Peluang Pasar Luar Negeri Terbuka, Daerah Didorong Responsif
Kementerian Luar Negeri siap membantu memasarkan produk khas Cirebon, Jawa Barat, ke kawasan Asia Pasifik dan Afrika. Untuk itu, Pemerintah Kota Cirebon diminta responsif mengoptimalkan peluang tersebut.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri berkomitmen membantu pemasaran produk usaha mikro, kecil, dan menengah dari Cirebon, Jawa Barat, ke mancanegara. Untuk itu, butuh respons cepat dari pemerintah daerah setempat untuk menangkap peluang tersebut.
”Ada banyak event di luar negeri yang bisa dimanfaatkan pemerintah daerah dan UMKM. Bahkan, booth (stan) tersedia (gratis). Kadang-kadang akomodasinya juga ditanggung,” ujar Sekretaris Ditjen Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri Rossy Verona saat berdiskusi dengan Wali Kota Cirebon Nashrudin Azis dan jajarannya, Selasa (18/2/2020), di Balai Kota Cirebon.
Berbagai agenda bisnis di luar negeri itu antara lain Business Matching di Melaka, Malaysia, pada April dan Mei 2020, Melayu Day di Thailand 7-9 Februari 2020, dan Wonderful Indonesia awal Juli mendatang. Untuk berpartisipasi, Pemkot Cirebon diminta mengurasi dan menyiapkan produk unggulannya.
Dengan catatan, produk itu siap ekspor baik dalam kemasan, label, maupun perizinan. Produk tersebut juga harus mampu memenuhi permintaan pasar secara berkelanjutan. ”Tergantung daerah mau memanfaatkan peluang ini atau tidak. Sebenarnya untuk agenda Johor (Malaysia) ini kami ingin ke Cirebon. Namun, kalau enggak bisa, saya kasih ke pemda lainnya,” katanya.
Selain Cirebon, pihaknya juga mendorong pemerintah daerah di Aceh, Riau, Rembang, Kendal, Kupang, dan Manado untuk memanfaatkan peluang promosi produk khas di Asia Pasifik dan Afrika (Aspasaf). Apalagi, dengan penduduk 5,8 miliar jiwa, Aspasaf menjadi pasar potensial bagi produk UMKM daerah.
Pihaknya mencatat, tahun lalu total transaksi dagang dan investasi dari kawasan Aspasaf dari 169 nota kesepahaman kerja sama mencapai 3,2 miliar dollar AS. Dalam rentang 2015-2018, realisasi dagang RI dengan kawasan Aspasaf dengan 406 nota kesepahaman bisnis mencapai 226 miliar dollar AS.
Adapun 10 produk ekspor unggulan adalah minyak sawit, produk hasil hutan, otomotif, elektronik, tekstil dan produk tekstil, karet dan produk karet, alas kaki, udang, kakao, dan kopi. ”Tinggal pemda memilih produk lokal dan siap ekspor. Pemda juga bisa mempromosikan produknya melalui web dengan syarat berbahasa Inggris,” kata Rossy.
Wali Kota Cirebon Nashrudin Azis mengapresiasi tawaran promosi oleh Kemenlu. Menurut dia, produk unggulan setempat seperti perikanan, batik, dan rotan. Apalagi, terdapat 2.541 UMKM di kota seluas 37 kilometer persegi tersebut. Jumlah ini melonjak dibandingkan dua tahun lalu, yakni sekitar 400 UMKM.
”Ini akan membantu UMKM Kota Cirebon untuk ekspor. Saya minta dinas terkait (Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM) untuk menangkap peluang ini. Walaupun tidak ada anggarannya. Jadi, kami akan cari jalan, seperti memanfaatkan CSR (tanggung jawab sosial perusahaan) supaya UMKM kami go international,” katanya.
Ketua Kamar Dagang dan Industri Kota Cirebon Yuyun Wahyu Kurnia mengatakan, hingga saat ini belum ada kuliner Cirebon yang ekspor. Kendalanya, antara lain sertifikasi dan modal. Padahal, Cirebon memiliki produk ikan dan udang yang khas. Pihaknya pun beberapa kali mengundang dinas terkait untuk ikut pameran di Turki, Pakistan, bahkan Korea Selatan.
”Tetapi tidak ada yang datang. Bukan salah dinasnya, tetapi mungkin Cirebon belum punya produk unggulan untuk ekspor,” katanya.
Rossy mendorong pemerintah daerah membuat pelatihan dan memfasilitasi UMKM mendapatkan modal melalui perbankan. ”Jika produknya sudah siap ekspor, kami akan carikan jalan ke luar negeri,” ujarnya.