Sejumlah murid SMP terseret arus saat mengikuti kegiatan susur sungai di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (21/2/2020) sore. Hingga Jumat malam, enam murid meninggal dan lima lainnya masih dicari.
Oleh
HARIS FIRDAUS/NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Sejumlah murid SMP terseret arus saat mengikuti kegiatan susur sungai di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (21/2/2020) sore. Berdasarkan data sementara hingga Jumat malam, enam murid meninggal dan empat orang lainnya masih dalam pencarian.
Anak-anak yang tertimpa musibah tersebut merupakan murid SMP Negeri 1 Turi, Kabupaten Sleman. Pada Jumat ini, mereka mengikuti kegiatan susur sungai yang digelar pihak sekolah di Sungai Sempor, Dusun Dukuh, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Sleman.
”Berdasarkan data terakhir, ada enam orang yang meninggal,” kata Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Yogyakarta Lalu Wahyu Efendi, di posko pencarian korban di Dusun Dukuh, Jumat malam.
Wahyu menjelaskan, kegiatan susur sungai tersebut diikuti 250 murid SMP Negeri 1 Turi. Mereka berasal dari kelas VII dan VIII. Saat kegiatan susur sungai berlangsung, aliran air Sungai Sempor tiba-tiba menjadi deras sehingga sejumlah murid terseret arus.
Wahyu memaparkan, dari 250 peserta, 239 orang berhasil menyelamatkan diri. Sebagian murid yang selamat itu sempat dirawat di beberapa fasilitas kesehatan di sekitar lokasi kejadian.
Sementara itu, hingga Jumat malam, ada empat orang yang belum ditemukan. Meski begitu, belum diketahui apakah murid-murid yang belum ditemukan itu benar-benar hanyut di sungai atau sudah pulang, tetapi belum melapor.
Hingga Jumat malam, ada empat orang yang belum ditemukan.
”Kami masih mencari data, apakah yang belum ditemukan ini terbawa arus atau sudah pulang ke rumah masing-masing,” ujar Wahyu.
Wahyu menyatakan, sebelum kegiatan susur sungai dimulai, cuaca di lokasi berawan dan arus sungai tidak terlalu deras. Namun, saat kegiatan susur sungai itu dimulai, tiba-tiba arus sungai menjadi deras.
Kepala Dusun Dukuh Tartono (54) mengatakan, kegiatan susur sungai tersebut digelar pada Jumat sekitar pukul 14.00. Sekitar pukul 14.30, warga mendapat laporan adanya siswa yang hanyut saat mengikuti kegiatan tersebut.
”Warga tahu setelah ada pengumuman di masjid bahwa ada anak yang hanyut di Sungai Sempor. Setelah dengar pengumuman itu, warga langsung melakukan pencarian di sungai,” kata Tartono.
Tartono memaparkan, berdasarkan informasi yang diterimanya, saat kegiatan susur sungai tengah berlangsung, tiba-tiba ada kiriman air dari kawasan hulu. Saat itulah sejumlah murid dilaporkan hanyut ke sungai. ”Saat kejadian, ada hujan di kawasan hulu, tapi di sini hanya gerimis," ujarnya.
Saat kegiatan susur sungai tengah berlangsung, tiba-tiba ada kiriman air dari kawasan hulu. Saat itulah sejumlah murid dilaporkan hanyut ke sungai.
Tartono menambahkan, Sungai Sempor memang sudah sering digunakan untuk lokasi susur sungai atau outbound. Bahkan, masyarakat setempat sudah membentuk kelompok untuk mengelola kegiatan outbound di sana.
Namun, kegiatan susur sungai pada Jumat ini murni digelar oleh pihak sekolah dan tak melibatkan masyarakat sekitar. ”Di sini sebenarnya sudah ada pengelola outbound. Tapi, kegiatan ini murni sekolah,” kata Tartono.
Salah seorang siswi SMPN 1 Turi yang mengikuti susur sungai, Elmayana (14), mengatakan, dalam kegiatan susur sungai itu, para murid berjalan kaki menyusuri pinggiran sungai. Namun, saat kegiatan tersebut berlangsung, tiba-tiba aliran air di Sungai Sempor menjadi deras.
”Kami sedang jalan di pinggir sungai, lalu tiba-tiba sungainya banjir,” kata Elmayana yang merupakan siswi kelas VII SMPN 1 Turi.
Sementara itu, berdasarkan pantauan, Jumat sekitar pukul 21.30, tampak aktivitas masih sibuk di SMP Negeri 1 Turi, Kabupaten Sleman, DIY. Anggota BPBD, polisi, dan sukarelawan membantu pendataan siswa yang masih belum ditemukan di salah satu ruangan kelas.