Permintaan Zahra dan Suapan Terakhir Ibu untuk Yasinta
Dunia pendidikan berduka seiring meninggalnya sepuluh siswi SMPN 1 Turi, Sleman, DIY, saat susur sungai dalam kegiatan ekstrakurikuler Pramuka, Jumat (21/2/2020).
Oleh
HARIS FIRDAUS
·3 menit baca
Di makam baru dengan taburan bunga segar itu, Prasetyo Budi (45) berjongkok. Tangannya menengadah, melafalkan doa untuk anak ketiganya, Zahra Imelda (12), seusai dimakamkan, Minggu (23/2/2020) siang.
Suasana duka terasa di Dusun Kenteng, Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, itu. Rumah Zahra dipenuhi ratusan pelayat.
Beberapa tokoh, termasuk Bupati Sleman Sri Purnomo, ikut datang melayat. Namun, semua itu tak mengurangi kepedihan atas kepergian Zahra, salah satu peserta susur sungai berujung petaka, Jumat, dua hari sebelumnya.
Suasana lokasi waktu itu mendung dan di utara (hulu) hujan deras, kenapa tetap suruh turun ke sungai.
Saat itu, Zahra dan ratusan temannya murid SMP Negeri 1 Turi mengikuti ekstrakurikuler pramuka di Sungai Sempor, Desa Donokerto. Sebanyak 249 murid dari kelas VII dan VIII mengikuti kegiatan itu.
Namun, saat para murid menyusuri sungai ke arah hulu, debit air Sungai Sempor tiba-tiba naik. Hujan di kawasan hulu membuat aliran air sungai menderas dan menghanyutkan sejumlah murid.
Kepanikan pun terjadi hingga akhirnya ditemukan 10 siswi meninggal dan 23 orang luka-luka. Jenazah Zahra ditemukan paling akhir, Minggu pukul 07.05, di dekat Dam Mantras, sekitar 400 meter dari lokasi musibah.
Sehari sebelum kejadian, Prasetyo yang bekerja di Surabaya, Jawa Timur, masih berkomunikasi dengan Zahra. ”Kamis itu, saya sempat komunikasi lewat video call dengan dia,” kata Prasetyo.
Sabtu lalu, Prasetyo berencana pulang sekaligus membawa ponsel pesanan Zahra. Namun, hal itu tak pernah terwujud. ”Sudah saya belikan, dia keburu ndak ada,” ucapnya.
Lokasi makam Zahra berada di samping makam kakaknya yang meninggal pada 2016. Sulung keluarga itu meninggal saat usia 16 tahun karena sakit.
Meskipun telah mengikhlaskan kepergian Zahra, anggota keluarga itu masih mempertanyakan keputusan pembina pramuka SMPN 1 Turi yang menggelar susur sungai saat musim hujan. ”Memang kita enggak bisa melawan takdir, tetapi manusia bisa berusaha. Suasana lokasi waktu itu mendung dan di utara (hulu) hujan deras, kenapa tetap suruh turun ke sungai,” kata kerabat keluarga, Soleh (55).
Kesedihan juga dirasakan keluarga Yasinta Bunga (13), siswi kelas VIIB SMPN 1 Turi, yang juga korban susur sungai. Yasinta anak tunggal di keluarga itu. Jenazahnya ditemukan pada Minggu pukul 05.30, tak jauh dari lokasi penemuan jenazah Zahra.
Ibunda Yasinta, Hesti Wartini (52), mengisahkan, anaknya menerima pengumuman susur sungai itu pada Kamis (20/2/2020) malam melalui aplikasi Whatsapp. Jumat siang, sebelum berangkat mengikuti susur sungai, Yasinta sempat pulang ke rumah di Dusun Dadapan, Desa Wonokerto.
”Dia saya minta makan, tapi enggak mau. Saya suapi supaya mau,” ujar Hesti, terbata-bata.
Sebenarnya ia sudah meminta anaknya tak ikut susur sungai. Sebab, cuaca saat itu sangat mendung, sedangkan di kawasan hulu Sungai Sempor sudah hujan. Namun, Yasinta tetap ikut. ”Kalau enggak ikut, katanya dimarahi,” kata Hesti.
Seusai makan, Jumat sekitar pukul 14.00, Hesti mengantar Yasinta ke sekolah. Saat itulah perjumpaan terakhir mereka berdua.
Saat kembali ke sekolah pukul 15.30 untuk menjemput Yasinta, ia justru mendapat kabar ada murid-murid hanyut. Keluarga itu tak menyangka satu di antaranya adalah anak tercinta keluarga tersebut.
Sejumlah pihak hanya bisa prihatin atas kejadian memilukan itu. Jika saja prosedur kegiatan luar ruang tersebut diikuti, termasuk berkoordinasi dengan aparat dan masyarakat sekitar Sungai Sempor, nestapa itu bisa dihindari.
Kini, polisi sudah bergerak dan menahan penanggung jawab kegiatan yang sebenarnya positif itu. Sanksi hukuman siap dijeratkan. Namun, seberapa pun berat hukuman dijatuhkan, hidup kesepuluh siswi itu tak akan kembali.
Susur Sungai Sempor yang menghadirkan duka mendalam bagi para keluarga korban menjadi pelajaran mahal. Sungguh mahal dan sangat berharga, bahwa keselamatan tidak bisa dianggap sepele. Standar prosedur haruslah diikuti.
Dunia pendidikan berduka bersama semua keluarga korban.