Pangkalan Udara TNI AU El Tari Kupang Segera Memiliki Skadron Pesawat Tempur
Jaga perbatasan RI di kawasan timur, TNI Angkatan Udara akan bangun skadron pesawat tempur di Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Oleh
KORNELIUS KEWA AMA
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Pangkalan TNI Angkatan Udara El Tari Kupang, Nusa Tenggara Timur, akan memiliki skadron pesawat tempur. Skadron ini penting untuk menjaga kedaulatan wilayah RI di perbatasan sekitar NTT.
Saat ini, pesawat tempur jenis Sukhoi dari Lanud Makassar, berpatroli di wilayah NTT. Patroli ini berjalan sampai 20 Februari 2020. Ini untuk menghindari ada klaim negara lain atas kedaulatan NKRI di perbatasan darat dan laut RI.
Komandan Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) El Tari Kupang Kolonel (Pnb) Agus Setiawan mengatakan, latihan tempur dan patroli di wilayah selatan Indonesia, yakni di perbatasan laut dengan Australia dan perbatasan darat dengan Timor-Leste, mendesak dilakukan. Patroli udara ini dilakukan setiap delapan bulan sekali di NTT. Hal itu dikatakan Agus Setiawan seusai menjemput empat pesawat tempur jenis Sukhoi di Lanud El Tari Kupang di Kupang, Rabu (12/2/2020).
”Kita rencanakan tahun ini atau paling lama tahun depan Lanud El Tari Kupang sudah memiliki skadron, artinya Lanud ini naik dari tipe B menjadi tipe A,” kata Agus.
Jika sudah memiliki skadron, akan ada 8-12 pesawat tempur yang bermarkas di El Tari, akan ada perawatan rutin dan parkir permanen. ”Pergerakan patroli, pengawasan, dan pengintaian pesawat lain yang melanggar masuk wilayah RI lebih cepat, efisien, dan efektif (jika ada skadron di sini),” kata Agus.
Lanud El Tari Kupang dinilai sangat strategis memiliki skadron itu. Wilayah perbatasan laut dengan Australia dan perbatasan darat dengan Timor-Leste dengan jarak tempuh ribuan kilometer butuh pesawat tempur untuk patroli rutin dari udara.
Ia mengatakan, empat pesawat tempur Sukhoi jenis SU-37, SU-27, dan SU-30 dengan tempat duduk ganda akan melakukan patroli selama satu pekan ke depan, 13-20 Februari 2020. Empat pesawat yang tiba pada Rabu lalu itu membawa juga 74 personel TNI AU, 13 penerbang, dan 10 teknisi.
Pesawat tempur ini memiliki skadron udara di Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar. Saat ini, di Lanud El Tari Kupang hanya ada shelter, hanya parkir sementara.
Patroli ini untuk memantau illegalfishing, perdagangan manusia, illegal logging, memantau kondisi titik batas perbatasan dengan alat teropong dari udara, dan mencegah masuknya pesawat asing ke wilayah udara NKRI. Dengan patroli di wilayah RI itu, diharapkan tidak ada negara lain yang mengklaim wilayah mereka dalam wilayah NKRI, baik di darat maupuan di laut, terutama di wilayah zona ekonomi eksklusif.
Kehadiran pesawat tempur ini juga memberi kesempatan kepada warga NTT melihat langsung pesawat tempur dan menciptakan rasa cinta masyarakat terhadap TNI, terutama anak-anak yang ingin menjadi anggota TNI.
Komandan Penerbang Udara 11 Lanud Sultan Hasanuddin Makassar Letkol (Pnb) Wanda Surijohansyah yang memimpin operasi patroli udara di wilayah NTT mengatakan, operasi udara ini untuk menangkal niat-niat musuh masuk wilayah NKRI. Jangan sampai kasus Natuna terulang lagi di NTT karena daerah ini memiliki perbatasan laut yang cukup luas, belum termasuk perbatasan darat dengan Timor-Leste.
”Operasi udara ini berlangsung di sepanjang wilayah perbatasan RI dengan Timor-Leste serta RI-Australia. Kita tidak mungkin masuk wilayah daratan dan perairan negara lain karena kita mengikuti titik koordinat yang ada, dengan pemantauan radar kita dari bawah,” kata Wanda.
Mengenai wilayah perbatasan enklaf Distrik Oecussi, Timor-Leste, yang mengklaim memiliki wilayah udara dan perairan sampai sebagian wilayah NKRI, kata Wanda, tetap mengikuti titik batas yang diratifikasi Perserikatan Bangsa-Bangsa. Titik batas wilayah RI yang sudah diakui PBB, di situlah patroli dilakukan.
Ketua DPRD NTT Emilia Nomleni mengatakan, jika ada klaim sepihak dari negara lain terkait batas negara mereka, masuk wilayah RI, itu pendapat sepihak. Indonesia tetap negara berdaulaut, tunduk, dan patuh terhadap ketentuan tata batas negara yang disepakati dunia internasional.
”Kita dukung latihan dan operasi pesawat tempur ini. Makin sering dilakukan di perbatasan RI-Australia dengan RI bersama Timor-Leste, itu lebih bagus karena memberi efek peringatan kepada negara lain tentang batas wilayah territorial RI,” kata Nomleni.