Merebaknya virus korona tidak berdampak signifikan terhadap kunjungan wisatawan ke Lombok, Nusa Tenggara Barat. Jumlah wisatawan memang berkurang, tapi kondisi itu diklaim akibat masa rendah kunjungan wisatawan.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Merebaknya virus korona tipe baru tidak berdampak signifikan terhadap kunjungan wisatawan ke Lombok, Nusa Tenggara Barat. Saat ini jumlah wisatawan memang berkurang dibandingkan sebelumnya. Namun, kondisi itu diklaim akibat masa rendah kunjungan wisatawan.
Pantauan Kompas di kawasan Pelabuhan Bangsal, Kabupaten Lombok Utara, Kamis (13/2/2020), aktivitas penyeberangan menuju kawasan Tiga Gili (Trawangan, Meno, dan Air) masih terlihat. Layanan transportasi kapal penyeberangan umum, maupun kapal cepat dari Bali, tetap berlangsung
”Kapal cepat dari Bali, sesuai rapat bersama beberapa waktu lalu, diharuskan bersandar di Pelabuhan Bangsal. Sebelumnya dari Bali langsung ke Gili. Keputusan itu disebabkan kami melakukan penapisan virus korona,” kata Koordinator Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Mataram Khaerul Yamin.
Sejak memasuki masa rendah kunjungan Januari lalu, jumlah penumpang kapal cepat asal Bali yang didominasi wisatawan mancanegara berkurang.
Menurut Ismail Yakub, pengelola Ostina Fast Boat, salah satu kapal cepat dengan rute Bali-Gili, pada musim ramai atau peak season (Juli-Agustus), jumlah wisatawan yang masuk ke Gili bisa mencapai 3.000 orang per hari. Saat ini jumlah wisatawan sekitar 1.000 orang per hari.
”Pada saat ramai, satu perusahaan pelayaran bisa mengoperasikan sampai dua kapal sehari. Kalau sekarang, paling satu. Jadi 1.000 orang itu yang dibagi ke perusahaan pelayaran yang ada,” kata Ismail.
Ismail menegaskan bahwa kondisi itu tidak ada kaitannya dengan merebaknya virus korona tipe baru. ”Tidak ada pengaruh. Dari dulu memang seperti ini setiap low season. Kondisi yang sama sebelum gempa. Kalau pascagempa memang sepi sama sekali,” kata Ismail.
Kawasan lain seperti Senggigi, Lombok Barat, juga ikut sepi. Tidak banyak wisatawan, terutama wisatawan mancanegara, yang terlihat di salah satu ikon pariwisata Lombok itu.
Menurut Sujana, pemilik jasa perjalanan wisata Perama Tour, kondisi itu memang telah berlangsung pascagempa bumi yang mengguncang Lombok pada 2018.
”Jadi sekarang ’ganda’. Sepi bukan hanya karena dampak gempa, tetapi juga ditambah dengan low season,” kata Sujana.
Jadi sekarang ’ganda’. Sepi bukan hanya karena dampak gempa, tetapi juga ditambah dengan low season. (Sujana)
Bukan pasar utama
Sebelumnya, Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu Moh Faozal mengatakan, satu-satunya dampak yang dirasakan akibat merebaknya virus korona tipe baru adalah pembatalan kunjungan wisatawan asal China.
Pembatalan terjadi setelah Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menghentikan sementara pemberian fasilitas bebas visa kunjungan dan visa on arrival untuk warga negara China. Penerbangan langsung dari dan ke daratan China juga dihentikan sementara mulai Rabu (5/2/2020) pukul 00.00.
Keputusan ini diambil setelah rapat terbatas dipimpin Presiden Joko Widodo di Pangkalan TNI Angkatan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu (2/2/2020) sore. Dalam rapat dibahas langkah Pemerintah Indonesia menyusul evakuasi warga negara Indonesia dari kota Wuhan, Provinsi Hubei, China.
Selain dua keputusan mengenai visa dan penerbangan langsung tersebut, Pemerintah Indonesia memutuskan semua pendatang dari daratan China untuk sementara tidak diizinkan masuk dan transit di Indonesia.
Hal ini diberlakukan untuk semua orang yang sudah berada minimal 14 hari di daratan China. Pemerintah Indonesia juga meminta WNI untuk sementara tidak pergi ke daratan China (Kompas, 2/2/2020).
Hanya saja, menurut Faozal, dampak pembatalan tidak signifikan. Apalagi China bukan pasar utama pariwisata NTB. China berada di urutan kelima setelah Malaysia, Australia, serta negara-negara Eropa dan Timur Tengah.
Terkait pembatalan itu, pelaku industri pariwisata, seperti agen perjalanan, juga mengaku dampaknya tidak besar. ”Ada pembatalan, tapi masih aman karena tamu wisatawan mancanegara, terutama dari Eropa, masih ada. Termasuk domestik,” kata Munawir Gazali dari Tukang Holiday.
Ada pembatalan, tapi masih aman karena tamu wisatawan mancanegara, terutama dari Eropa, masih ada. Termasuk domestik. (Munawir Gazali)
Meski bukan pasar utama, Pemerintah Provinsi NTB tetap memberikan perhatian kepada wisatawan asal China. Menurut Faozal, mereka telah membuat surat edaran agar tidak ada biaya pembatalan atau cancel fee yang dibebankan pelaku industri wisata atau hotel kepada wisatawan.
”Jadi, kami meminta mereka mengembalikan (refund) penuh. Terkait surat edaran tersebut, sampai sekarang belum ada komplain dari industri,” kata Faozal.
Ketua Asosiasi Hotel Mataram Ernanda Agung Dewobroto mengatakan, mereka memang menerima pembatalan menyusul larangan bagi pemegang paspor China masuk atau transit di Indonesia. Hanya saja, jumlahnya tidak signifikan. ”Terkait tidak ada cancel fee, memang sudah prosedur dalam keadaan force majeur,” kata Ernanda.