Tren kematian babi di Bali menurun. Hingga kini, peneliti masih berjuang menemukan vaksin untuk mengatasi demam babi Afrika atau African swine fever.
Oleh
AYU SULISTYOWATI
·4 menit baca
BADUNG, KOMPAS — Kematian babi secara mendadak masih melanda Bali. Hanya saja, rata-rata kematian menurun per hari dari 25 ekor pada Desember 2019 menjadi kisaran 3 ekor. Penurunan jumlah kematian ini terutama terjadi di Kabupaten Badung, tempat ditemukan paling banyak kasus kematian babi.
Hingga Kamis (13/2/2020), jumlah kematian babi di Badung terdata 837 ekor. Total lebih dari 1.100 babi di enam kabupaten di Bali mati sejak Desember 2019. Peternak babi dan pemerintah setempat hingga kini masih menunggu hasil uji laboratorium sampel darah kematian babi. Mereka juga menunggu rekomendasi dari pusat untuk langkah selanjutnya.
Di Kota Denpasar, pemantauan terhadap ternak babi terus dilakukan. Putu Gede Eka Dharma (41), dokter hewan Kecamatan Denpasar Timur, memantau satu per satu peternakan. Ia bersama tim petugas kesehatan hewan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Denpasar mengedukasi satu per satu peternak. Edukasi itu berupa memberikan pengetahuan tentang demam babi Afrika atau African swine fever (ASF). Mereka juga menyemprot kandang dengan disinfektan sebagai bentuk upaya pencegahan.
Gede Eka juga mengingatkan agar peternak dan siapa saja, termasuk media, agar tidak mendatangi kandang babi lebih dari satu lokasi dalam satu hari. Apalagi, lokasi kandang peternak hampir berdekatan dengan perumahan penduduk.
”Ini untuk pencegahan meski belum tahu positif atau negatif ASF. Jadi, setelah mendatangi satu kandang, tidak boleh datang lagi ke kandang lain. Ini juga berlaku untuk saya dan petugas lain,” tuturnya.
Ini untuk pencegahan meski belum tahu positif atau negatif ASF. Jadi, setelah mendatangi satu kandang, tidak boleh datang lagi ke kandang lain.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Badung juga melarang memberi makan babi dari sisa makanan manusia tanpa direbus terlebih dahulu. Dinas pun mengajak peternak fokus pada peningkatan sterilisasi kandang, tetapi belum perlu sampai ke tahap sterilisasi dan eliminasi babi dengan radius 5 kilometer.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Badung I Wayan Wijana beberapa kali menegaskan, dirinya belum mendapatkan kepastian penyebab kematian babi. ”Ya, mari sama-sama menunggu pengumuman resmi dari pusat (Kementerian Pertanian). Yang pasti, dinas memaksimalkan mengimbau agar peternak menyemprot biosekuriti kandang masing-masing,” kata Wijana, Selasa.
Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar juga enggan menjelaskan hasil uji laboratorium sampel darah babi yang mati. Mereka mengharapkan Kementerian Pertanian yang menjelaskan hal itu.
Sedikitnya 15 sampel darah babi yang mati dari beberapa titik representatif dikirim BBVet Denpasar ke BBVet Medan, Sumatera Utara, untuk diuji ulang. Sampel ini juga dibandingkan dengan hasil kematian babi positif ASF di Medan.
Tim peneliti Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana terus meneliti penyakit ASF. Mereka meneliti sejak dua bulan terakhir. Saat itu, kasus kematian babi sudah mencapai 888 ekor. Dari penelitian itu, diharapkan ada vaksin penangkal ASF.
Jika vaksin berhasil diproduksi, hal ini diharapkan membantu pencegahan penyebaran wabah ASF yang khususnya merebak di Sumatera Utara.
”Tim tengah berupaya meneliti dan memaksimalkan kemampuan agar bisa memproduksi vaksin ASF ini. Penelitian ini tidak hanya di Udayana, tetapi beberapa kampus juga diminta oleh Kementerian Pertanian agar bisa bersama-sama mendapatkan formulanya untuk vaksin ASF,” ujar I Gusti Ngurah Mahardika, salah seorang dari tim Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, di Denpasar.
Ia mengatakan, tim baru saja bekerja sekitar sebulan lalu. Ia berharap masyarakat, terutama peternak, bersabar menanti hasilnya dan semoga berhasil.
Kepala BBVet Denpasar I Wayan Masa Tenaya membenarkan adanya upaya penemuan formula untuk vaksin ASF. Ia pun meminta semua pihak bersabar dan membiarkan tim ahli bekerja maksimal.
Di sejumlah kabupaten di Bali yang belum terkontaminasi kematian babi, harga hewan babi Rp 30.000 per kilogram. Kabupaten itu adalah Jembrana, Buleleng, dan Klungkung. Harga itu relatif murah karena menjelang hari raya Galungan, harga babi biasanya bisa lebih dari Rp 30.000 per kilogram. Perayaan Galungan jatuh pada 19 Febuari.
Hingga Rabu kemarin, harga satu babi dengan berat setara 100 kilogram hanya terjual Rp 2,2 juta. Padahal, biasanya satu babi berusia tujuh bulan dengan berat 100 kilogram bisa dihargai Rp 3,6 juta. Setiap bulan, peternak di Denpasar dapat menjual 10 hingga 20 babi.