Masker dan pembersih tangan laris di Pontianak pasca-diumumkannya adanya penderita Covid-19 di Indonesia, Pemerintah daerah menyatakan stok dua barang itu ada namun pembelian dibatasi.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS – Pembelian antiseptik pembersih tangan atau hand sanitizer dan masker di sejumlah apotek di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, meningkat sejak merebaknya isu virus Covid-19. Bahkan, saat ada pasokan datang, dalam hitungan jam habis terjual.
Namun, Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar mengingatkan masyarakat agar jangan panik. Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, masker tidak langka tetapi penjualannya dibatasi agar tidak terjadi penimbunan.
Mita, Apoteker Apotek Kimia Farma Tanjungpura Pontianak, Selasa (3/3/2020), menuturkan, persediaan masker pada Selasa pagi kosong. Kalaupun tersedia biasanya tidak sampai satu jam sudah habis dibeli. Biasanya tidak demikian. Pencuci tangan baik jenis gel maupun cair juga habis terjual. Dua minggu ini pembelian semakin intens.
“Pembelian masker meningkat sudah sekitar dua bulan terakhir. Apalagi, saat pemerintah mengumumkan ada warga Indonesia terduga Covid-19 kemaren, ada 50 orang membeli masker. Semua jenis masker habis,” ujarnya.
Pembelian masker meningkat sudah sekitar dua bulan terakhir
Namun, pada Senin siang dijadwalkan ada pasokan masker lagi. Harga masker masih terhitung normal Rp 85.000 per kotak. Untuk yang jenis N95 seharga Rp 50.000 per masker. “Jika ada pasokan datang, pihak kami membatasi jumlah pebelian. Per orang maksimal hanya boleh membeli dua masker,” paparnya.
Hal serupa juga terjadi di Apotek Century di Jalan Gajah Mada Pontianak. Upik, apoteker di apotek tersebut, menuturkan, dalam beberapa hari ini tiga kotak masker habis terjual. Demikian juga dengan pembersih tangan. Pantauan Kompas Senin pagi, masih ada warga yang mencari masker tetapi tidak mendapatkannya.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar Harisson, Senin sore, menuturkan, masker tidak kosong di pasaran, tetapi tidak dijual dalam jumlah banyak. “Kalau membeli dua atau tiga ada hanya saja dibatasi supaya tidak ada spekulan yang menumpuk masker. Kalau ada penimbunan bisa menimbulkan kenaikan harga,” ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak Sidiq Handanu, menuturkan, persediaan masker di Pontianak mencukupi. Namun, yang menggunakan masker hanyalah pasien yang batuk pilek serta petugas medis. Di Puskesmas-Puskesmas Pontianak mencukupi. “Kalau ada masyarakat yang terkena batuk pilek datang saja ke Puskesmas,” ujarnya.
Hasil pemeriksaan negatif
Harisson menuturkan, sementara itu, seorang warga Kalbar yang beberapa waktu lalu tertahan di Kuala Lumpur sepulangnya dari Korea Selatan karena suhu tubuhnya memanas, dirawat di Rumah Sakit Sungai Buloh, Kuala Lumpur. Dari hasil pemeriksaan laboratorium tahap pertama dinyatakan negatif. Pada pemeriksaan tahap kedua juga dinyatakan negatif.
“Jika sudah diperbolehkan pulang akan segera pulang ke Pontianak. Selanjutnya, saat yang bersangkutan tiba di Pontianak tetap akan dilakukan pemeriksaan ulang dan diawasi selama 14 hari. Kemudian, dikarantina secara mandiri di rumah yang bersangkutan,” ujarnya.
Sementara itu, 15 warga Kalbar lainnya yang juga baru pulang dari Korea Selatan dan tiba di Pontianak pada Minggu (1/3/2020) dan Senin (2/3/2020) terus dipantau kesehatannya. Hasil pemeriksaan semuanya sehat. Hasil pemeriksaan laboratorium juga mereka dinyatakan dalam batas normal. Pemantauan terus dilakukan hingga 16 Maret.
“Mereka diharapkan tetap mengarantina diri secara mandiri di rumah. Jangan keluar rumah selama 14 hari. Jika keluar rumah maka terpaksa dikarantina di ruang khusus karena tidak menaati anjuran,” kata Harisson.
Petugas kebersihan juga membersihkan fasilitas bandara dengan antiseptik. Petugas di bandara juga diukur suhu tubuhnya setiap pergantian jam tugas. Mereka menggunakan masker untuk melindungi diri.