Pemkot Surabaya Minta agar Warga Tak Membeton Saluran Air
Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, meminta warga agar tidak membeton saluran air yang ada di depan permukiman dan pertokoan. Betonisasi menyulitkan petugas untuk mengecek dan mengeruk saluran air.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, meminta warga agar tidak membeton saluran air yang ada di depan permukiman dan pertokoan. Betonisasi menyulitkan petugas untuk mengecek dan mengeruk saluran air.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di Surabaya, Kamis (13/2/2020), mengatakan, satgas pematusan sempat menemui kendala saat mengecek kondisi saluran air di beberapa lokasi. Kesulitan itu disebabkan sejumlah saluran air dibeton oleh warga.
Padahal, petugas perlu mengecek kondisi saluran air dan mengeruk secara rutin untuk mencegah adanya sampah dan sedimentasi yang membuat kapasitasnya tidak maksimal. ”Kami minta agar warga tidak membeton saluran air agar petugas mudah melakukan pengerukan. Bangunan liar di atas saluran juga mulai ditertibkan,” katanya.
Pengecekan saluran air sangat penting, terutama ketika memasuki musim hujan. Setiap hari, petugas mengecek saluran air untuk memastikan tidak ada sampah dan sedimentasi menyumbat saluran air. ”Kami akan melakukan pembongkaran karena seharusnya saluran air tidak boleh dibeton,” ujar Risma.
Dari dua kali banjir di Surabaya selama Januari, Pemkot Surabaya mendapati saluran air yang dipenuhi sampah. Bahkan, petugas menemukan kasur yang dibuang warga ke saluran air. Akibatnya, saluran air tersebut tersumbat dan tidak bisa mengalirkan air dari jalan raya dengan maksimal.
Kami akan melakukan pembongkaran karena seharusnya saluran air tidak boleh dibeton,
Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Pematusan, dan Bina Marga Kota Surabaya Erna Purnawati mengatakan, petugas secara rutin mengecek kondisi saluran air. Jika ditemukan sampah dan sedimentasi, akan dibersihkan agar aliran air tetap maksimal.
Selama sembilan tahun terakhir, Pemkot Surabaya membangun saluran air sepanjang 293,87 kilometer. Saluran air itu rata-rata berada di bawah trotoar yang ada di tepi-tepi jalan raya. Saluran air ini mempunyai luas rata-rata 2-4 meter persegi.
Setiap hari, sekitar 1.400 petugas mengeruk saluran air untuk mencegah sedimentasi. Kapasitas maksimal dari box culvert terus dijaga agar mampu mengalirkan air hujan, terutama ketika curah hujan tinggi.
Pengerukan dilakukan menggunakan 63 alat berat dan 80 dump truck milik Pemkot Surabaya. Pengerahan petugas dan alat-alat berat dari Pemkot Surabaya diklaim bisa menghemat anggaran hingga Rp 14 miliar per tahun dibandingkan dengan menggunakan jasa pihak ketiga.
”Dalam sehari, rata-rata mampu mengeruk tanah di box culvert sebanyak 150 truk. Tanahnya dimanfaatkan untuk membangun fasilitas umum, seperti pengurukan tanggul, pembuatan taman, pengurukan bangunan, serta pembuatan zona penyangga di berbagai ruang publik di Surabaya,” tutur Erna.
Camat Gubeng Suprayitno mengatakan, pada saat hujan lebat masih ada sejumlah wilayah yang tergenang. Setelah dicek, ternyata ada saluran air yang buntu sehingga air tidak bisa mengalir ke saluran air. Lokasinya rata-rata berada di dekat saluran air yang dibeton oleh warga.
”Kami akan terus memberi sosialisasi kepada warga agar tidak lagi membeton saluran air karena mencegah banjir adalah tanggung jawab bersama. Kalau banjir, warga juga yang merasakan dampaknya,” ujarnya.