Masyarakat Diminta Tak Nekat Berangkat Ibadah Umrah
Kantor Wilayah Kementerian Agama Daerah Istimewa Yogyakarta mengimbau masyarakat agar tidak nekat berangkat ibadah umrah setelah adanya penangguhan kunjungan calon jemaah umrah oleh Pemerintah Arab Saudi.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Kantor Wilayah Kementerian Agama Daerah Istimewa Yogyakarta mengimbau masyarakat tidak nekat berangkat ibadah umrah setelah adanya penangguhan kunjungan calon jemaah umrah oleh Pemerintah Arab Saudi. Sebab, jika ada jemaah yang nekat berangkat umrah, hal itu justru akan menimbulkan masalah.
”Jangan memaksakan diri berangkat karena sampai di sana (Arab Saudi) pasti diminta kembali,” kata Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) DIY Edhi Gunawan, Kamis (27/2/2020), di Yogyakarta.
Edhi mengatakan, calon jemaah umrah dan biro perjalanan diharapkan bisa memahami dan memaklumi keputusan Pemerintah Arab Saudi yang menghentikan sementara kedatangan calon jemaah yang ingin beribadah umrah. Dia mengingatkan, keputusan Pemerintah Arab Saudi itu juga bertujuan untuk melindungi kepentingan calon jemaah.
Jangan memaksakan diri berangkat karena sampai di sana pasti diminta kembali.
”Diharapkan seluruh jemaah umrah memahami kebijakan Pemerintah Arab Saudi. Tujuan kebijakan itu untuk kepentingan jemaah juga,” ujar Edhi.
Edhi menambahkan, Kanwil Kemenag DIY belum memiliki data jumlah calon jemaah umrah asal DIY yang keberangkatannya tertunda akibat kebijakan Pemerintah Arab Saudi. Namun, dia menyebut, pada tahun 2019 jumlah jemaah umrah asal DIY mencapai sekitar 10.000 orang dalam setahun.
Menurut Edhi, meski saat ini Pemerintah Arab Saudi masih menangguhkan kedatangan calon jemaah umrah, biro perjalanan di DIY tetap bisa membuka pendaftaran umrah. Namun, ia meminta biro perjalanan tidak memberi jadwal pasti kapan jemaah akan berangkat.
”Kalau mendaftar, kan, tidak ada persoalan, tetapi jangan menjadwalkan dulu sebelum ada pembukaan lagi,” ujar Edhi.
Salah seorang calon jemaah umrah asal Kabupaten Sleman, DIY, Uul Jihadan (33), mengisahkan, ia bersama 13 calon jemaah lain seharusnya berangkat ke Arab Saudi pada Kamis (27/2/2020) siang. Namun, karena kebijakan Pemerintah Arab Saudi, rombongan Uul batal berangkat.
Pada Kamis sekitar pukul 06.20, Uul dan rombongan terbang dari Bandara Internasional Adisutjipto, Sleman, menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.
”Karena ada masalah cuaca, kami baru landing (mendarat) di Soekarno-Hatta pukul 08.20. Setelah itu, sekitar pukul 10.00, kami sudah dapat boarding pass untuk penerbangan ke Arab Saudi,” ujar Uul saat dihubungi, Jumat.
Uul mengatakan, rombongannya direncanakan berangkat ke Arab Saudi menggunakan pesawat Saudi Airlines dengan kode SV 821 pada pukul 13.30. ”Setelah itu, koper-koper kami sudah bisa check in untuk masuk ke bagasi pesawat,” katanya.
Sekitar pukul 11.55, rombongan Uul bersiap masuk ke gerbang pemeriksaan imigrasi. Namun, petugas imigrasi tidak memperbolehkan rombongan masuk. Hal ini karena ada pemberitahuan dari Arab Saudi tentang penghentian sementara kedatangan warga dari negara lain untuk menjalankan ibadah umrah.
Uul menambahkan, sekitar pukul 14.00, ia dan rombongan mendapat kepastian tidak bisa berangkat ke Arab Saudi. Rombongan juga diberi tahu bahwa mereka akan dipulangkan ke Yogyakarta. Pada Kamis sekitar pukul 22.00, rombongan itu akhirnya diterbangkan kembali ke Yogyakarta menggunakan pesawat Garuda Indonesia.
Menanggapi penundaan keberangkatan umrah itu, Uul merasa ikhlas dan legawa. Menurut dia, sikap Pemerintah Arab Saudi yang melakukan penutupan sementara itu mesti dihargai.
”Ini, kan, sifatnya sementara. Ya, diambil hikmahnya saja kalau saya. Kita juga harus menghargai Kerajaan Arab Saudi. Daripada memaksakan diri berangkat, nanti kita malah dikarantina,” ujar Uul yang menggunakan jasa biro perjalanan Iman Arafah Travel.
Setelah adanya penundaan itu, Uul ingin melakukan penjadwalan ulang untuk keberangkatan umrahnya. Namun, sampai saat ini, ia mengaku belum tahu kapan bisa berangkat umrah. ”Belum tahu kapan bisa berangkat, masih menunggu sampai situasi aman dan stabil,” kata Uul yang sudah membayar biaya umrah Rp 27 juta.
Minimalkan kerugian
Kepala Cabang Iman Arafah Travel Yogyakarta Muhammad Zubad (37) mengatakan, pihaknya belum menghitung kerugian akibat penundaan keberangkatan 14 calon jemaah umrah pada Kamis. Pihaknya berupaya meminimalkan kerugian melalui negosiasi dengan maskapai penerbangan dan hotel di Arab Saudi.
”Ketika ada pembatalan seperti ini, kami langsung konfirmasi ke pihak-pihak terkait. Misalnya hotel di Mekkah dan Madinah langsung kami kondisikan supaya pemesanannya tidak hangus,” ujar Zubad.
Zubad menuturkan, pihaknya juga terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk mencari informasi kapan Arab Saudi mengizinkan kedatangan calon jemaah umrah. Apabila sudah ada kepastian waktu, pihaknya segera menjadwal ulang keberangkatan jemaah.
”Kita harapkan Kementerian Agama, Kementerian Luar Negeri, dan Kementerian Perhubungan bisa memberikan solusi dan meminta informasi kapan Arab Saudi akan membuka kembali sehingga jemaah mendapat kepastian,” katanya.
Menurut Zubad, pada 31 Maret 2020, Iman Arafah Travel Yogyakarta berencana memberangkatkan sekitar 30 jemaah umrah. Hingga sekarang, persiapan untuk pemberangkatan jemaah pada akhir Maret itu tetap dilakukan meski belum ada kepastian apakah bisa berangkat atau tidak.
”Persiapan keberangkatan akhir Maret itu tetap kami lakukan karena kami meyakini kebijakan Arab Saudi ini tidak akan lama,” ungkapnya.