Setelah surut pada akhir pekan lalu, banjir kembali melanda Kota Pekalongan dan Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Senin (24/2/2020), setelah hujan lebat mengguur daerah itu Senin dini hari. Ribuan warga mengungsi.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
PEKALONGAN, KOMPAS - Setelah surut pada akhir pekan lalu, banjir kembali melanda Kota Pekalongan dan Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Senin (24/2/2020). Lebih dari 1.500 warga mengungsi di sejumlah titik pengungsian.
Di Kota Pekalongan, banjir diawali oleh hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi sejak Senin pukul 00.30 hingga pagi. Hal tersebut membuat Sungai Bremi dan Meduri meluap. Begitu juga drainase kota. Empat kecamatan di kota itu terdampak banjir, dengan ketinggian genangan berkisar 20 cm-70 cm.
Wawan Kurniawan (33), warga Krapyak, Pekalongan Utara, mengatakan, air mulai menggenangi rumahnya pada Senin dini hari. ”Banjir hingga sekitar 40 cm, tetapi pagi surut. Namun, belum tenang dan harus berjaga-jaga karena siang sampai sore ini hujan lagi,” ujar Wawan yang dihubungi dari Semarang.
Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pekalongan, hingga Senin sore, lebih dari 1.500 jiwa masih mengungsi di lebih dari 10 titik. Titik pengungsian diantaranya adalah Masjid Al Karomah, Stadion Hoegeng, Panti Asuhan Arrobitoh, dan aula Kantor Kecamatan Pekalongan Barat.
Kepala Seksi Kesiapsiagaan dan Pencegahan Bencana BPBD Kota Pekalongan Dimas Arga, menuturkan, logistik telah dikirim ke titik-titik pengungsian, seperti beras, mi instan, minyak telon, minyak kayu putih, dan makanan siap saji. Logistik mandiri setiap RW juga terus berjalan.
Adapun di Batang, banjir menggenangi setidaknya delapan desa/kelurahan di Kecamatan Batang, yakni Kelurahan Watusalit, Kesepuhan, Karangasem Utara, dan Proyonanggan Tengah. Selain itu Desa Kalipucang Wetan, Kalipucang Kulon, Denasri Kulon, dan Klidang Lor. Ketinggian air mencapai 50 cm.
Bupati Batang Wihaji menuturkan, telah memerintahkan camat dan kepala desa untuk mendata kebutuhan warga terdampak banjir. Pihaknya pun menyiapkan dapur umum serta serta berbagai kebutuhan seperti obat-obatan dan keperluan bayi untuk segera dikirim.
Dari tinjauannya, tingginya sedimentasi di Sungai Gabus membuat air meluap ke pemukiman. “Satu-satunya cara efektif dalam waktu dekat ialah dengan menormalisasi Sungai Gabus bersama pemerintah pusat dan provinsi,” ujar Wihaji dalam keterangannya.
Satu-satunya cara efektif dalam waktu dekat ialah dengan menormalisasi Sungai Gabus bersama pemerintah pusat dan provinsi. (Wihaji)
Banjir sebelumnya melanda Pekalongan dan sekitarnya pada pekan lalu. Lebih dari 1.000 jiwa terdampak. Ketika itu, hujan lebat mengguyur wilayah pantai utara (pantura) Jateng. Banjir berlahan surut hingga akhir pekan, namun air kembali menggenang Senin ini.
Sistem drainase
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menuturkan, pihaknya terus memantau banjir yang melanda Pekalongan dan sekitarnya. Untuk menanggulangi banjir itu. dalam jangka panjang dibangun tanggul raksasa sepanjang sekitar 7,26 kilometer oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
“Saat itu belum selesai, maka bersabar. Namun, saya juga meminta (Pemkot Pekalongan) agar memperbaiki drainase kota. Tidak bisa kita hanya menunggu air surut. Memang harus dengan pompa portable. Cari atau sewa segera,” kata Ganjar.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Jateng, Sudaryanto, menuturkan, pada pekan lalu, pihaknya telah mengirim logistik. Namun, pada banjir kali ini belum ada permintaan. Bantuan juga telah datang dari berbagai pihak bagi para korban banjir.