Enam murid dilaporkan tewas dan empat lainnya hilang saat mengikuti susur sungai di Kabupaten Sleman, Bupati Sleman Sri Purnomo menilai, pihak sekolah ceroboh mengadakan kegiatan di sungai tanpa persiapan memadai.
Oleh
·4 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Hingga Jumat (21/2/2020) malam, enam murid dilaporkan tewas dan empat lainnya hilang saat mengikuti susur sungai di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Bupati Sleman Sri Purnomo menilai, pihak sekolah ceroboh mengadakan kegiatan di sungai saat puncak musim hujan tanpa persiapan memadai.
Anak-anak yang terseret arus sungai itu murid kelas VII dan VIII SMP Negeri 1 Turi, Kabupaten Sleman. Kemarin, mereka mengikuti susur sungai yang digelar sekolah di Sungai Sempor, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Sleman. ”Data terakhir, enam orang meninggal,” kata Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Yogyakarta Lalu Wahyu Efendi di posko pencarian korban di Dusun Dukuh, Jumat malam.
Keenam korban itu adalah Sofie Aulia (kelas VIII), Arisma Rahmawati (kelas VII), Nurazizah (kelas VIII), Latifa Zulfaa (kelas VIII), Khoirun Nisa (kelas VII), dan Evita Putri Larasati (kelas VII). Terkait musibah itu, Sri Purnomo menilai, ada kecerobohan pihak sekolah yang tetap menggelar kegiatan susur sungai saat musim hujan. ”Ini kecerobohan karena kegiatan di sungai saat musim hujan. Sangat berbahaya,” katanya.
Ia menambahkan, Pemerintah Kabupaten Sleman meminta semua sekolah untuk tidak menggelar kegiatan di area sungai saat musim hujan. ”Ini pelajaran sangat mahal di Kabupaten Sleman dan masyarakat umum,” ujarnya. Susur sungai itu kegiatan ekstrakurikuler Pramuka. Namun, Sri Purnomo belum tahu apakah kegiatan itu didampingi para pendamping yang memiliki kompetensi atau tidak. ”Fokus kami sekarang mencari anak-anak yang belum ditemukan,” ujarnya.
Mendadak deras
Wahyu menjelaskan, kegiatan susur sungai diikuti 249 murid SMPN 1 Turi. Mereka dari kelas VII dan VIII. Saat kegiatan berlangsung, aliran air Sungai Sempor tiba-tiba deras sehingga sejumlah murid terseret arus. Dari 249 peserta, 239 siswa selamat. Sejumlah murid selamat itu sempat dirawat di beberapa fasilitas kesehatan di sekitar lokasi kejadian.
Hingga Jumat malam, empat orang belum ditemukan. Namun, belum diketahui apakah murid-murid yang belum ditemukan itu benar-benar hanyut atau sudah pulang, tetapi belum melapor. ”Kami masih mencari data,” ujar Wahyu. Sebelum susur sungai dimulai, menurut Wahyu, cuaca di lokasi berawan dan arus sungai tidak terlalu deras. Namun, saat kegiatan dimulai, tiba-tiba arus sungai deras.
Pada Jumat malam, upaya pencarian terus dilakukan. Pencarian dilakukan di dalam sungai dan penyusuran di darat. Malam itu, pencarian sudah mencapai radius 2 kilometer dari lokasi kejadian. Pencarian jalur darat akan dilanjutkan hingga waktu yang belum ditentukan dan area pencarian diperluas hingga 3 kilometer. ”Jumlah personel yang terlibat dalam pencarian sekitar 100 orang,” kata Wahyu.
Diumumkan di masjid
Kepala Dusun Dukuh Tartono (54) mengatakan, kegiatan susur sungai tersebut digelar pada Jumat sekitar pukul 14.00. Sekitar pukul 14.30, warga mendapat laporan adanya siswa hanyut saat mengikuti kegiatan tersebut. ”Warga tahu setelah ada pengumuman di masjid bahwa ada anak yang hanyut di Sungai Sempor. Setelah mendengar pengumuman, warga langsung ikut mencari di sungai,” katanya.
Berdasarkan informasi yang ia terima, saat susur sungai tengah berlangsung, tiba-tiba air datang dari kawasan hulu di lereng Gunung Merapi. Saat itulah sejumlah murid dilaporkan hanyut ke sungai. ”Saat kejadian, ada hujan di kawasan hulu, tetapi di sini hanya gerimis,” ujarnya. Sungai Sempor memang sering dijadikan lokasi susur sungai atau aktivitas luar ruang membangun kelompok atau menjalin kebersamaan.
Masyarakat setempat sudah membentuk kelompok untuk mengelola kegiatan outbound di sana. Namun, kegiatan susur sungai Jumat itu murni digelar pihak sekolah tanpa melibatkan masyarakat sekitar. Menurut salah satu siswi SMPN 1 Turi yang mengikuti susur sungai, Elmayana (14), dalam kegiatan itu, murid berjalan kaki menyusuri tepian sungai.
Suasananya menyenangkan. Namun, tak lama kemudian tiba-tiba aliran Sungai Sempor menjadi deras. ”Kami sedang berjalan di pinggir sungai, lalu tiba-tiba sungai meluap,” kata Elmayana, siswi kelas VII. Pada Jumat sekitar pukul 21.30, kesibukan dan keriuhan terjadi di SMPN 1 Turi.
Anggota BPBD, polisi, dan sukarelawan membantu pendataan siswa yang belum ditemukan di salah satu ruang kelas. Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X mendatangi SMPN 1 Turi untuk meninjau penanganan musibah tersebut. Hingga semalam, pihak sekolah belum bersedia memberikan keterangan atas kejadian itu. (HRS/NCA)