Berkunjung ke Banten Lama, Wapres Ma’ruf Amin Dorong Daerah Jadi Pusat Wisata
Wapres Ma’ruf Amin mendorong daerah berinovasi membangun daerahnya jadi pusat wisata, pusat budaya, dan wisata religi. Banten salah satunya telah menganggarkan ratusan miliar rupiah untuk merevitalisasi Banten Lama.
Oleh
ANITA YOSSIHARA
·4 menit baca
SERANG, KOMPAS — Wakil Presiden Ma’ruf Amin berkunjung ke kawasan wisata bersejarah Banten Lama di Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten, Minggu (16/2/2020). Dalam kunjungan itu, Wapres mendorong setiap daerah berinovasi membangun pusat-pusat wisata untuk menunjang peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Rombongan Wapres Ma’ruf tiba di Museum Kepurbakalaan Banten Lama sekitar pukul 10.00. Didampingi Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Saadi dan Gubernur Banten Wahidin Halim, Wapres membuka rangkaian acara Jelajah Nusantara pameran artefak Nabi Muhammad SAW.
Dalam pidatonya, Wapres mengapresiasi upaya Pemerintah Provinsi Banten merevitalisasi kawasan wisata Banten Lama. Inovasi-inovasi seperti itulah yang diharapkan juga dilakukan pemerintah daerah lainnya.
”Ya kita (pemerintah pusat) memang mendorong daerah-daerah untuk berinovasi. Membangun daerahnya menjadi pusat wisata, pusat budaya, wisata religi. Tentu pemerintah menyambut baik inisiatif dari Gubernur Banten yang ingin menjadikan Banten sebagai pusat religi dunia,” kata Wapres menjelaskan di sela-sela peninjauan di Museum Kepurbakalaan.
Wapres melihat Banten punya potensi menjadi pusat wisata dan pusat pengembangan kebudayaan Islam dunia. Hal itu tentu tak terlepas dari sejarah Banten yang pernah menjadi salah satu kerajaan Islam besar di Nusantara. Jauh sebelum Indonesia merdeka, para sultan Banten telah menjalin hubungan diplomatik dengan berbagai kerajaan di luar Nusantara, seperti Kesultanan Turki Utsmani.
Tak hanya itu, di masa lalu Banten memiliki tokoh-tokoh ulama berkaliber internasional. Salah satunya Syeikh Nawawi Al Bantani yang kitab-kitabnya diakui oleh para ulama di dalam dan luar negeri. Ada pula Syeikh Abdul Karim, ulama dari tarekat Naqshabandiyah yang ajarannya dikenal di seluruh Indonesia, bahkan Malaysia.
”Jadi tinggal bagaimana berinovasi mengembangkan kreativitas untuk mengelola,” tutur Wapres.
Gubernur Banten Wahidin dalam sambutannya mengatakan, pihaknya memutuskan untuk merealisasikan rencana revitalisasi kawasan wisata Banten Lama yang sejak lama kurang terawat. Penataan dilakukan sebagai salah satu upaya menggaet lebih banyak wisatawan ke Banten.
Selain itu, revitalisasi dilakukan karena Pemerintah Provinsi Banten menginginkan kawasan Banten Lama menjadi pusat perkembangan budaya Islam dunia. Pemprov akan membangun sebuah bangunan yang diperuntukkan bagi pertemuan ulama-ulama serta ormas-ormas Islam.
”Kami sudah siapkan lahan sebagai pusat pengembangan budaya, pusat pengkajian kitab-kitab para ulama Islam. Kami akan siapkan juga bangunan empat lantai di bawah tanah yang bisa menampung 5.000 orang. Di sanalah diharapkan para ulama dan pengurus ormas Islam berkumpul untuk membahas berbagai persoalan dunia Islam,” kata Wahidin.
Untuk menata ulang Banten Lama, Pemprov Banten mengalokasikan anggaran hingga Rp 200 miliar. Biaya revitalisasi itu dialokasikan bertahap selama tiga tahun berturut-turut, dimulai tahun 2018, 2019, dan 2020.
Selain Banten Lama, Pemprov Banten berencana merevitalisasi lokasi wisata ziarah lain, seperti Caringin dan Cikadeuen. Biaya revitalisasi sebesar Rp 30 miliar juga dialokasikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Selanjutnya, untuk menata kawasan wisata religi di seluruh Banten, Wahidin meminta dukungan pemerintah pusat. Wapres Ma’ruf merespons positif permintaan tersebut.
Untuk diketahui, kawasan wisata Banten Lama merupakan kompleks kesultanan Banten Islam. Kota tua Banten yang terletak di pesisir pantai utara itu didirikan Sultan Maulana Hasanudin pada tahun 1552.
Banten mengalami masa kejayaan saat dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa yang berkuasa sejak 1652-1682. Saat itu, pelabuhan Banten menjadi pusat perdagangan lada terbesar dan menjadi pelabuhan transit terbesar kedua di Nusantara. Transaksi di pelabuhan Banten dilakukan oleh para pedagang dari berbagai belahan dunia.
Kesultanan Banten dihancurkan oleh penjajah Belanda pada tahun 1808 dan resmi dihapus pada 1813. Keraton Surosowan yang menjadi pusat pemerintahan Banten dihancurkan.
Kini, di kawasan wisata Banten Lama hanya tersisa reruntuhan Keraton Surosowan dan Keraton Kaibon, serta Masjid Agung dan menaranya.
Pada bagian belakang kompleks keraton terdapat pula Wihara Avalokitesvara, salah satu kelenteng tempat tersimpannya altar Dewi Kwan Im. Kelenteng ini juga selalu ramai dikunjungi, terutama saat upacara penggantian pakaian Dewi Kwan Im, setiap menjelang Imlek. Tak jauh dari wihara, terdapat benteng yang dibangun dari batu karang dan pasir bernama Benteng Speelwijk.