Potensi perikanan laut di perairan Papua belum tergarap secara optimal. Sejauh ini, hasil tangkapan diperkirakan hanya sekitar 50 persen dari total potensi 332.000 ton ikan per tahun.
Oleh
·2 menit baca
BIAK, KOMPAS — Potensi perikanan laut di perairan Papua belum tergarap secara optimal. Sejauh ini, hasil tangkapan diperkirakan hanya sekitar 50 persen dari total potensi 332.000 ton ikan per tahun.
Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan Papua Agustinus Agung mengatakan, potensi laut belum tergarap optimal karena minimnya investasi perikanan, jumlah dan kapasitas armada tangkap milik nelayan masih terbatas, serta infrastruktur pendukung yang belum memadai.
Ada 13 daerah di Papua yang menjadi lumbung ikan, yakni Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Mamberamo Raya, Sarmi, Biak, Supiori, Kepulauan Yapen, Waropen, Nabire, Mimika, Merauke, Asmat, dan Mappi. Di antara daerah itu, hanya sembilan daerah yang memiliki pelabuhan perikanan. Empat kabupaten yang belum memiliki pelabuhan perikanan meliputi Mamberamo Raya, Supiori, Mappi, dan Sarmi.
Potensi laut belum tergarap optimal karena minimnya investasi perikanan, jumlah dan kapasitas armada tangkap milik nelayan masih terbatas, serta infrastruktur pendukung yang belum memadai.
Total ada 69.995 nelayan di 13 daerah itu. Sekitar 60 persen dari nelayan tersebut masih menggunakan kapal berukuran di bawah 10 gros ton. Papua memiliki potensi ikan unggulan, seperti kakap, kerapu, udang, tuna, dan cakalang. Sejauh ini, fasilitas gudang pendingin ikan baru ada di lima daerah, yakni di Biak, Kota Jayapura, Nabire, Mimika, dan Merauke. Fasilitas gudang yang sudah digunakan baru di Merauke, Mimika, dan Jayapura.
”Berbagai masalah ini menghambat investor untuk berbisnis di sektor kelautan karena mereka membutuhkan sarana prasarana yang memadai dan berstatus hukum yang jelas,” kata Agustinus saat dihubungi dari Kabupaten Biak Numfor, Jumat (28/2/2020). Pemprov Papua akan bersinergi dengan 13 pemerintah daerah lumbung ikan tersebut dalam penuntasan pembangunan pelabuhan perikanan.
Selain itu, akan ada bantuan kapal dengan ukuran sekitar 30 gros ton bagi para nelayan. ”Pembagian kapal gros ton telah mencapai 50 unit ke sejumlah kelompok nelayan. Kami juga terus mendorong pemda di sejumlah daerah agar segera mengaktifkan pelabuhan perikanan. Tujuannya agar semakin banyak potensi kelautan Papua yang termanfaatkan,” tutur Agustinus.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Biak Numfor Effendi Igrissa, saat ditemui, mengaku, Biak memiliki potensi kelautan, khususnya ikan tuna, tongkol, cakalang, dan kerapu, yang sangat besar. Sayangnya, daya tangkap ikan nelayan di Biak masih kecil. Pemkab Biak Numfor telah menggandeng dua koperasi nelayan dari Bandung dan Biak Numfor untuk mengelola gudang pendingin ikan.
Kerja sama ditargetkan terealisasi bulan depan. Adapun kapasitas daya tampung gudang pendingin ikan di Biak 200 ton dengan temperatur suhu mencapai minus 30 derajat. Thomas Yarangga (30), salah satu nelayan Biak, mengatakan, mayoritas nelayan hanya menangkap ikan untuk berjualan di pasar tradisional dan konsumsi sehari-hari. Mereka melaut secara berkelompok, beranggotakan tiga-empat nelayan. Dalam sehari, hasil tangkapannya rata-rata mencapai 1 ton. (FLO)