Lima Situs Disiapkan Jadi Obyek Wisata Alternatif Borobudur
Lima situs arkeologi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah disiapkan menjadi obyek wisata baru alternatif Candi Borobudur. Selain mengangkat warisan sejarah, upaya ini untuk mengurangi beban kunjungan di Borobudur.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS - Balai Konservasi Borobudur menyiapkan lima situs arkeologi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, menjadi obyek wisata baru sebagai alternatif Candi Borobudur. Selain mengangkat warisan sejarah yang selama ini belum dikenal luas, upaya ini diharapkan mengurangi beban kunjungan wisatawan di Borobudur.
Lima situs tersebut yakni Candi Samberan di Desa Ringinanom, Kecamatan Tempuran; situs Plandi di Desa Pasuruhan, Kecamatan Mertoyudan; situs Brongsongan di Desa Wringinputih di Kecamatan Borobudur; situs Dipan di Desa Tuksongo, Kecamatan Borobudur; dan situs makam Belanda atau Kerkhoff di Kelurahan Mendut, Kecamatan Mungkid.
Upaya pengembangan lima situs dilakukan sejak 2019 dengan dana APBN sekitar Rp 700 juta.
Sekalipun berada dalam radius kurang dari 10 kilometer dari Candi Borobudur yang merupakan peninggalan agama Buddha, seluruh situs tersebut merupakan peninggalan agama Hindu. Rata-rata situs sudah ditemukan warga sejak awal 2000-an.
Kepala Seksi Konservasi BKB Yudi Suhartono, Senin (24/2/2020) mengatakan, upaya pengembangan situs ini sudah dilakukan sejak 2019, dengan dana APBN sekitar Rp 700 juta. Selain merapikan, menata dengan membersihkan dan memasang papan nama situs di setiap lokasi, BKB juga terus melakukan ekskavasi dan berupaya melengkapi temuan di setiap situs.
Untuk menambah daya tarik obyek wisata tersebut, BKB juga tengah menyusun cerita sejarah terkait pembangunan situs-situs tersebut. Sekalipun upaya pengembangan terus dilakukan dan sebagian akses jalan hanya sebatas jalan setapak melewati permukiman dan lahan pertanian, Yudi mengatakan, lima situs ini sebenarnya sudah siap dikunjungi. Setidaknya oleh pejalan kaki, atau turis yang datang sembari jogging atau bersepeda.
Selain memperkenalkan kekayaan situs-situs budaya lain di Magelang, menurut Yudi, upaya pengembangan situs cagar budaya ini juga sekaligus menjadi salah satu upaya penyelamatan Candi Borobudur.
“Dengan membantu mengembangkan dan mengalirkan wisatawan ke obyek wisata lain, kami berupaya membantu menyelamatkan Candi Borobudur yang saat ini terus terancam berbagai kerusakan akibat sering menampung wisatawan melebihi kapasitas,” ujarnya.
Berdasarkan perhitungan BKB, bangunan Candi Borobudur, dalam satu waktu tertentu hanya bisa menampung kurang dari 200 pengunjung, Namun, praktiknya di lapangan, saat musim liburan seperti Lebaran dan akhir tahun, Candi Borobudur bisa dinaiki lebih dari 50.000 orang per hari, atau menampung 4.000-7.000 orang per jam.
Selain mengembangkan obyek-obyek wisata baru, BKB juga akan berupaya mengendalikan aliran wisatawan ke Candi Borobudur. Salah satunya adalah dengan membuat replika berbagai relief di Candi Borobudur ke seluruh balai ekonomi desa (balkondes) di Kecamatan Borobudur.
“Selain menambah obyek kunjungan baru di balkondes, upaya pembuatan relief ini nantinya diharapkan mendorong wisatawan agar cukup menikmati Candi Borobudur dari kejauhan atau dari tempat-tempat di sekitarnya saja,” ujarnya.
Tidak hanya itu, menurut Yudi, pihaknya saat ini juga sudah berupaya mengusulkan satu hari libur bagi Candi Borobudur. Pada hari itu, Borobudur tidak dibuka bagi wisatawan. Usulan ini meniru pola kunjungan di museum-museum Indonesia.
Selain membantu menyelamatkan Candi Borobudur, penciptaaan dan pengembangan obyek-obyek wisata baru ini, diharapkan juga dapat membantu membangkitkan perekonomian warga sekitar.
Penciptaaan dan pengembangan obyek-obyek wisata baru ini, diharapkan juga dapat membantu membangkitkan perekonomian warga sekitar.
“Dengan obyek-obyek wisata baru, masyarakat di sekitar candi ikut mendapatkan cipratan rezeki dari wisatawan di Candi Borobudur,” ujarnya.
Kepala Desa Pasuruhan, Atik Hartiningsih, mengatakan, pihaknya sangat mendukung upaya BKB mengembangkan situs Plandi. Dengan pengembangan situs tersebut, dia berharap, produk kerajinan yang banyak dihasilkan warga sekitar bisa menjadi produk yang memikat wisatawan.
“Jika banyak wisatawan, pasar untuk produk-produk kerajinan kami bisa semakin terbuka luas ke masyarakat dalam dan luar kota,” ujarnya.
Produk yang banyak dihasilkan warga Desa Pasuruhan antara lain batu-bata merah dan kerajinan anyaman bambu.
Situs Plandi, menurut Atik, sejak lama juga sudah dikunjungi sejumlah wisatawan yang melakukan ritual di hari-hari tertentu. Di situs Plandi, terdapat yoni berukuran besar yang berada di tepi areal persawahan.