung I Wayan Wijana menyatakan, pihaknya fokus pada sterilisasi dan edukasi kepada peternak. ”Itu yang bisa dilakukan dan dimaksimalkan,” katanya. Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Fajar Sumping Tjaturasa, saat dihubungi di Jakarta, mengatakan, sejauh ini tidak ada anjuran untuk pemusnahan massal ternak babi di Sumut dan Bali.
Penyakit ASF memang belum ada obatnya, tetapi bisa ditanggulangi jika disiplin melaksanakan biosekuritas. ”Tidak hanya oleh peternak. Harus diterapkan pula secara disiplin oleh para pengangkut ternak, pengepul, pedagang hewan di pasar, penjagal, dan penjual daging,” tutur Fajar.
Menurut dia, kuncinya ada pada kebersihan kandang, prosedur keluar-masuk kandang dan area peternakan, serta disinfektan. ”Baik manusia, hewan, maupun alat harus rutin dibersihkan agar tidak membawa agen penyakit,” katanya.