"Ayo Move On", Ikrar Bangkit Pasca Tragedi Susur Sungai di Sleman
Siswa-siswi SMPN 1 Turi di Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta mengikrarkan semangat untuk bangkit usai tragedi susur sungai yang menewaskan 10 siswa sekolah tersebut. Deklarasi "Ayo Move On" dipekikkan para siswa.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
Lebih dari sepekan tragedi susur sungai Sempor di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta yang menewaskan 10 siswi mengoyak keceriaan para murid SMPN 1 Turi. Kini, mereka telah sepakat untuk move on, melanjutkan hidup dengan belajar penuh semangat.
Sejumlah anak mengenakan kaus biru tua bertuliskan "Ayo Move On!" mengepalkan tangan kanan ke atas sambil berteriak penuh semangat. Sekitar 350 siswa SMPN 1 Turi itu, Senin (2/3/2020) membacakan deklarasi untuk bertekad menggapai cita-cita cemerlang, saling bergandengan tangan, dan saling menghormati serta menyayangi.
Di antara mereka terdapat Bupati Sleman Sri Purnomo. Ia mengatakan, peristiwa yang dialami para siswa dalam kegiatan pramuka Jumat (21/2/2020) itu memang menyesakkan dada. Tentu tidak mudah bagi siswa melupakan peristiwa yang traumatik. Akan tetapi, para siswa harus bangkit dari keterpurukan itu dan melangkah ke depan.
"Dengan acara deklarasi bangkit ini, supaya (peristiwa) yang traumatik itu hilang dari ingatan sehingga mereka terus menyongsong masa depan dengan penuh semangat dan ceria. Akhirnya, mereka bisa belajar dengan bagus," kata Sri, usai acara "Deklarasi Bangkit SMP Negeri 1 Turi", di SMP Negeri 1 Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Para siswa SMP Negeri 1 Turi diajak bangkit pasca tragedi susur Sungai Sempor yang menewaskan 10 siswi dari sekolah tersebut. Dari peristiwa itu, terdapat 13 siswa yang masih memerlukan pendampingan psikologis. Pendampingan itu akan diberikan hingga kondisi psikologis semua siswa pulih sepenuhnya.
Sri menyatakan, semangat para siswa perlu senantiasa dijaga agar kondisi psikologis terus membaik. Pendampingan psikologis akan diberikan kepada siswa yang membutuhkan sampai kondisnya benar-benar pulih seperti sedia kala.
Koordinator Tim Pendampingan Psikologis, Oneng Nawaningrum mengungkapkan, sebanyak 13 siswa masih memerlukan pendampingan psikologis lanjutan. Pendampingan psikologis itu bisa dilakukan di rumah maupun di sekolah. Pihaknya juga bekerjasama dengan bidang bimbingan konseling (BK) dari sekolah itu dalam memberikan pendampingan psikologis.
“Berjalannya waktu, kami bekerjasama dengan BK akan tetap mendampingi para siswa. Setiap hari ada dua sampai tiga psikolog yang berjaga di ruang BK,” kata Oneng.
Oneng menuturkan, sebagian siswa yang masih membutuhkan pendampingan psikologis lanjutan itu, sempat menjalani rawat inap. Kondisi itu membuat mereka belum masuk sekolah pekan lalu saat posko pendampingan psikologis dibentuk. Oleh karena itu, pemantauan kondisi psikologis belum dapat dilakukan secara lebih terfokus terhadap mereka.
Adapun kondisi yang dialami, yakni kesulitan tidur dan makan. Untuk itu, ia berharap para orangtua mengamati kondisi anak-anaknya di rumah. Rasa lesu dan sedih itu juga masih ditunjukkan sebagian siswa.
Sementara itu, Pelaksana tugas Kepala Dinas Pendidikan Sleman Arif Haryono mengatakan, pembuatan buku panduan siswa untuk kegiatan di luar sekolah masih terus dilakukan. Progresnya baru mencapai 50 persen. Berbagai pihak dikumpulkan untuk merumuskan buku itu agar panduan yang dihasilkan komprehensif.
“Kesulitannya, yang kami ampu tidak hanya SMP. Ada PAUD (pendidikan anak usia dini), SD, hingga SMP. Kegiatan masing-masing berbeda-beda. Kami sedang menyesuaikan antarjenjang itu,” kata Arif.
Ia berharap, sekolah harus mampu merencanakan kegiatan di luar sekolah dengan matang. Keselamatan para siswa adalah hal yang harus diutamakan dalam setiap kegiatan.