Sesak Napas Sepulang Umrah, Satu Pasien Diobservasi di RS Rotinsulu Bandung
Satu pasien lanjut usia terduga virus korona diobservasi di Rumah Sakit Paru Rotinsulu, Bandung. Pasien itu ditangani intensif setelah menunjukkan gangguan pernapasan seusai umrah, akhir Februari 2020.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Satu pasien lanjut usia terduga Covid-19 diobservasi di Rumah Sakit Paru Rotinsulu, Bandung, Jawa Barat. Pasien mendapatkan penanganan khusus setelah menunjukkan tanda-tanda gangguan pernapasan setelah pulang dari umrah, akhir Februari lalu.
Direktur Utama RS Rotinsulu Edi Sampurno, Selasa (3/3/2020), mengatakan, pihaknya telah melakukan penanganan pasien sesuai dengan prosedur medis. Pasien ditempatkan di ruang observasi dan menunggu hasil laboratorium Balai Penelitan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan.
”Pasien dalam keadaan membaik. Kalau hasilnya negatif, bisa dipulangkan,” ujarnya.
Usia dan tingkat kesehatan seseorang bisa memengaruhi perkembangan virus di dalam tubuh.
Pasien itu mengalami gangguan pernapasan sepulang umrah dan dirujuk ke RS Rotinsulu, Senin (2/3) malam. Sebelumnya, RS tersebut menangani dua pasien terduga virus Covid-19 dari Februari 2020. Kedua pasien dinyatakan negatif dan telah diperbolehkan pulang setelah dirawat 14 hari sesuai dengan prosedur yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Sebagai salah satu RS rujukan dalam penanganan virus korona, RS Rotinsulu menjadi tempat konsultasi dari setiap dokter dan tenaga medis. Edi berujar, pihaknya beberapa kali menjadi tempat informasi beberapa pasien dengan kasus yang berisiko terjangkit virus korona.
”Pasien yang mendapatkan penanganan langsung dari kami selama ini ada tiga orang, sedangkan beberapa dokter dan petugas kesehatan lain juga sering berkoordinasi dengan kami. Kalau ada yang dicurigai, mereka langsung membawa ke sini,” tuturnya.
Meski tidak menyebut umur, Wakil Ketua Tim Pengamanan Infeksi Khusus RS Rotinsulu Dijah Rochmad memastikan, pasien yang masuk tersebut berjenis kelamin laki-laki dan berusia lanjut. Usia dan tingkat kesehatan seseorang bisa memengaruhi perkembangan virus di dalam tubuh.
Oleh karena itu, Dijah menyarankan warga lanjut usia dan dalam kondisi tidak sehat untuk mengatur kembali perjalanannya. Dengan antisipasi tersebut, diharapkan virus tidak cepat menyebar karena warga yang sakit berpotensi untuk menyebarkan virus tersebut.
”Seperti yang diucapkan Bapak Edi, Covid-19 ini virus self limiting disease. Artinya, warga bisa menghindari dengan melakukan upaya pencegahan, seperti mengurangi kontak hingga memastikan imunitas tubuh terjaga dengan baik,” ujarnya.
Dalam perawatan pasien berisiko tersebut, pihaknya mengupayakan daya tubuh pasien tetap terjaga sehingga kekebalan tubuh pasien sendiri yang akan mengalahkan virus tersebut.