Jawa Timur Jadi Titik Distribusi Peredaran Narkoba Internasional
Kapolda Jawa Timur Inspektur Jenderal Luki Hermawan meminta seluruh jajarannya meningkatkan kewaspadaan terhadap peredaran narkoba karena Jatim dijadikan titik distribusi jaringan narkoba internasional.
Oleh
IQBAL BASYARI
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur Inspektur Jenderal Luki Hermawan meminta seluruh jajarannya meningkatkan kewaspadaan terhadap peredaran narkoba di Jatim. Menurut dia, Jatim sering dijadikan titik distribusi narkoba ke wilayah-wilayah lain.
”Kami agak prihatin karena Jatim menjadi titik distribusi narkoba dari jaringan internasional ke Jatim dan daerah-daerah lain,” kata Luki di Surabaya, Selasa (18/2/2020).
Peredaran itu dilakukan terutama melalui jalur darat, laut, dan udara. Kurir narkoba biasanya mengirim barang tersebut menggunakan kendaraan pribadi, kendaraan umum, kereta api, dan pesawat. Mereka biasanya menuju Surabaya sebelum narkoba diedarkan ke daerah-daerah lain.
Kami agak prihatin karena Jatim menjadi titik distribusi narkoba dari jaringan internasional ke Jatim dan daerah-daerah lain. (Luki Hermawan)
Luki mencontohkan, Surabaya misalnya selama 1,5 bulan terakhir mampu mengungkap 153 kasus peredaran narkoba dengan tersangka 200 orang. Barang bukti yang disita ialah 32 kilogram (kg) ganja, 32 kg sabu, 14.283 butir pil ekstasi, 3,8 juta butir pil dobel l, serta 42 butir Xanax.
Narkoba itu sebagian besar berasal dari Malaysia yang dikirim ke Surabaya melalui Aceh dan Batam. Modus yang digunakan pun beragam, antara lain dimasukkan ke dalam bungkus teh dan disimpan di alat kemaluan untuk mengelabui petugas.
Dari beberapa tersangka tersebut, ada empat jaringan besar yang ditangkap, yakni jaringan Aceh, Pamekasan, Sampang, dan Bangkalan. Pihaknya akan terus mengembangkan penyelidikan hingga seluruh jaringan, termasuk bandar besar, bisa tertangkap.
”Kami bekerja sama dengan tokoh-tokoh agama untuk memberantas narkoba, terutama di wilayah Madura yang peredarannya cukup tinggi,” ucap Luki.
Melawan petugas
Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya Komisaris Besar Sandi Nugroho mengatakan, ada dua pelaku yang ditembak mati. Keduanya melawan petugas saat ditangkap sehingga polisi harus melakukan tindakan tegas dan terukur. Kedua pelaku yang ditembak mati ialah MAF (24) dan RW (24).
Narkoba, lanjut dia, menjadi salah satu prioritas di Surabaya karena kasusnya terus meningkat. Pada 2019 tercatat ada 1.345 kasus yang diungkap, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2018 sebanyak 1.208 kasus. Barang bukti yang disita antara lain 22,9 kg sabu, 21,2 kg ganja, dan 3,6 juta pil dobel l.
”Kami tidak akan segan melakukan tindakan tegas dan terukur kepada pelaku kejahatan, terutama narkoba yang dapat merusak masa depan generasi muda Surabaya,” kata Sandi.