Hindari Konflik di Lapas, LP Purwokerto Perhatikan Kebutuhan Tahanan
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Purwokerto menghadapi persoalan jumlah tahanan melebihi kapasitas. Untuk menghindari gesekan, mereka memilih memperhatikan kebutuhan dasar para penghuni.
Oleh
MEGANDIKA WICAKSONO
·2 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Jumlah tahanan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Purwokerto melebihi kapasitas. Dari kapasitas maksimal 488 orang, tahanan diisi hingga 827 orang. Guna menghindari gesekan, jajaran petugas LP lebih memperhatikan kebutuhan para tahanan.
”Kami sekarang mengedepankan pendekatan persuasif, pendekatan dari hati ke hati, kepada warga binaan. Kalau hanya mengandalkan kekuatan keamanan, jelas kami kalah besar,” kata Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Purwokerto Ismono di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (27/2/2020).
Ismono menyampaikan, total jumlah pegawai di lapas tersebut hanya 127 orang. Dari jumlah itu, 48 orang bertugas di bagian keamanan. Dengan dibagi 4 regu, setiap kali jaga per regu hanya diisi oleh 12 orang. ”Idealnya, satu tim regu terdiri atas 15 sampai 20 orang,” katanya.
Untuk meminimalkan risiko gesekan, lanjut Ismono, pihaknya juga melakukan pembinaan personal. ”Kami ajak ngobrol, mendengarkan curhatan, dan juga memberikan pelayanan terbaik kepada mereka, seperti makan-minum, peralatan mandi, tidur, serta hak-hak mereka,” katanya.
Sebagai upaya pemberian keterampilan, kata Ismono, para warga binaan juga diberi pelatihan pembuatan kerajinan, seperti wadah tisu dari limbah batok kelapa serta pembuatan sapu. ”Per hari produksi sapu di sini sampai 25 buah,” katanya.
Kami ajak ngobrol, mendengarkan curhatan, dan juga memberikan pelayanan terbaik kepada mereka, seperti makan-minum, peralatan mandi, tidur, serta hak-hak mereka.
Pendekatan serupa juga dilakukan di Lapas Permisan, Nusakambangan, Cilacap. Desember lalu, Kepala Lembaga Pemasyarakatan Permisan Yan Rusmanto menyebutkan, pembinaan di Lapas Permisan dengan tingkat pengamanan medium orientasinya adalah kepribadian dan kemandirian. ”Fokus di lapas medium adalah kegiatan pelatihan kemandirian,” kata Yan.
Di Lapas Permisan, ada pelatihan membuat batik, anyaman, pembuatan keset, pembuatan bantal-guling, usaha laundri, pembuatan roti, dan juga custom modifikasi motor. ”Di sini orientasinya adalah pelatihan, bahwa kemudian menghasilkan produk, ini adalah bonus,” ujar Yan.
Salah salah satu anggota bengkel modifikasi motor Suket Teki Nusakambangan Kustom, Mukti Ali, yang juga narapidana di Lapas Permisan, mengatakan, dirinya bisa mengekspresikan diri melalui karya motor modifikasinya. Salah satu karya bengkel ini adalah Bebek Low Rider Suket Teki.
”Suket teki ini rumput liar yang tetap berusaha tumbuh bagaimanapun kondisinya. Motor ini dibikin ceper atau pendek seperti nasib warga binaan yang kadang selalu direndahkan masyarakat,” kata Mukti.
Direktur Jenderal Pemasyarakatan Sri Puguh Budi Utami, Kamis, melalui teleconference bersama seluruh kepala lapas menyebutkan, saat ini jumlah narapidana mencapai 203.954 orang dan jumlah tahanan ada 64.252 orang. Dari jumlah itu, kata Utami, lebih dari 130.000 adalah kasus narkotika.