Lima Tahun Vakum, Pabrik Gula Sei Semayang Kembali Beroperasi
Pabrik Gula Sei Semayang di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, kembali beroperasi, Selasa (25/2/2020), setelah vakum selama lima tahun karena kebunnya digarap masyarakat.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Pabrik Gula Sei Semayang di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, kembali beroperasi, Selasa (25/2/2020). Pabrik milik PT Perkebunan Nusantara II itu vakum lima tahun karena kebunnya digarap masyarakat. Pabrik tersebut diharapkan bisa memenuhi sebagian kebutuhan gula masyarakat Sumut.
”Areal perkebunan tebu yang kami usahakan saat ini 8.400 hektar. Kami akan berjuang agar bisa mencapai 11.000 hektar kebun tebu untuk mencapai skala kontinuitas bahan baku pabrik gula bisa berjalan dengan baik,” kata Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara (PTPN) II M Iswan Achir.
Iswan mengatakan, selama lima tahun belakangan ini Pabrik Gula Sei Semayang berhenti beroperasi karena pasokan tebu dari kebun terus berkurang akibat luas kebun yang menurun hingga sekitar 5.000 hektar. Operasional Pabrik Gula Sei Semayang pun ditutup karena tidak efisien. PTPN II hanya mengoperasikan satu pabrik, yakni Pabrik Gula Kwala Madu di Kabupaten Langkat.
Pihaknya mengupayakan pengoperasian kembali Pabrik Gula Sei Semayang agar bisa memenuhi kebutuhan gula Sumut.
Iswan menambahkan, pihaknya mengupayakan pengoperasian kembali Pabrik Gula Sei Semayang agar bisa memenuhi kebutuhan gula Sumut. Untuk konsumsi masyarakat saja, Sumut membutuhkan sekitar 300.000 ton gula per tahun.
Tahun ini, dua pabrik PTPN II diharapkan bisa memproduksi paling tidak 27.000 ton gula. ”Luas areal produktif masih harus terus ditingkatkan agar bisa menyuplai tebu ke pabrik,” kata Iswan.
Direktur Pemasaran PT Perkebunan Nusantara III (Holding) Dwi Sutoro mengatakan, tahun ini masa giling pabrik gula grup PTPN dimulai dari Pabrik Sei Semayang. Penggilingan itu sangat penting karena masa giling di Jawa Tengah dan Jawa Timur diperkirakan baru mulai pada Juni. ”Ini sangat membantu mengurangi ketergantungan kita pada impor,” kata Dwi.
Ini sangat membantu mengurangi ketergantungan kita pada impor.
Dwi menjelaskan, kebutuhan gula konsumsi masyarakat secara nasional mencapai tiga juta ton per tahun. Sebanyak 20 pabrik gula grup PTPN pun kini baru mampu memproduksi sekitar 800.000 ton gula. Total produksi nasional dari grup PTPN dan swasta sebesar 2,2 juta ton gula. ”Untuk gula konsumsi saja, kita masih kekurangan 800.000 ton gula per tahun,” katanya.
Menurut Dwi, tantangan terbesar pengembangan pabrik gula di Sumut adalah keberlanjutan pasokan bahan baku dari kebun tebu.
Wakil Gubernur Sumatera Utara Musa Rajekshah mengatakan, Pemerintah Provinsi Sumut berkomitmen untuk menyelesaikan persoalan lahan PTPN II. Hamparan lahan PTPN II sangat luas di Sumut dan banyak yang bersinggungan langsung dengan permukiman atau ladang masyarakat. Hal itu membuat lahan PTPN II sangat rentan diduduki warga. Ia pun meminta agar PTPN II juga bisa menjaga asetnya agar tidak digarap masyarakat.
”Ada lebih kurang 1.500 hektar lahan PTPN II yang bersinggungan dengan masyarakat. Mudah-mudahan ke depan masalah perkebunan ini bisa diselesaikan dengan bersinergi bersama Polda Sumut, Kodam I Bukit Barisan, dan Pemprov Sumut,” kata Musa.
Menurut Musa, operasional pabrik gula PTPN II sangat penting untuk memenuhi kebutuhan gula Sumut yang sebagian besar masih dipenuhi dari impor. Ia juga mendorong agar PTPN II membuka kesempatan bagi badan usaha milik daerah dan pengusaha lokal untuk memasarkan gula. PTPN II pun sudah menurunkan minimal transaksi lelang dari 10.000 ton menjadi 1.000 ton.