Perawatan Anak Balita dengan Leukemia Akut Ditangani Pemprov Sulut
Dion Saputra (4), anak balita dengan leukimia akut asal Konawe Selatan, Sultra, mendapat bantuan dari berbagai pihak. Selain donatur, Pemprov Sulut mengutus tim untuk menjemput dan merawat Dion di Manado hingga tuntas.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
·5 menit baca
MANADO, KOMPAS — Dion Saputra (4), anak balita dengan leukimia akut asal Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, mendapat uluran tangan dari berbagai pihak. Selain bantuan dari donatur, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara mengutus tim untuk menjemput dan merawat Dion di Manado hingga tuntas.
Dion tiba di Bandara Sam Ratulangi, Manado, bersama ibu dan ayahnya, pasangan Lisdayanti (26) dan Asdin, Jumat (14/2/2020), setelah dijemput tim Dinas Kesehatan Sulut sehari sebelumnya. Mereka dijemput Ibu Gubernur Sulut Rita Dondokambey-Tamuntuan dan Kepala Dinas Kesehatan Sulut Debie Kalalo.
Dion langsung dibawa ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof dr RD Kandou dengan ambulans. Kamar isolasi telah disediakan di ruang Pusat Pelayanan Kanker Anak Estella. Para perawat segera mengambil darah, kemudian memasang infus di kedua tangan Dion.
Sekarang keadaan Dion membaik. Dari kemarin hemoglobin (pengikat oksigen dalam sel darah merah) dia cuma 4, hari ini sudah naik 7,5. Padahal belum transfusi darah. Bagi saya ini mukjizat, ada harapan buat anak saya.
Lisdayanti bersyukur mendapat bantuan dari Pemprov Sulut. Sebelumnya, ada organisasi yang menyatakan akan membantu Dion mendapat perawatan di Makassar, tetapi akhirnya batal. RS Bahteramas tidak memiliki fasilitas penanganan kanker.
”Sekarang keadaan Dion membaik. Dari kemarin hemoglobin (pengikat oksigen dalam sel darah merah) dia cuma 4, hari ini sudah naik 7,5. Padahal belum transfusi darah. Bagi saya ini mukjizat, ada harapan buat anak saya,” tutur Lisdayanti.
Lisdayanti mengapresiasi perhatian dan komitmen Pemprov Sulut. Ia berharap Dion dapat dirawat sampai sembuh sekalipun ia harus tinggal sampai hitungan tahun. ”Yang penting anak saya sembuh dulu. Saya juga jadi merasa tidak sendirian karena bisa bertemu keluarga lainnya,” katanya.
Selain perawatan gratis, keluarga Dion telah mendapat bantuan berupa uang tunai dari 18 anggota Fraksi PDI-P dan seorang anggota Fraksi PSI di DPRD Sulut. Ini dapat mengurangi kekhawatirannya soal pengeluaran kebutuhan sehari-hari. Ia dan Asdin belum memutuskan apakah Asdin akan bekerja di Manado selama Dion dirawat.
Pembengkakan limpa
Dion yang dirawat di RS Bahteramas Kendari divonis leukimia stadium IV pada akhir 2019. Kondisi Dion terus menurun dengan pembengkakan pada limpa, diare berkepanjangan, dan gusi yang bengkak. Berat Dion saat ini hanya sekitar 10 kilogram dengan perut dan kaki yang membengkak, sedangkan lengannya hanya tulang berbalut kulit kendur.
Saat ini, Dion hanya bisa makan melalui infus. Lisdayanti mengatakan, makan bubur pun dapat memicu muntah bercampur darah.
Tingkat prevalensi kanker di sejumlah wilayah, seperti Sultra, belum terdeteksi dengan baik di tengah berbagai ancaman. Pelaksana Tugas Direktur Rumah Sakit Bahteramas Sjarif Subijakto mengatakan, Pemprov Sulut bersedia mengambil alih perawatan Dion hingga tuntas.
”Di Rumah Sakit Umum Pusat Prof RD Kandou Manado memang ada pusat klinik kanker anak. Kemarin ada ekspose di koran Kompas juga terkait Dion, bikin mereka tergerak untuk datang dan membantu. Mereka koordinasi dan ingin membantu,” ucap Sjarif di Kendari.
