Semburan Air dan Lumpur di Grobogan Akibat Dorongan Gas Rawa
Fenomena semburan lumpur hingga setinggi 15 meter terjadi di lokasi pengeboran sumur di Desa Karanganyar, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
GROBOGAN, KOMPAS - Hingga Sabtu (29/2/2020) malam, air masih menyembur setinggi 6 meter di lokasi pengeboran sumur di Desa Karanganyar, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Namun, air sudah tak bercampur lumpur seperti yang terjadi sejak Sabtu pagi. Masyarakat diimbau tak panik, tetapi tetap berhati-hati.
Pembuatan sumur air lahan milik Yayasan Yatama itu dimulai Rabu (26/2) oleh pelaksana pengeboran dari pihak donatur. Sebelumnya, yayasan yang bergerak di bidang kesejahteraan sosial anak tersebut mengajukan proposal bantuan pengadaan air bersih hingga ada donatur asal Solo.
Pada Jumat (28/2), pengeboran selesai setelah mencapai kedalaman 60 meter. Semburan pertama terjadi pada Jumat dengan ketinggian sekitar 5 meter. Pada Sabtu, sekitar pukul 06.00, air bercampur lumpur serta meterial batu menyembur hingga ketinggian 15 meter. Pada pukul 16.00, semburan tinggal berupa air.
Berdasarkan pantauan Sabtu malam, air dengan bau menyerupai belerang masih menyembur hingga ketinggian 6 meter. Garis polisi telah dipasang di sekitar lokasi kejadian. Beberapa warga tampak menyaksikan fenomena tersebut. Namun, para pemuda berjaga di jalan desa agar tak semakin banyak warga mendatangi lokasi.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Grobogan, Endang Sulistyoningsih, mengatakan tak ada korban jiwa atau luka akibat peristiwa itu. "Dampak semburan yakni air dan lumpur menggenangi persawahan sekitar 1 hektar. Tim sudah ke lokasi dan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait," kata Endang.
Kepala Desa Karanganyar, Teguh Wijanarko, menuturkan, ada tiga pekerja yang melaksanakan pengeboran di lokasi. Mereka juga siap bertanggung jawab terhadap sawah yang terdampak. Adapun pihak yayasan ialah pihak yang dibantu oleh donatur karena memerlukan tambahan kebutuhan air sehingga dipasang sumur air.
Izin
Kepala Cabang Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jateng Wilayah Kendeng Selatan, Teguh Yudi Pristiyanto, mengatakan, pelaksana pengeboran belum memiliki Surat Izin Pengeboran Air Tanah (SIPAT). Adapun kondisi air asin, tetapi tidak tercium adanya gas sulfur (H2S).
"Sosialisasi dilakukan kepada warga agar tidak panik karena kasus seperti ini juga pernah terjadi di Grobogan. Kami mengimbau agar warga tak membawa atau menyulut sumber api di sekitar semburan. Kami juga berkoordinasi dengan BPBD dan pemilik sumur gas agar perkembangan terus dipantau," katanya.
Adapun tindak lanjut yakni menutup lubang dengan penyemenan untuk mengantisipasi adanya potensi gas rawa dan sifat air asin yang tak layak pakai. Penutupan lubang akan dilakukan setelah ketinggian semburan sudah mulai rendah, dengan memasukkan batu pada lobang sumur, sebelum disemen.
Kami mengimbau agar warga tak membawa atau menyulut sumber api di sekitar semburan
Kepala Dinas ESDM Jateng Sujarwanto, menuturkan, timnya akan kembali turun untuk mengobservasi pada Minggu pagi. "Kejadian serupa terjadi pada pengeboran air tanah di dekat Wirosari, Grobogan pada 2 bulan sebelumnya. Masyarakat, apabila akan mengebor ke dalam tanah, termasuk mencari air tanah, terlebih dahulu mengajukan izin ke Dinas ESDM. Untuk selanjutnya akan diarahkan dan diawasi," kata Sujarwanto.
Ia menjelaskan, pada Zona Randublatung (secara geologis), yakni Purwodadi sampai Blora, tak mudah ditemukan air tanah, kecuali di beberapa lokasi endapan sungai sekitar Kali Lusi. Maka, pengeboran air tanah tak bisa di sembarang tempat karena berisiko adanya tekanan formasi yang memuntahkan lumpur, air, dan gas.