Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman mengevaluasi kebijakan aktivitas luar sekolah di musim hujan. Hal ini menyusul musibah para murid SMPN 1 Turi, Sleman, saat susur sungai, Jumat (21/2/2020).
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengevaluasi kebijakan aktivitas luar sekolah, terutama di musim hujan. Hal itu menyusul musibah yang menimpa sejumlah murid SMP Negeri 1 Turi Kabupaten Sleman, DIY, yang terseret arus saat susur sungai Sempor, Jumat (21/2/2020).
Dalam kejadian itu, enam orang meninggal dan empat orang lainnya masih dinyatakan hilang. Pencarian masih dilakukan untuk menemukan para siswa yang masih hilang. Basarnas mengerahkan 100 personel dan melakukan pencarian melalui sungai ataupun pencarian lewat darat.
Kepala Bidang SMP Dinas Pendidikan Sleman Dwi Narni mengatakan, setelah terjadinya insiden siswa-siswi SMP N 1 Turi yang terseret arus sungai, pihaknya akan mengumpulkan semua kepala sekolah di Sleman untuk diberikan imbauan tentang upaya preventif agar kejadian serupa tidak terulang. Aktivitas-aktivitas di luar sekolah yang berisiko diminta untuk dihindari.
”Besok (Sabtu), kami akan kumpulkan kepala sekolah dan pengawas sekolah. Ini untuk memberikan imbauan sebagai langkah pencegahan,” kata Narni.
Narni menyayangkan terjadinya insiden siswa-siswi yang terseret arus air sungai tersebut. Menurut dia, pembina seharusnya sudah bisa memperkirakan kondisi cuaca buruk yang sedang terjadi di DIY dan sekitarnya beberapa hari belakangan. Kegiatan susur sungai hendaknya diadakan di musim kemarau.
Narni menambahkan, orangtua dari para murid yang belum ditemukan, saat ini, tengah diberikan pendampingan psikologis. Fokus utama penanganan musibah adalah menemukan korban-korban yang masih hilang. Setelah semua selesai, pihaknya akan menelusuri lebih lanjut tentang detail peristiwa itu.
Hingga Jumat malam, enam murid meninggal dan empat lainnya masih terus dicari. Anak-anak yang tertimpa musibah tersebut merupakan murid SMP Negeri 1 Turi, Kabupaten Sleman. Pada Jumat, mereka mengikuti kegiatan susur sungai yang digelar pihak sekolah di Sungai Sempor, Dusun Dukuh, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Sleman.
”Berdasarkan data terakhir, ada enam orang yang meninggal,” kata Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Yogyakarta Lalu Wahyu Efendi di posko pencarian korban di Dusun Dukuh, Jumat malam.
Keenam korban itu ialah Sofie Aulia (kelas VIII), Arisma Rahmawati (kelas VII), Nurazizah (kelas VIII), Latifa Zulfaa (kelas VIII), Khoirun Nisa (kelas VII), dan Evita Putri Larasati (kelas VII).
Saat kegiatan susur sungai berlangsung, aliran air Sungai Sempor tiba-tiba menjadi deras sehingga sejumlah murid terseret arus.
Kegiatan susur sungai itu diikuti 249 murid SMP Negeri 1 Turi. Mereka berasal dari kelas VII dan VIII. Saat kegiatan susur sungai berlangsung, aliran air Sungai Sempor tiba-tiba deras sehingga sejumlah murid terseret arus.
Wahyu memaparkan, dari 249 peserta, sebanyak 239 orang berhasil selamat. Sebagian murid yang selamat itu sempat dirawat di beberapa fasilitas kesehatan di sekitar lokasi kejadian.
Sementara itu, pantauan Kompas, Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X sekitar pukul 22.45 mengunjungi SMPN 1 Turi untuk menemui para orangtua murid yang menjadi korban musibah tersebut. Ia juga hendak meninjau langsung upaya penanganan musibah dan pencarian empat murid yang masih hilang. Sultan datang bersama sang istri, GKR Hemas.
Sultan HB X menyampaikan rasa belasungkawa kepada orangtua siswa SMPN 1 Turi yang menjadi korban terseret arus sungai. Orangtua dari siswa yang belum berhasil ditemukan itu hanya tertunduk dan tak bisa membalas ucapan Sultan selama pertemuan.
”Saya ikut belasungkawa maupun prihatin dengan kejadian ini,” kata Sultan kepada wartawan seusai menemui orangtua siswa.
Sultan meminta BPBD DIY menyampaikan edaran agar anak-anak sekolah, mulai dari SD hingga SMA, menghindari kegiatan yang berlangsung di sungai, apa pun alasannya. Kondisi keselamatan harus diprioritaskan mengingat musim hujan tengah berlangsung di DIY dan sekitarnya.
”Dengan musim hujan, kita harus menjaga keselamatan. Keselamatan itu nomor satu. Sementara ini, selama musim hujan, jangan melakukan aktivitas di sungai,” kata Sultan.
Aparat kepolisian berfokus pada penemuan korban-korban hilang untuk penanganan insiden ini.
Sementara itu, Wakil Kepala Polda DIY Brigadir Jenderal (Pol) Karyoto mengatakan, aparat kepolisian berfokus pada penemuan korban-korban hilang untuk penanganan insiden ini. Harapannya, korban-korban yang hilang itu bisa segera ditemukan. Semua pihak sudah bergerak untuk mengoptimalkan pencarian korban.
”Kami belum mengarah ke situ (penyelidikan). Ini namanya juga insiden atau kecelakaan. Menurut informasi, awalnya air sebatas lutut, tetapi tiba-tiba datang seperti banjir bandang. Kami fokus untuk pencarian terlebih dahulu,” kata Karyoto.