Ibu Gubernur Sulut Rita mengatakan, ini merupakan bentuk kepedulian Pemprov Sulut terhadap Dion. Adapun motivasi muncul dari dorongan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri. ”Sebelumnya diberitakan Kompas. Jadi, Ibu Megawati menyampaikan, kalau bisa, Dion dirawat intensif di Sulut, karena kami punya Pusat Kanker Estella,” katanya.
Ia berharap tim medis di Estella dapat merawat Dion sampai sembuh. Di situ, berbagai tindakan, seperti kemoterapi dan terapi preventif sumsum tulang belakang, dapat dilaksanakan.
Rita juga menyatakan komitmen pemprov untuk merawat Dion selama apa pun dan berapa pun biayanya. ”Kami janji akan rawat sampai sembuh,” katanya.
Di sisi lain, Ketua Fraksi PDI-P DPRD Sulut Rocky Wowor mengatakan, tiap anggota fraksi menyumbang sekitar Rp 1 juta untuk Dion. Ia mengatakan, langkah ini murni berdasarkan alasan kemanusiaan. ”Kami akan terus pantau kondisi Dion,” kata Rocky.
Pelaksana Tugas Direktur RS Bahteramas Sjarif mengatakan, pihaknya juga telah melakukan perawatan ulang dan pengecekan kesehatan di RS Bahteramas terkait kondisi kesehatan Dion. Diagnosis menyeluruh dilakukan dengan peralatan yang ada di rumah sakit ini. Dari diagnosis awal, kanker darah yang diderita Dion telah menyebar ke berbagai organ tubuh. Hal itu membuat Fungsi organ terganggu dan tidak bekerja maksimal.
Keterbatasan fasilitas
Akan tetapi, Menurut Sjarif, karena keterbatasan fasilitas dan kurangnya sumber daya, Dion tidak bisa ditangani maksimal. Rumah sakit provinsi ini belum mempunyai dokter spesialis penyakit dalam untuk anak, dan fasilitas yang lengkap.
”Padahal, kanker dan jantung itu banyak di Sultra, hanya tidak terdata dengan baik. Pasiennya bisa ratusan orang. Selain dari pola hidup dan pola makan, kita juga harus waspada karena daerah Sultra ini banyak tambang. Oleh karena itu, saya punya visi juga untuk menjadikan RS Bahteramas rujukan kanker di Sultra ke depannya,” tutur Sjarif.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Sultra Andi Hasnah mengatakan, prevalensi penyakit kanker tidak setinggi jenis penyakit lain di wilayah Sultra. Akan tetapi, pendataan dan diagnosis di masyarakat perlu terus dilakukan agar menghindari penyakit ini terus terjadi, dan terlambat tertangani.
Selama ini, tutur Hasnah, penanganan dan pendataan penyakit di masyarakat dilakukan secara berjenjang, mulai dari puskesmas hingga rumah sakit. Hal itu seiring juga dengan proses pendataan masyarakat miskin untuk masuk dalam jaminan kesehatan.
Khusus Dion, kata Hasnah, sudah dikoordinasikan dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Jika kemarin mereka pakai BPJS Mandiri, seharusnya pendataan dari desa sampai kabupaten lebih baik. Apalagi karena dinas kesehatan sudah mengucurkan dana sekitar Rp 900 juta per bulan agar masyarakat miskin bisa masuk dalam jaminan sosial. Setiap tahun, kita menganggarkan sekitar Rp 9 miliar.
Kami kemarin masih berdiskusi terkait kondisi anak dan keluarga, jadi prosesnya agak lama. Yang penting, Dion sudah tertangani dan ke depannya perlu terus diperbaiki.
Terkait penanganan dan bantuan terhadap Dion dari Pemprov Sulut, Hasna menambahkan, penanganan awal sebenarnya telah dilakukan di RS Bahteramas. Akan tetapi, penanganan lanjutan untuk dirujuk ke Makassar memang belum sempat dilakukan.
Di Manado ada rumah sakit rujukan kanker untuk anak. Rumah sakit ini sekaligus menjamin untuk kebutuhan keluarga selama di sana. ”Kami kemarin masih berdiskusi terkait kondisi anak dan keluarga, jadi prosesnya agak lama. Yang penting, Dion sudah tertangani dan ke depannya perlu terus diperbaiki,” ucap Hasnah.