Empat prajurit Korps Penerbang TNI AD di Semarang menjadi bagian dari 12 prajurit yang gugur dalam misi pengiriman logistik di Pegunungan Bintang, Papua. Jenazah mereka ditemukan hampir delapan bulan kemudian.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
Langit di atas Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (18/2/2020), mendung. Sama mendungnya dengan wajah Dini (34), istri Letnan Satu Ahwar Affandy (35). Ahwar adalah salah satu korban meninggal dalam kecelakaan helikopter Mi-17 dengan kode registrasi HA-5138 di Pegunungan Puncak Mandala, Papua, 28 Juni 2019.
”Rumahmu bukan di sini, Yah. Rumahmu di Jatisari. Ayo kita pulang ke Jatisari,” kata Dini sambil memegangi peti coklat berselubung bendera Merah Putih yang berisi jenazah suaminya, Senin siang.
Kalimat itu berulang kali diucapkan Dini sejak pertama kali peti jenazah suaminya diturunkan dari mobil jenazah hingga saat hendak dimasukkan ke liang lahat. Kanzha, anak ketiga Dini dan Ahwar yang masih berusia 15 bulan, ikut menangis melihat ibunya yang terus menangis.
Beberapa kali Dini hampir kehilangan kesadaran. Dua istri tentara berseragam Persit Kartika Chandra Kirana bergantian memeluk dan mengusap pundak Dini yang duduk di salah satu sudut makam. Sementara itu, Danu (13) dan Dinda (4), anak pertama dan kedua Dini, tampak lebih tegar. Tangis mereka berdua baru pecah saat kerabatnya meminta mereka mencium nisan di pusara ayah mereka.
Kesedihan mendalam juga tampak di wajah Dea Nur Eka (17), anak pertama Kapten (Cpn) Bambang Saputra (45). Dalam pemakaman itu, Dea datang bersama ibu, adik, paman, dan bibinya. Dea mengenal sosok ayahnya yang penyayang dan suportif.
”Ayah sangat mendukung hobi saya, yakni mendaki gunung. Saat terakhir kali berkomunikasi, ayah menanyakan kesiapan perlengkapan mendaki karena waktu itu saya memang ada rencana mendaki,” tutur Dea.
Dea terakhir kali berkomunikasi dengan ayahnya beberapa jam sebelum helikopter yang ditumpangi ayahnya hilang kontak. Sejak saat itu, Dea ”bertemu” ayahnya satu kali di dalam mimpi. Dea bermimpi ayahnya pulang ke rumah mereka di Kelurahan Pudak Payung, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang.
Senin malam, ayah Dea pulang. Bukan pulang ke Pudak Payung, melainkan ke pangkuan ”Ibu Pertiwi”.
Kenangan tentang Bambang juga masih jelas diingat kakak almarhum, Santoso (56). Beberapa saat sebelum kecelakaan, Bambang berkunjung ke rumah Santoso di Surakarta, Jateng. Kepada kakak kelimanya itu, almarhum menyampaikan bahwa tiba-tiba dirinya merasa takut.
”Sebelum pamit pulang, saya beri dia nasihat untuk tidak takut karena segala sesuatu yang ada di dunia ini sudah digariskan oleh Yang Mahakuasa. Saya ngomong begitu sambil meletakkan tangan saya di dadanya, berharap hatinya tenteram,” kata Santoso.
Kesedihan juga tampak dari wajah-wajah orang yang hadir dalam pemakaman, termasuk Panglima Komando Distrik Militer IV/Diponegoro Mayor Jenderal Mochamad Effendi yang siang itu bertindak sebagai inspektur upacara pemakaman. Air mata Effendi menetes ketika menyalami satu per satu keluarga para prajurit yang gugur tersebut.
”Kami sangat mengapresiasi jasa-jasa para prajurit yang gugur dalam tugas kemanusiaan ini. Semoga mereka semua ditempatkan di tempat terbaik dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan serta ketabahan,” ujar Effendi.
Ahwar dan Bambang dimakamkan berdekatan dengan dua korban kecelakaan lainnya, yakni Kapten (Cpn) Aris Afik (30) dan Sersan Kepala Suriatna Wijaya Kusuma (32). Adapun tiga korban lain, yakni Prajurit Satu Ashrul Mashudi (27), Prajurit Kepala Dwi Purnomo (30), dan Sersan Dua Dita Ilham (24), dimakamkan di daerah masing-masing. Sebagai bentuk penghargaan, para prajurit yang gugur tersebut diberi kenaikan pangkat menjadi satu tingkat.
Helikopter yang mengangkut logistik untuk Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Indonesia dan Papua Niugini itu hilang kontak pada 11.49 WIT setelah lepas landas dari Bandara Oksibil, Pegunungan Bintang. Sedianya helikopter tersebut dijadwalkan tiba di Sentani, Kabupaten Jayapura, pukul 13.11 WIT (Kompas,18/2/2020).
Puing-puing dan jenazah korban kecelakaan helikopter ditemukan Jumat (14/2/2020) dan berhasil diindentifikasi sehari setelahnya. Jenazah diterbangkan ke daerah asal masing-masing pada Senin (17/2/2020) pagi. Senin pukul 20.10, tujuh jenazah korban tiba di Pangkalan Utama TNI AD Ahmad Yani, Semarang. Upacara penyerahan jenazah berlangsung tertutup.