Sedikitnya empat kecamatan di Karawang, Jawa Barat, kembali terendam banjir akibat meluapnya Sungai Citarum dan Sungai Cibeet. Hingga Jumat (21/2/2020) siang, banjir belum surut.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
KARAWANG, KOMPAS — Sedikitnya empat kecamatan di Karawang, Jawa Barat, kembali terendam banjir akibat meluapnya Sungai Citarum dan Sungai Cibeet. Hingga Jumat (21/2/2020) sore, banjir belum surut. Warga diminta mewaspadai banjir susulan karena hujan deras masih berpotensi terus mengguyur.
Empat kecamatan terdampak banjir itu adalah Telukjambe Barat, Telukjambe Timur, Rawamerta, dan Kutawaluya. Ketinggian banjir bervariasi 5-180 sentimeter. Sejumlah warga mengungsi ke tempat tetangga dan saudara. Sebagian warga lainnya memilih bertahan di rumah.
Jumat (21/2/2020) siang, gerimis masih membasahi rumah dan jalan di Kampung Kampek, Desa Karangligar, Telukjambe Barat. Beberapa warga berjalan ke tempat kering sambil membawa pakaian dan menjinjing bekal mengungsi.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karawang, Telukjambe Barat adalah kecamatan terparah terdampak banjir. Banjir merendam Desa Karangligar dan Desa Mekarmulya. Di Desa Karangligar ada 506 rumah tangga dan 441 rumah terdampak banjir. Sementara, di Desa Mekarmulya, sebanyak 558 rumah tangga dan 486 rumah.
Jumat dini hari, banjir mulai menggenangi rumah Komariah (35), warga Karangligar. Terbangun untuk pergi ke kamar kecil, air setinggi 50 sentimeter sudah membasahi kakinya. Setelah itu, ia langsung bergegas membangunkan suami dan kedua anaknya.
”Air cepat sekali masuk rumah. Saya khawatir banjir semakin naik. Makanya kami langsung mengungsi ke tempat saudara,” ucapnya.
Komariah mengatakan, ia sebenarnya sudah berencana menyewa rumah selama musim hujan. Namun, keinginannya belum terwujud karena tak memiliki cukup uang.
”Belum gajian. Ini kan tanggal tua. Ya sudah bertahan dulu di rumah saudara,” ujarnya.
Hal serupa dialami Sari (42), warga Karangligar lainnya. Saat terbangun Jumat dini hari, ia baru sadar sudah tidur bersama banjir. ”Ternyata saya tidur di atas air. Setelah sadar, saya buru-buru memindahkan barang elektronik ke atas lemari,” kata Sari.
Ternyata saya tidur di atas air. Setelah sadar, saya buru-buru memindahkan barang elektronik ke atas lemari.
Banjir selalu membayangi desa itu setiap musim hujan datang. Pada awal tahun 2020, mereka menyambut Tahun Baru ditemani banjir. Tak selang lama, banjir datang lagi pertengahan Januari. Mereka mengatakan, banjir kali ini surut lebih lama jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
”Lieur pisan (pusing sekali), selalu banjir kalau musim hujan. Apalagi bersihin lumpurnya bikin lelah. Kami membutuhkan solusi segera, dipompa caina mereun (mungkin),” kata Emi Sukaesih (31), warga Karangligar lainnya dengan bahasa Sunda yang kental.
Kepala BPBD Karawang Yasin Nasrudin mengatakan masih fokus mendata kebutuhan logistik yang diperlukan warga terdampak. Sejauh ini, belum ada warga yang pindah ke tempat pengungsian. Mereka masih memilih tidur di tempat saudara atau tetangga sekitar.
Dalam kunjungannya ke Karangligar awal tahun 2020, Gubernur Jabar Ridwan Kamil berjanji menangani masalah banjir di Karawang. Salah satu solusinya membangun beberapa bendungan.
Saat ini, Pemprov Jabar dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sedang membangun Bendung Ciawi dan Bendung Sukamahi. Keduanya diyakini akan mengurangi potensi banjir. Dengan konsep serupa, bendung akan dibangun di atas Sungai Cibeet.
Sekretaris Daerah Karawang Acep Jamhuri menambahkan, pihaknya telah mengajukan kajian penanganan banjir sejak tahun 2019. Proyek ini dalam tahap perencanaan fisik atau detail engineering design (DED). Dia berharap semuanya bisa mengurangi dampak banjir saat musim hujan.