Banjir yang melanda sebagian Kabupaten Subang dan Karawang, Jawa Barat, berangsur surut. Sebagian warga mulai meninggalkan pengungsian dan kembali ke rumah untuk membersihkan lumpur sisa banjir.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
SUBANG, KOMPAS — Banjir yang melanda sebagian Kabupaten Subang dan Karawang, Jawa Barat, berangsur surut. Sebagian warga mulai meninggalkan pengungsian dan kembali ke rumah untuk membersihkan lumpur sisa banjir.
Jumat (28/2/2020) pagi, sebagian pengungsi asal Kecamatan Pamanukan, Subang, bersiap diri mengemas barang-barangnya. Kecamatan Pamanukan merupakan salah satu daerah yang parah terdampak banjir akibat meluapnya Sungai Cipunagara sejak Senin (24/2/2020).
Para warga telah mengungsi ke beberapa tempat, yakni kolong jembatan layang pantura Pamanukan, Masjid Hidayatul Jariah, Gereja Katolik Bunda Pembantu Abadi, dan Kantor Camat Pamanukan. Mereka bertahan di pengungsian lebih dari empat hari.
Sania (50) dan Undara (54), warga Desa Pamanukan Kota, Kecamatan Pamanukan, misalnya, telah mengemas barang-barang sejak subuh di Aula Gereja Katolik Bunda Pembantu Abadi. ”Airnya sudah mulai surut, kami harus segera membersihkan lumpur sebelum mengeras,” ucap Undara.
Sebelum pulang, mereka membersihkan tempat pengungsian dengan menyapu dan mengepel lantai aula. ”Kami datang ke sini bersih, maka pulang juga harus bersih,” kata Sania.
Pemandangan berbeda tampak di pengungsian kolong jalan layang pantura Pamanukan. Banyak sampah dan kotoran yang masih tertinggal di lokasi tersebut. Sebagian warga juga kembali ke rumahnya yang terletak di seberang kolong tersebut.
Banyak sampah dan kotoran yang masih tertinggal di lokasi.
Jumat dini hari, hujan deras masih mengguyur wilayah itu. Namun, curah hujan tidak berdampak signifikan pada ketinggian banjir. Di Desa Mulyasari, misalnya, air tampak surut dan warga membereskan perabotan yang telah terendam air selama empat hari ini.
Namun, di Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat, Karawang, banjir masih merendam dengan ketinggian air 20-50 sentimeter. Ketinggian air itu sudah surut dibandingkan sebelumnya yang mencapai 50-200 sentimeter. Warga masih mengungsi di rumah kerabat dan posko pengungsian.
Rumah Narem (60), salah satu warga Karangligar, misalnya, terendam banjir setinggi 50 sentimeter. Kasur dan peralatan elektroniknya rusak terendam banjir sejak Senin lalu. Oleh karena itu, ia memilih bertahan di pengungsian untuk sementara waktu.
Hingga saat ini, masih ada enam kecamatan di Karawang yang terendam banjir, yakni Telukjambe Barat, Rengasdengklok, Telukjambe Timur, Tempuran, Pakisjaya, dan Batujaya. Warga terdampak mencapai 4.844 keluarga atau 14.200 jiwa.
Jumlah ini berkurang jika dibandingkan Rabu (26/2/2020). Saat itu jumlah kecamatan yang terdampak banjir mencapai 26 kecamatan. Pemerintah Kabupaten Karawang menetapkan masa tanggap darurat bencana hingga 10 Maret 2020.
Banjir di dua kabupaten ini disebabkan meluapnya sejumlah sungai, antara lain Sungai Cipunagara, Cilamaya, Cibeet, dan Citarum. Banyaknya sampah dan sedimentasi menyebabkan pendangkalan di sungai sehingga tidak mampu menampung debit air.
Dalam kunjungannya ke Subang dan Karawang beberapa waktu lalu, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, upaya untuk mengatasi banjir di pantura Jabar adalah dengan normalisasi sungai dan pembangunan sejumlah bendung.
Di Karawang akan dibangun bendung di atas Sungai Cibeet sebagai kontrol air. Sementara penanganan banjir di Subang adalah membangun Bendungan Sadawarna yang mampu mengendalikan debit air yang mengalir ke 12 kecamatan di wilayah Subang Utara.