Pemerintah Daerah Diminta Terlibat Urus Kepulangan WNI yang Diobservasi di Natuna
Pemerintah daerah dari 30 provinsi diminta terlibat mengurus kepulangan 238 warga negara Indonesia yang diobservasi di Natuna, Kepulauan Riau. Setelah melewati observasi selama 14 hari, mereka masih perlu didampingi.
Oleh
PANDU WIYOGA
·4 menit baca
RANAI, KOMPAS – Pemerintah daerah dari 30 provinsi diminta terlibat mengurus kepulangan 238 warga negara Indonesia yang diobservasi di Natuna, Kepulauan Riau. Setelah melewati masa observasi selama 14 hari, mereka masih perlu didampingi agar bisa melanjutkan kehidupan di tengah masyarakat.
Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto di Natuna, Kamis (13/2/2020), menuturkan, observasi terhadap 238 orang yang dievakuasi dari Wuhan, China, akan diakhiri pada Sabtu (15/2). Selanjutnya mereka akan dikembalikan kepada keluarga masing-masing.
“Salah satu opsi yang tadi dibicarakan dengan Panglima TNI adalah mereka akan diterbangkan langsung ke Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta. Di sana, pemerintah daerah masing-masing akan menjemput,” kata Achmad.
Sebelum diterbangkan ke Jakarta, Kementerian Kesehatan akan mengirimkan surat kepada kepala dinas kesehatan di daerah yang menyatakan selama proses observasi 14 hari tidak ada satu pun yang menunjukkan gejala terjangkit virus korona tipe baru atau COVID-19. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi reaksi negatif yang mungkin muncul saat 238 orang itu pulang ke daerahnya.
“Kami harapkan ada pendampingan dari pemerintah daerah. Selain soal kesehatan, yang kini juga harus diperhatikan adalah keberlangsungan pendidikan mereka setelah dievakuasi dari Wuhan,” ujar Achmad.
Rencananya, proses pemulangan itu akan dihadiri Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo. Rombongan akan dilepas terbang ke Jakarta menggunakan acara adat Natuna sebagai bentuk terima kasih terhadap kontribusi warga setempat.
Secara khusus, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengucapkan apresiasi kepada prajurit TNI dan Polri yang mampu menyiapkan operasi kemanusiaan evakuasi 238 WNI dari Wuhan dalam waktu kurang dari dua hari. Ia juga berterima kasih kepada warga Natuna yang telah mendukung operasi tersebut.
Kami harapkan ada pendampingan dari pemerintah daerah. Selain soal kesehatan, yang kini juga harus diperhatikan adalah keberlangsungan pendidikan mereka setelah dievakuasi dari Wuhan.(Achmad Yurianto)
Tetap waspada
Laporan waktu nyata oleh John Hopkins University dalam gisanddata.maps.arcgis.com menunjukkan, hingga Kamis (13/2/2020) pukul 17.00, kasus positif korona telah ditemukan di sejumlah negara tetangga, yaitu Singapura sebanyak 50 kasus, Thailand (33), Malaysia (18), Vietnam (16), Australia (15), Filipina (3), dan Kamboja (1).
Achmad memastikan Indonesia masih bebas dari COVID-19. Ia menyatakan antisipasi penyebaran infeksi di pintu internasional tetap dilakukan dengan menggunakan pemindai suhu tubuh dan pengisian health alert card. Hal itu dianggap sudah sesuai dengan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Tidak ditemukannya kasus infeksi COVID-19 di Indonesia jadi pertanyaan ilmuwan di luar negeri. Penelitian ilmuwan dari Center for Communicable Disease Dynamics, Harvard TH Chan School of Public Health, Boston, Amerika Serikat, yang dipublikasikan di jurnal MedRxiv, 5 Februari 2020, menyebutkan, Indonesia seharusnya telah memiliki kasus infeksi (Kompas, 11/2/2020).
Sebelumnya, seorang warga China benama Jin yang pernah mengunjungi Bali dilaporkan terinfeksi COVID-19 setelah kembali ke Shanghai. Pemerintah Indonesia saat ini masih berupaya mengonfirmasi hal itu dengan melacak identitas lengkap pasien dan data perjalanan yang dilalui selama berlibur di Bali.
Pasien bernama Jin itu diketahui terbang dari Wuhan menuju Denpasar, Bali, dengan menggunakan pesawat Lion Air JT-2618, Rabu (22/1/2020). Enam hari kemudian, ia kembali ke China menumpang pesawat Garuda Indonesia GA-858. Jin dinyatakan positif terinfeksi COVID-19 pada Rabu (5/2/2020).
Achmad menuturkan, ada enam orang bernama Jin di penerbangan Lion Air dari Wuhan ke Denpasar. Namun, setelah dicocokkan dengan data penumpang di pesawat Garuda Indonesia tujuan Denpasar ke Shanghai, hal itu kemudian menyempit kepada dua orang bernama Jin, yang salah satunya anak-anak.
“Rata-rata masa inkubasi positif COVID-19 di China itu lamanya 10 hari, maka perkiraan kami, Jin terinfeksi sekitar tanggal 27 atau 28 Januari,” kata Achmad.
Menurut dia, sangat besar kemungkinan Jin terinfeksi setelah tiba di Shanghai mengingat saat ini sudah ada 351 kasus positif COVID-19 di kota itu. Sedangkan di Bali, sampai saat ini, 14 spesimen yang telah diperiksa hasilnya semua negatif. Selain itu, juga belum ada peningkatan signifikan terhadap kasus pneumonia berat dan enyakit mirip influenza (influenza-like illness/ILI).