RSSA Malang Siapkan Ruang Isolasi Bagi Penderita Korona
Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang menyiapkan ruang isolasi khusus guna menangani pasien penderita korona tipe baru atau COVID-19. Rumah sakit tersebut menjadi salah satu RS rujukan untuk wilayah selatan Jawa Timur.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·2 menit baca
MALANG, KOMPAS – Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang menyiapkan ruang isolasi khusus guna menangani pasien penderita COVID-19. Rumah sakit tersebut menjadi salah satu RS rujukan untuk wilayah selatan Jawa Timur. Meski begitu, masyarakat diharapkan tidak panik dan tetap menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit.
Kesiapan RSSA menangani kasus korona sudah dilakukan sejak Januari 2020. RSSA membentuk sebuah tim khusus, beranggotakan puluhan dokter spesialis dari berbagai bidang seperti penyakit dalam, anestesi, mikrobiologi, radiologi, dan lainnya.
“Kami menyiapkan sebuah ruang isolasi khusus dengan lima bed untuk perawatan. Haparannya, tidak ada kasus Korona masuk. Namun kalau pun nantinya ada, kami sudah siap,” kata Ketua Tim Penanganan Kasus Korona RSSA Malang, dr Didi Candradikusuma SpPD K-PTI, Senin (02/03/2020).
Menurutnya, RSSA Malang sudah memiliki prosedur khusus terkait penanganan kasus Korona. Salah satu prosedur penanganan pasien dengan virus korona misalnya mengecek kondisi penderita terlebih dahulu (terkait kontak dengan terduga penderita korona), mengisolasi terduga pasien korona, hingga melakukan pemeriksaan sampel tenggorokan.
“Kami sudah memiliki SOP khusus, dan sudah bersiap menghadapi Korona sesuai arahan menteri kesehatan. Kami semua tetap waspada,” kata Didi.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Timur Dr dr Sutrisno SpOG K, mengatakan bahwa penularan virus korona memang mudah yaitu dari droplet saat bersin dan batuk. Meski begitu, ia menyarankan masyarakat tidak panik.
“Memang penularannya mudah, tapi harus disadari bahwa jika daya tahan tubuh kita kuat, maka virus itu tidak akan dengan mudah menyerang. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan tidak mudah panik berlebihan yang justru akan membebani pikiran, sehingga membuat daya tahan tubuh berkurang,” kata Sutrisno.
Cara untuk menjaga daya tahan tubuh, menurut Sutrisno, adalah dengan makan bergizi dan istirahat cukup. “Kalau mungkin tidak pergi dahulu ke luar negeri, ke negara yang terserang korona. Namun yang harus disadari, kematian karena korona hanya 2 persen. Jauh di bawah kasus SARS dan MERS. Itu sebabnya masyarakat jangan panik berlebihan,” katanya.
Memang penularannya mudah, tapi harus disadari bahwa jika daya tahan tubuh kita kuat, maka virus itu tidak akan dengan mudah menyerang
Menurut dokter di RSSA Malang itu, virus korona akan mudah mati di tempat dengan sirkulasi udara baik. “Sebaiknya hindari ruang dengan sirkulasi udara buruk, yaitu ruangan padat dan tertutup. Virus korona akan bertahan hidup di kondisi ruangan dengan sirkulasi buruk. Sebaliknya, di tempat dengan sirkulasi udara bagus, maka virus akan cepat mati,” katanya.