Metode Harpun Dipakai untuk Selamatkan Buaya ”Berkalung” Ban
Upaya penyelamatan buaya muara yang terjerat ban sepeda motor di Sungai Palu, Sulawesi Tengah, terus dilakukan. Metode yang dipakai adalah dengan harpun.
Oleh
Videlis Jemali
·3 menit baca
PALU, KOMPAS — Upaya penyelamatan buaya muara yang terjerat ban sepeda motor di Sungai Palu, Sulawesi Tengah, terus dilakukan. Tim penanganan satwa liar Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sulteng dan ahli penanganan satwa liar dari Australia menguji coba alat dan metode yang akan digunakan. Uji coba berhasil dilakukan pada buaya lain kemarin.
Metode itu menggunakan harpun yang diikatkan dengan tali. Harpun ditombak pada salah satu buaya yang panjangnya sekitar 3 meter.
Setelah ditombak, buaya muara (Crocodylus porosus) dapat diketahui keberadaannya karena tali yang tersambung dengan harpun itu. Tombakan itu hanya mengenai kulit luar buaya dan tidak berakibat fatal. Setelah buaya ditangkap, luka akibat tombakan itu pun segera diobati.
Kami sudah simulasikan dengan baik dan berjalan sesuai dengan rencana. Semoga ini berhasil.
Setelah 30 menit, buaya bisa didekati. Tim lalu menjerat di bagian mulutnya lalu menyeret ke daratan di pinggir Sungai Palu.
”Kami sudah simulasikan dengan baik dan berjalan sesuai dengan rencana. Semoga ini berhasil,” ujar Kepala Seksi Wilayah I Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulteng Haruna, yang juga Ketua Satuan Tugas Penanganan Satwa Liar di Palu, Kamis (13/2/2020).
Harpun juga sebelumnya digunakan tim BKSDA Sulteng sebelum dua ahli penanganan satwa liar dari Australia, yakni Matthew N Wright dan Chris Wilson, bergabung sejak Selasa (11/2/2020).
Pada Kamis sore, mereka mencoba menggunakan umpan dengan memakai kapal nirawak di muara Sungai Palu, tempat buaya juga terdeteksi. Namun, buaya tak memakan umpan tersebut.
Kamis malam ini, tim akan menggunakan perahu karet untuk menombak buaya yang terjerat ban itu dengan harpun. Mereka tengah bersiap melakukan operasi.
Wright menyatakan, segala cara dipakai untuk menyelamatkan buaya tersebut. ”Kalau metode-metode yang dilakukan tak berhasil, kita harus tetap berusaha,” ujarnya.
Sebelumnya, mereka memasang perangkap dengan umpan berupa itik di dekat Jembatan II, salah satu tempat yang sering terlihat buaya ”berkalung” ban itu. Perangkap sudah diatur sedemikian rupa sehingga buaya akan terjebak di dalamnya saat memakan umpan tersebut.
Perangkap berupa kerangkeng besi sepanjang sekitar 5 meter. Percobaan secara nirawak itu pun menyedot perhatian warga. Warga memadati pinggiran sungai untuk menyaksikan upaya penyelamatan berlangsung.
Fatmawati Lamangkona (65), warga Kelurahan Besusu Tengah, Kecamatan Palu Timur, berharap ban yang melilit leher buaya tersebut bisa dilepaskan dengan upaya yang melibatkan tim dari Australia. ”Menurut saya, buaya itu menderita dengan ban di lehernya. Ini harus diakhiri,” ujarnya.
Buaya muara ”berkalung” ban tersebut terdeteksi pada pertengahan 2016 di Sungai Palu. Waktu itu, dengan postur tubuh masih kecil, ban agak longgar menjerat leher buaya.
Saat ini, seiring makin besarnya tubuh buaya, ban seperti mencekik leher satwa itu. Panjang buaya tersebut diperkirakan tak kurang dari 4 meter.