Wakil Wali Kota Kediri Lilik Muhibbah (58), tutup usia, Sabtu (15/2/2020) pukul 16.03, saat menjalani perawatan di RS dr Soetomo, Surabaya, akibat sakit.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
KEDIRI, KOMPAS — Wakil Wali Kota Kediri, Jawa Timur, Lilik Muhibbah (58), tutup usia pada Sabtu (15/2/2020) pukul 16.03 saat menjalani perawatan di RS dr Soetomo, Surabaya, akibat sakit. Lilik mendampingi Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar memimpin Kota Kediri selama dua periode, yakni 2014-2019 dan 2019-2024.
Abdullah Abu Bakar atau yang akrab disapa Mas Abu, Sabtu malam, mengatakan, almarhumah meninggal akibat diabetes melitus (DM). Beliau sudah lama kena gula (DM). Terus ini kena stroke. Sebenarnya sudah beberapa kali. Jadi, karena gula merusak (organ) yang lainnya,” katanya.
Di mata Abu Bakar, Lilik merupakan sosok pekerja keras yang selalu menyelesaikan tugas dengan baik. Almarhumah aktif di organisasi wanita, Palang Merah Indonesia, dan kegiatan lain. ”Belum pernah saya berkonflik sama sekali dengan beliau. Apa yang jadi keputusan saya selalu didukung dengan baik,” kata Abu yang merasa sangat kehilangan atas kepergian almarhumah.
Belum pernah saya berkonflik sama sekali dengan beliau. Apa yang jadi keputusan saya selalu didukung dengan baik.
Sementara itu, Kepala Humas RS dr Soetomo, Pesta Parulian, yang dikonfirmasi mengenai diagnosis yang bersangkutan, mengatakan, Lilik meninggal akibat hipertensi. ”Kemungkinan ada suatu kegawatan yang sangat cepat sehingga tidak tertolong,” katanya melalui pesan Whatsapp.
Lilik dilarikan ke rumah sakit setelah mengeluh sakit pada Sabtu dini hari. Awalnya, perempuan yang biasa disapa Ning Lilik ini dibawa ke RS Gambiran, Kediri. Namun, sekitar pukul 13.00 almarhumah dirujuk ke RS dr Soetomo.
Kepala Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Pemerintah Kota (Pemkot) Kediri Apip Permana mengatakan, saat dibawa ke rumah sakit, kondisi almarhumah sudah pingsan. ”Saat menjalani perawatan di RS dr Soetomo pukul 16.03, beliau meninggal,” ujarnya.
Berdasarkan hasil musyawarah keluarga, menurut rencana, jenazah Lilik dikebumikan di makam keluarga di Pondok Pesantren Al Ishlah, Jalan Hasyim As’ari, Kelurahan Bandarkidul, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Minggu (16/2) pukul 09.00.
Ramah dan keibuan
Di mata pegawai di lingkungan Pemkot Kediri, Lilik dikenal sebagai sosok yang ramah dan keibuan. Almarhumah sering menyapa siapa saja, mulai dari staf sampai yang punya punya jabatan lebih tinggi.
Sosok Lilik juga menjadi penyeimbang Abu Bakar yang dikenal berjiwa milenial. ”Kalau Pak Wali itu berjiwa anak muda, kalau Ning Lilik itu keibuan, sehingga dua-duanya klop, saling melengkapi,” kata Apip.
Di bawah kepemimpinan mereka berdua, Kediri menjadi kota dagang dan jasa dengan tagline ”Harmoni Kediri”. Salah satu program yang lahir dari tangan Ning Lilik bersama Mas Abu adalah Program Pemberdayaan Masyarakat (Prodamas) dengan memberikan dana stimulan untuk pembangunan di setiap RT.
Besar nilai Prodamas Rp 50 juta per RT (periode 2014-2019) untuk infrastruktur, sosial, dan ekonomi. Sementara periode 2019-2024 (Prodamas Plus) senilai Rp 100 juta per RT untuk infrastruktur, sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan kepemudaan.
Namun, ada kewajiban untuk membangun tiga sumur resapan dan 10 biopori di setiap RT. Ketua RT juga wajib mendaftarkan warganya untuk ikut jaminan kesehatan nasional dari Prodamas bagi yang belum punya BPJS Kesehatan.
Di bawah kepemimpinan keduanya, kota yang dibelah oleh Sungai Brantas itu juga meraih banyak penghargaan, antara lain Adipura Kota Sedang, Penghargaan 10 Kota/Kabupaten Terbaik Kategori Kota dengan Tingkat Kepadatan Penduduk Tinggi dalam Indonesia Road Safety Award 2018, dan Penghargaan Pembangunan Daerah Provinsi Jatim Kategori Kota Terbaik 1.
Kediri juga meraih Penghargaan 10 Besar Terbaik Perencanaan Capaian dan Inovasi Tingkat Kota dalam Penghargaan Pembangunan Daerah Nasional (Musrenbangnas) 2019, Penghargaan Indeks Kota Tanggap Ancaman Narkoba Peringkat ke-2 dari 173 Kabupaten/Kota se-Indonesia, serta Awarding Smart City 2019 Gerakan Menuju 100 Smart City 2019.